19] papi's stupidity

610 73 0
                                    

"Adek~"

Jennie berjalan tergesa menghampiri bungsunya yang duduk diantara Pwita dan Ramie dengan Mister Leah yang ikut mencoba meredakan tangisan Canny yang tak reda-reda. 

"Mami~ Papi~" Canny langsung berdiri dan berjalan tertatih menghambur ke dalam pelukan sang mami. 

Jisoo ikut mengusap kepala bungsu yang mendusel ke tubuh istrinya.

Saat ia menyadari kedua lutut anaknya di perban, pintu ruangan kepala sekolah terbuka dari luar, masuklah Mister Rivan bersama dua orang yang Jisoo kenal, dan... amat sangat kenal dengan wanita yang sedang menunduk dalam selagi mata mereka sempat bertemu.

Menyadari perubahan ekspresi suaminya yang janggal, Jennie ikut menoleh. Tak kalah terkejutnya, Jennie sampai mengerjapkan mata beberapa kali. Lalu ia mengalihkan pandangan ke arah sang suami dan mendapati Jisoo masih terpaku menatap ke arah wanita yang sedang beranjak duduk bersama anaknya setelah Mister Leah mempersilakan.

Jennie mendengus kesal, dan suara kesalnya mampu menyentak Jisoo kembali ke dalam kesadarannya. Matanya seketika panik melihat wajah Jennie yang sudah sangat dingin menatapnya.

Jisoo menarik napas berusaha mengenyahkan semua pikiran lampau yang tiba-tiba meluber. Dia harus terkendali.

Tarik ..., hembuskan ....

Tarik ..., hembuskan ....

Tarik ..., hembuskan ....

Selama sekitar dua menit, keringat dingin mengucur di dahi. Jisoo seakan seperti ibu hamil yang siap brojol kapan saja.

Setelahnya, Jisoo menghampiri Jennie yang sudah duduk dengan Canny bersama kedua anak mereka lainnya, berseberangan dengan tempat duduk Gisel beserta ibunya. Sedangkan Mister Leah bersama Mister Rivan, berada di ujung meja, di singgasana tertinggi di sekolah.

Ketika tangan Jisoo menyentuh lembut salah satu lutut si bontot pirangnya, Canny pun langsung meringis kesakitan.

"Ini kenapa?" Tanya Jisoo ikut meringis tak tega.

"Kak Gisel ngedorong aku pap." Adunya sambil melirik tajam Gisel yang ada di seberangnya.

"Lo yang nyerang gue duluan. Lo---"

"Diam! Saya lagi ngomong sama anak saya, bukan kamu Gisel!"

Potong Jisoo dingin dan tegas, wajahnya menoleh, menatap dingin manik yang melebar ketakutan.

Gisel menggigit kuat bibir dalamnya, nyalinya menciut seketika.

"Kenapa dia sampai ngedorong adek?"

Canny tak langsung menjawab. Jisoo pun menunggu, namun anaknya itu tak kunjung membuka suara. "Jawab Papi! Kenapa sampai anak itu ngedorong adek dan lutut adek luka?!"

Pwita dan Ramie saling menautkan jemari mereka, saling meremas ketika aura dingin papi mereka menjalar ke segala penjuru ruangan. Jika Jisoo sudah sampai mode beku seperti itu, jangan sekali ikut bersuara jika tidak ingin mendapat semprotan pedas dari mulut pria itu.

"Sayang, ayo jawab papi. Papi tanya ke kamu loh dek." Kata Jennie yang juga menunggu jawaban anak mereka.

"A-adek berantem sama Kak Gisel, pap. A-adek nggak terima Kak Gisel ngurung Kak Rora di gedung tua kemarin. Dia juga udah nyakitin Kak Rora, gara-gara dia Kak Rora masuk rumah sakit!" Dan Canny kembali terisak. Jennie pun langsung memeluk serta mencium kepala anaknya dengan penuh sayang.

Jisoo terkesiap, "T-tahu dari mana adek?" Pasalnya, kabar ini baru Jisoo, Laksa, Ruka yang tahu, dan juga Jennie yang tadi dijelaskan saat dalam perjalanan menuju ke sekolah.

la famille | Babymonster ✓Where stories live. Discover now