Bayangan tirai abu-abu, tembok putih, dan lantai pualam berwarna krem adalah hal pertama yang mengisi netranya pagi ini.
Ramie memejam, perlahan bangkit dari posisi tidurnya. Matanya terbuka meski berat. Dan cukup sekali lihat interior kamar luas yang ditempatinya kini, Ramie seketika tahu dia tidak sedang di kamarnya sendiri.
Ramie terkesiap. Berusaha mengingat-ingat apa yang terjadi semalam sehingga dia bisa tertidur bukan di kamarnya sendiri. Sepersekian menit Ramie habiskan dengan termenung menggali ingatannya, Ramie perlahan mengingatnya.
Semalam, Ramie mendapatkan tugas dari kakak keduanya untuk mengecek lagi keberadaan sulung mereka yang sampai waktunya tidur tidak kunjung muncul lagi. Ramie yang memang sudah sangat mengantuk, langsung menuju kamar si sulung. Bukannya langsung melapor jika Ruka belum ada di kamarnya, Ramie malah langsung merebahkan tubuhnya ke kasur Ruka yang bermagnet kuat, yang langsung menarik tubuhnya dan membuatnya nyenyak.
"Lagian kamar Kakak emang kelewat nyaman. Wanginya bikin candu." Gumamnya sendiri.
Menarik napas, Ramie lalu masuk ke kamar mandi membasuh muka dan mematut diri di depan cermin. Merapikan rambutnya yang berantakan di sana-sini.
"Terus Kakak tidur di mana deh? Kayaknya semalem Kak Ruka sama sekali nggak ke kamarnya sendiri ya." Monolog Ramie menarik kesimpulan.
Ramie keluar kamar Ruka, menangkap desisan masakan di wajan panas dan gerakan tumis-menumis dari spatula. Kaki Ramie terus melangkah menuruni tangga hingga dia tiba di dapur terbuka dengan furnitur biru gelap elegan---dapur kering rumah mereka, area privat keluarga.
Ramie melihat sosok pria dewasa sedang memasak sesuatu yang beraroma seperti daging asap. Dia juga mencium aroma roti panggang. Sontak perutnya meronta.
Tapi fokus Ramie teralih, matanya memandangi punggung dan tangan sosok pria dewasa yang tak lain adalah papinya sendiri, Kim Jisoo, yang bekerja saat memasak. Kepalanya menggeleng. Itu beneran bokap gue? Anjirrrr! Rela sih orang-orang bayar cuma buat liat papi gue dari belakang, apalagi pas masak gini, yakin gue. His back is so attractive. Mami jago bener nyari suami ya. Bjirrrr! Harus berguru nih gue.
Sebagai pembuka, Ramie mendekat sedikit dan berdeham. "Papi, selamat pagi."
Jisoo berhenti bergerak dan menoleh ke belakang. "Hai. Morning, Sayang. Udah bangun ajaa, masih pagi padahal." Ujar Jisoo sebagai pernyataan.
Weekend.
Biasanya para the Kim's baru bangun pukul delapan, dan sekarang baru pukul tujuh. Ramie terpaksa bangun pagi karena dia memiliki jadwal latihan basket pagi ini.
Ramie menatap Jisoo yang kembali memasak dengan tenang sebelum meletakkan daging asapnya ke piring. Aura papinya hari ini sangat asing. Kemurungan yang pilu sangat kentara di kedua matanya yang bengkak, juga memiliki lingkaran hitam di sekitarnya.
"Papi semalem nggak bisa tidur gara-gara nggak kelonan sama Mami ya? Padahal semalem doang juga."
Ramie yang belum tahu alasan sebenarnya Jennie tidak ada di rumah, meledek dengan tampang polos yang hanya mengundang kekehan pelan Jisoo.
"Papi semalem lembur juga di ruang kerja, Sayang." Elaknya. Jisoo lanjut mengambil beberapa telur untuk dimasak. "Haramie telurnya mau matang atau setengah matang?"
"Mm... Mana aja boleh, Pap." Ramie agak ragu. Dia merasa merepotkan papinya yang Ramie tebak sedang tidak baik-baik saja. Seharusnya Jennie lah yang menyiapkan sarapan pagi mereka. Seperti biasa.
"Biar Ramie aja yang goreng telurnya sini, Pap."
Jisoo menoleh sekilas, memperjelas raut wajah murungnya. Lalu mundur dari posisinya memasak telur dan menunjuk tabung-tabung kaca dengan keterangan bumbu dapur. "Bumbu-bumbunya ada di sana ya, Ram."
![](https://img.wattpad.com/cover/319762844-288-k254855.jpg)
YOU ARE READING
la famille | Babymonster ✓
Fanfiction[Babymonster story #1] la.fam-i-lle la/ˈfam(ə)lē/ -a group of all the descendants of the common parents living together as a unit. *** Perihal sekisah riuh dan riangnya sebuah keluarga menyatukan berbagai isi kepala dan keras kepala mereka yang mele...