~~❤️💎❤️~~

1.9K 121 0
                                    

Setelah menyelesaikan makanannya, Ruby duduk bersandar mengelus perutnya yang membuncit kekenyangan. Ia mendesah lega saat makanannya habis ludes.

"Bunny kamu kekenyangan, lucu banget sih" gemes Calvin.

Yin ikut mencubit kecil pipi gembul Ruby, gadis itu memejamkan matanya merasakan perutnya penuh. Ia membiarkan kedua tangan besar tersebut mencubit kecil pipinya. Gk sakit kok jadi Ruby gk terganggu.

"Bunny kamu nanti mau jalan-jalan gk?" Tawar Zayyan.

Ruby menggeleng, sembari membenarkan letak duduknya menjadi tegak kembali.

"Aku mau dirumah aja" jawab Ruby.

Zayyan mengangguk mengerti, ia berpangku tangan menatap tingkah gadisnya. Menggemaskan sekali, apalagi saat melihat wajah kesal Ruby saat diganggu oleh Aiden dan Felix.

"Gk usah cubit perut gue!" Kesal Ruby.

"Lucu bunny, kamu buncit jadi keliatan lemaknya"

"Ini karena kekenyangan tau, nanti kalau udah pup juga kempes lagi" Ruby memukul tangan Zayyan yang mengulur ingin menyentuh perutnya.

"Kalau gitu mau gk aku buat kenyang terus?" Tanya Aiden.

"Ha? Maksudnya apasih?" Bingung Ruby.

"Kenyang 9 bulan?"

Ruby tertegun, wajah nya memerah mendengarnya. Ia sontak menendang kaki Aiden di bawah meja hingga menimbulkan bunyi duk yang keras.

"Bacot!" Kesal Ruby, ia berdiri dan berjalan dengan cepat menjauhi tempat duduk kelima pria yang menyeringai menatap punggungnya.

Ruby, gadis itu membasuh wajahnya di wastafel kamar mandi. Ia menatap pantulan dirinya di cermin. Wajahnya yang cantik alami dengan makeup tipis yang waterproof.

Ruby mendesah berat, ia mengeluarkan handphone nya melihat informasi baru. Masih belum ada kemajuan, yang menyuruh ke lima pria yang hendak memperkosanya belum ditemukan.

Kemungkinan terburuk itu adalah mantan adiknya. Karena, Ruby selalu merasa janggal dengan apa yang selalu Civi bilang.

Mantan adiknya pasti selalu bertanya apakah ia sudah mati belum atau kenapa dia belum mati.

Mungkin ia harus memindahkan detektif itu menjadi berfokus pada mantan adiknya itu. Mungkin saja, jika iya maka ia harus mencari cara untuk balas dendam kan.

Brakk!

Ruby menoleh menatap pintu kamar mandi yang dibuka kencang. Ia menatap seseorang yang berdiri ditengah pintu dengan wajah merahnya. Mungkin ia sedang marah.

"Lo!! Berani-beraninya lo deketin tunangan gue!!" Cewek itu berlari menerjang Ruby. Ia menarik rambut Ruby dengan keras membuat Ruby merintih kesakitan.

"Lepas anjing!" Kesal Ruby, Ruby menarik kuat seragam wanita itu dan menghempasnya ke dinding wastafel.

Brugh!

"Arghh.."

"Apaan sih lo kuyang! Rambut gue berantakan gara-gara lo"

"Lo yang apaan!! Lo anak baru udah berani dekat-dekat tunangan gue!"

Ruby mengernyit, ia berkacak pinggang menatap wanita yang penampilannya sudah acak-acakan, begitu pun dengan dirinya.

"Siapa tunangan lo?"

"Felix tunangan gue!" Ruby tersentak, ia terdiam sesaat lalu mengangguk mengerti.

"Oke pertama, bukan gue yang deketin tunangan lo. Tapi tunangan lo yang deketin gue duluan sama Calvin"

Never Stop Obsessing Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang