Ruby terus menyedot susu Vanilla nya dengan satu tangannya lagi memeluk bantal sofa.
Ia memperhatikan sekelilingnya menatap ke lima sahabat adik kesayangannya yang entah bicara apa dengan serius melingkari brangkar adiknya.
Ia memang mendengar semuanya, tapi ia kurang ngerti siapa dan apa yang mereka bahas. Ruby memilih membuka handphone nya dan bertepatan dengan itu, Thea menelepon nya.
Ia segera mengangkat tanpa basa-basi dengan pandangan masih menatap ke enam pemuda yang berwajah serius tersebut.
"Halo Thea"
"Halo by~~ kangen bangett... Disini sepi gk ada kamu, murid-murid sini masih nggak peduli sama kepergian mu. Mereka ngira lo cuma sakit sehari besok masuk lagi"
"Hahaha... Biarin aja sih Te, gue gk peduli lagi. Btw adik gue udah siuman lo mau jenguk?"
"SERIUS?"
"Minggu lah gue kesana, ehh btw lo udah masuk sekolah? Masih belum bisa ya?"
"Belum, gue masih jagain adik gue dulu. Besok udah belajar jalan. Jadi keinget dia kecil"
Ruby dan Thea terkekeh. Ruby mendongak membayangkan dulu kecil Vino belajar jalan dengannya dan bunda fera.
Padahal dulu ia juga belum bisa berjalan lancar, tapi udah bisa ngajarin adiknya walaupun cuma nyemangatin doang.
"Lo kek ibunya, ehh lo emang berperan sebagai multitalent yaa... Hahahaha sahabat gue emang hebat"
"Hahaha bisa aja lo, ehh kalau lo mau mampir nanti sekalian gue tunjukin rumah gue dimana oke, gue udah beli rumah buat gue sama adik gue tempati"
"Nice, okee tunggu gue minggu datang"
"Oke, btw lo udah makan?"
"Udah, walaupun agak gk nafsu makan karena gk ada lo truss tadi ketemu sama si nenek lampir cd"
"Yang sabar"
"Lo udah makan? Jangan bilang lo puasa buat hemat biaya, mau gue kirimin berapa?"
"Thea pliss lah... Gue udah makan tadi dibeliin sama temen-temennya Vivin. Sama susu vanilla kesukaan gue juga. Duit gue masih banyak"
"Iyadeh, bagus lah kalau lo makan lahap disana. Udah berisi biar makin gemuk kek ikan buntal"
"Yeuu si elu, lo jamkos ya?"
"Iyaa... Itulah gue bosen dikelas jadi nelfon lo aja. Mumpung gk ada orang dikelas juga, pada ke kantin"
"Siapa kak?" Suara berat tersebut mengalihkan atensi Ruby, ia mengangkat sebelah alisnya.
"Siapa?"
"Thea, kamu masih ingat Thea kan? Sahabat kakak di jakarta, kamu mau ngomong?"
Ruby memberikan ponselnya pada Vino, ia rasa pembicaraan serius nya udah selesai.
"Kak, sini deh.. ada sesuatu yang mau gue omongin sama kak Ru"
Ruby kembali ketempat duduknya semula, di sofa dengan kini posisinya dikelilingi teman dari Vino.
"Sebelumnya kakak jangan marah dulu yaa... Jangan gegabah juga"
"Emang nya kenapa?" Bingung Ruby, ia seakan-akan hendak memulai percakapan rahasia antar negara. Mukanya pada serius semua, kecuali Regan dan Adnan. Wajah mereka datar dan dingin walaupun Adnan dikenal sebagai softboy.
"Jadi gini kak, to the point. Si Vino sebenarnya bukan kecelakaan gk sengaja, sebenarnya dia ngalamin kecelakaan berencana"
Ruby mengernyitkan dahinya bertambah bingung, apa ini? Ini kebenaran atau kebohongan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Never Stop Obsessing
De TodoSeorang gadis, dengan segala rasa sakitnya. Berjuang sendiri melawan trauma dan terus berdiri tanpa tumpuan untuk sang adik yang jatuh sakit dirumah sakit. Hingga pada akhirnya ia diusir dari rumah keluarga angkatnya. ~~~~~~~~~~~ Tengah malam yang...