Ada hal yang susah dijelaskan, ada yang mudah dijelaskan. Tapi semuanya hanya bertahan sampai pikiran.
Ruby menatap tak percaya pada pemandangan didepannya. Didepan sebuah bar yang terlihat eksotis seorang dengan tubuh kekar dan tinggi. Ia berciuman dengan seorang wanita yang memakai pakaian minim.
Ia tau siapa mereka, bahkan mereka terlihat bahagia dan biasa aja melihat kedua sejoli berciuman didepan mereka.
Ruby menundukkan pandangannya dengan meremat hoddie nya. Menatap mereka dengan pandangan sayu berlinang air mata. Dengan sorot kecewa ia terus menatap mereka diseberang jalan.
"Sakit, tapi ya sudahlah" gumam Ruby.
Ia berlalu dengan wajah sedih dan perasaan kecewanya. Hatinya hancur melihat bagaimana ia yang terlalu berharap.
"Ruby!!"
Ia terdiam sejenak mendengar namanya diteriakkan oleh suara yang sangat ia ketahui.
Berusaha meneguhkan hatinya, ia berbalik menatap kesepuluh orang diseberang jalan. Melihat raut wajah terkejut mereka, ia sudah menerka-nerka apa yang ada dalam pikiran mereka.
Benar kata Thea, mereka gk sebaik itu. Decih hatinya melihat bagaimana wajah mereka seolah terkejut, khawatir dan panik.
Ia tidak mau mempedulikan mereka lagi, ia melanjutkan langkahnya dengan lebih cepat. Anggap saja gk kenal, anggap saja mereka gk pernah bertemu.
Ia mengabaikan teriakan dan suara langkah yang mengejarnya. Ia sama sekali gk mempedulikan itu, ia terus berlari dan menghilang dalam pertigaan malam yang temaram.
Air mata nya tak dapat dibendung lagi, ia kecewa hatinya benar-benar tersayat dengan pemandangan tadi.
Ia tersentak, terdiam sejenak. Menyadari suatu hal, mereka kan bukan siapa-siapanya. Kenapa ia harus se kecewa ini.
"Hiks, tapi tetep aja kecewa" sedih Ruby.
Gadis itu merebahkan tubuhnya dengan wajah kusut. Memilih hanyut dalam mimpinya dan berusaha melupakan kejadian sebelumnya sejenak.
Hingga pagi hari tiba, gadis tersebut terbangun dengan mata sedikit bengkak. Gadis tersebut terlihat badmood dan enggan untuk berangkat sekolah.
Jam memang masih menunjukkan pukul 6 pagi. Tapi mood nya benar-benar anjlok untung berangkat ke sekolah dan bertemu dengan mereka.
Lebih baik ia telpon Thea untuk mengerjakan rencana mereka sekarang. Dan jika dia bertanya dengan apa yang terjadi lebih baik ia jujur. Mau bagaimana pun ia tak bisa menyembunyikan kejadian kemarin malam.
Ia menyugar rambutnya kebelakang dengan wajah lesu dan suramnya.
"Halo Thea, lo bisa kerumah gue gk sekarang? Gue gk mau sekolah hari ini"
"Kenapa kok gk sekolah? Apa yang terjadi? Dirimu sakit ha?"
"Bukan, datang aja kemari dulu nanti aku ceritain kejadian nya. Pokoknya pake baju bebas aja gk usah pake seragam"
"Okedeh, otw sekarang. Sekalian gue beliin sarapan ya kita makan bareng"
"Oke sip, aku mau mandi dulu"
"Oke"
Ruby menghela nafas lelah. Hatinya masih kecewa dengan kejadian kemarin. Ia menyugar rambutnya lagi dan memilih pergi ke kamar mandi untuk menyegarkan tubuh dan pikirannya yang kalut.
Tepat setelah ia selesai mandi, bel pintu rumahnya berbunyi. Ia cepat-cepat bersiap memakai pakaiannya.
Dan buru-buru turun ke bawah untuk menyambut Thea. Dengan senyuman manisnya ia membuka pintu tersebut. Terlihat Thea yang memakai setelan kasualnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Never Stop Obsessing
RandomSeorang gadis, dengan segala rasa sakitnya. Berjuang sendiri melawan trauma dan terus berdiri tanpa tumpuan untuk sang adik yang jatuh sakit dirumah sakit. Hingga pada akhirnya ia diusir dari rumah keluarga angkatnya. ~~~~~~~~~~~ Tengah malam yang...