~~❤️💎❤️~~

1.7K 115 0
                                    

Lenguhan pelan membuat suara di tengah kamar yang sepi. Gadis cantik yang terbaring di atas kasur dengan mata yang perlahan terbuka.

Ia bangkit dengan pelan dan mengedarkan pandangannya, menatap sekitarnya. Tempat baru lagi? Ia jengah lama-lama dengan ini semua.

Ia turun dari kasurnya, menyadari sesuatu yang aneh. Ia menunduk menatap pakaian yang ia kenakan. Baju lengan pendek, dan celana selutut. Ia bahkan gk memakai dalaman sama sekali.

"Sialan" umpat Ruby. Ia berjalan ke arah jendela menatap keluar bangunan ini. Gadis itu melototkan matanya menatap pemandangan yang hanya ada hamparan pohon.

Ia di asingkan, ia merasa di asingkan. Gadis itu berbalik dan berjalan cepat keluar dari kamar nya. Beruntung kamar itu gk dikunci.

"Bunny, kamu mau kemana?" Suara berat menginstrupsinya membuatnya membalikkan badan.

"Bunny"

"Aku mau pulang, aku harus pulang Aiden" ucap Ruby.

Pria itu menatap datar pada gadisnya yang masih terlihat jejak bantal. Tapi, tatapannya teralihkan oleh sebuah pucuk yang menyembul dari balik kaosnya.

Ia menelan ludah kasar dengan wajah datarnya. Aiden mendekat pada Ruby yang menatapnya bingung.

"Kenapa?"

Pria itu hanya terdiam dengan pandangan tak lepas dari pucuk itu. Ia meraihnya dan meremasnya pelan membuat Ruby kaget dan sontak menjauh.

"Kamu gk sadar? Kamu mau keluar gk pakai daleman?"

Ruby tergugup, ia menutupi puncuknya dengan kedua tangannya. Hal itu justru membuat pose yang lebih hot dengan wajah malunya.

"A-aku, gk ada daleman disini" kata Ruby.

Aiden menarik lengan Ruby dan membawanya masuk kedalam kamarnya kembali. Ia menyudutkan Ruby dengan kabedon nya.

"Bunny, kamu gk boleh kemana-mana dulu" ucap Aiden.

"Ke--kenapa?"

"Pokoknya gk boleh, kamu disini aja" kata Aiden membuat Ruby kian bingung.

"Sampai kapan? Aku harus pulang Vino pasti nyariin"

Aiden mengetatkan rahangnya, ia benci gadisnya memikirkan pria lain walaupun itu adik kandungnya sendiri.

"Ck, dia sudah besar"

"Aku udah cukup berpisah lama dengannya, kami gk bisa berpisah lagi Aiden" jelas Ruby.

Bahkan, walaupun dirinya lebih muda dari Aiden, Yin dan Zayyan. Ia enggan untuk memanggilnya dengan embel-embel 'kak' lagi. Ia sudah terbiasa memanggil mereka dengan nama.

"Bunny, kamu harus nurut. Sebentar lagi Zayyan bawain kamu makanan. Kamu sarapan dulu"

"Tapi---

Ceklek..

"Bunny, makanan untuk kamu" ucap Zayyan dengan nampan berisi makanan dan susu vanilla kesukaan Ruby.

"Habis makan, antarin aku pulang ya" mohon Ruby.

Aiden menghela nafas kasar. Ia menarik Ruby hingga duduk disofa. "Makan dulu, baru aku antar" kata Aiden.

Ruby mengangguk, awalnya ia ingin memakan nasinya sendiri. Tapi, Zayyan menolak dan ingin menyuapi Ruby.

Jadi mau gk mau Ruby, makan dengan disuapi. Sesekali ia berceloteh bercerita kepada kedua pria itu yang terkekeh melihat kelucuan gadisnya.

"Tunggu bentar, perutku masih kekenyangan" melas Ruby. Zayyan tertawa kecil melihat Bunny nya mengelus perutnya yang membuncit.

Never Stop Obsessing Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang