"ughh.. shhh sakhitt.." melas Ruby.
Ia terus bergerak random, perutnya sangat mules dan sakit. Thea sedari panik dan khawatir. Benar dugaannya, sahabat nya ini pasti akan menstruasi mengingat sikap nya tadi yang kelewat berani.
"Uks aja yuk, dari pada mules terus disini. Tidur di uks aja aku temenin yuk" panik Thea.
Teman-teman nya yang lain sudah banyak membantu Thea. Dari membelikan minyak kayu putih, kiranti, ataupun jus buah dan pembalut. Tapi, Ruby masih saja mendesah kesakitan.
"Yaudah bantuin ke uks, tapi aku gk kuat jalan The" desis Ruby.
"Sini aku gendong" tanpa aba-aba Calvin menggendong Ruby ala bridal style.
Ruby tak kuat melawan, jadi ia hanya pasrah di gendongan Calvin. Thea pun buru-buru merapikan semua peralatan belajar dirinya dan Ruby.
"Son, nanti izinin kami ya. Gue mau nemenin Ruby ke uks" ucap Thea pada wakil kelas.
"Yoi sans"
Thea mengangguk dan beranjak pergi dari kelas, menyusul langkah Calvin yang menggendong Ruby.
"Kamu kalo datang bulan tambah imut ya" celetuk Calvin, ia terlihat senang bisa menggendong Ruby.
"Bacot!" Sentak Ruby. Setelahnya ia kembali mendesis kesakitan pada perutnya.
Calvin terkekeh melihat keganasan sang gadis nya saat datang bulan. Pantes saja gadisnya berani melawan mereka, ternyata singa dalam diri Ruby tengah terbangun dan mengaum.
Calvin menurunkan perlahan Ruby di atas brangkar uks. Disusul Thea yang sudah meminta izin pada penjaga uks.
"Nih by, kamu makan obat pereda nyeri haid dulu ya.. ini aku ada pisang, Roti sama susu"
Thea perlahan membantu Ruby bangun dan memberikannya sebutir pil obat pereda nyeri haid.
"Ini air hangat nya kak, biar sedikit baikan perutnya" kata seorang gadis yang menjadi petugas pmr.
Calvin duduk diatas sofa di ujung ruangan. Ia mengamati dengan seksama segala perilaku Ruby dan Thea.
Tak ayal ia selalu terpesona melihat wajah mulus Ruby yang pucet, seharusnya mereka bisa memulai rencana nya. Karena seminggu lagi mereka harus bergerak.
Ruby tertidur di brangkar, ditemani oleh Thea yang duduk dikursi samping brangkar nya. Thea selalu mengelus lembut kepala Ruby agar ia bisa tertidur.
Selang 10 menit, Ruby benar-benar tertidur. Dengan dengkuran halusnya ia membuat wajah polos tak bersalah dalam tidur.
Thea tersenyum tipis, ia mengeluarkan handphone nya dan mulai men scroll setiap yang lewat fyp beranda nya.
Kriett!
"Gimana kabar bunny?" Tanya Aiden barusan masuk bersama keempat yang lain.
Thea tak menggubris mereka, ia acuh dan tetap terus asik dengan handphonenya.
"Udah tidur" sahut Calvin.
Mereka melangkah mendekati Ruby, menatap wajah pucet pules sang gadis. Bak wanita bangsawan wajah Ruby benar-benar sangat idaman mereka.
Tak!
"Gk usah ganggu, biar dia tidur" peringat Thea, ia menepis tangan Zayyan yang terulur ingin menyentuh wajah Ruby.
"Ck, gue mau nge cek suhu badan nya"
"Gk usah alasan lo, suhu badan nya normal, perutnya aja yang sakit karena mens" jelas Thea.
Ia memberikan tatapan tajam seakan memperingati jika mereka sampai membangunkan Ruby, ia gk akan segan-segan turun tangan.
Mereka saling beradu tatap, dengan hawa dingin di sisi mereka. Zayyan mengalah, ia berbalik dan memilih duduk bersama Calvin yang sedang bermain handphone.
KAMU SEDANG MEMBACA
Never Stop Obsessing
RandomSeorang gadis, dengan segala rasa sakitnya. Berjuang sendiri melawan trauma dan terus berdiri tanpa tumpuan untuk sang adik yang jatuh sakit dirumah sakit. Hingga pada akhirnya ia diusir dari rumah keluarga angkatnya. ~~~~~~~~~~~ Tengah malam yang...