~~❤️💎❤️~~

1.8K 103 0
                                    

"gila tadi kak Ruby keren banget" speechless Fadhil.

"Iya njir, apalagi pas kak Ruby yang balas tamparan si nenek lampir Yena itu" sahut Gibran.

"Gue jadi penasaran, ehh tapi tapi.. Vin, kakak lo deket sama mereka berlima" kaget Fadhil ia baru ingat kejanggalan itu.

"Iya, ini gue juga lagi mikir" sahut Rehan.

"Vino, bahaya kalau kak Ruby dekat sama mereka" peringat Regan. Terlihat raut panik dari wajah Vino.

"Iya gue tau, gue kira kakak gue bakal jadi cewek biasa aja tanpa menarik perhatian orang lain"

"Lo gila? Kakak lo yang cantik nya kek gitu gk menarik perhatian orang? Dia pake masker dengan outfit rumah aja masih menarik perhatian apalagi kek gitu vin"

"Anjing lah!" Umpat Vino. Tangan nya terkepal erat mengingat hal itu. Kakak nya dari duku selalu cantik, imut, mempesona dan sexy.

Seharusnya ia memperingatkan pada kakaknya untuk gk dekat dengan kelima pria yang dapat julukan pangeran sekolah itu.

"Gini aja Vin, pokoknya lo gk boleh sampai biarin kakak lo sendiri"

"Bener juga itu, suruh anggota The Die yang sekelas sama kakak lo buat jadi mata-mata" saran Adnan.

"Oke"

Vino langsung membuka handphone nya dan mengetikkan beberapa kalimat. Tangan besarnya asik menari-nari di benda pipih mengetikkan kata demi kata.

Setelah selesai ia mendesah lega. Badannya ia rileks kan dengan wajah mendongak.

"Gila aja, gue kalo jadi lo udah siscon gue" gumam Rehan.

"Hahaha.... Untung si Vino masih waras. Kalo lo di posisi Vino pasti udah jadi orang gila"

Rehan mengangguk setuju, siapa yang akan menolak gadis cantik dan sempurna seperti Ruby.

Perlu kalian tau, bahwa setiap Ruby pergi keluar dari rumah. Ia selalu menggunakan softlens berwarna coklat muda.

•••••••••••••••••••••• ° ° °

Ruby menguap lebar, ia sangat mengantuk saat ini. Ia bahkan sama sekali gk mendengarkan ceramah guru didepannya.

Ruby memangku wajahnya dengan mata yang terpejam, ia sangat ngantuk hingga sulit untuk benar-benar terbuka matanya.

Calvin yang dari tadi menatapnya tertawa kecil. Kelincinya sangat lucu jika sudah mengantuk.

Ia berinisiatif menarik kepala Ruby hingga bersandar pada lengannya. Menepuk-nepuk pelan kepala Ruby, seakan menghipnotis sang empu untuk tidur.

"Tidur aja, gk ada yang berani ganggu" sebenarnya tanpa dibilang begitu pun Ruby udah berniat tidur. Matanya sangat mengantuk, ia benar-benar tertidur sekarang.

Calvin mengelus puncak kepala Ruby, ia juga sering kali mencuri kecupan di kepala Ruby sembari menghirup harum rambut Ruby yang lebat dan halus.

Candu sekali harum vanilla bercampur bunga lavender. Ruby seperti jelmaan bidadari untuknya, ia sangat tergila-gila pada pesona Ruby.

Apalagi saat kejadian di kantin tadi, ia sempat tercengang takjub melihat bagaimana Ruby membalas tamparan itu. Dan berbisik sinis pada cewek yang mengganggunya tadi.

"Haa... Bunny, aku benar-benar bisa gila karena mu" bisik Calvin.

Ia mendongak menatap Felix saat tangan Felix mengelus pipi Ruby lembut.
"Bagaimana bisa ada bidadari disini" gumam Felix.

Ia menyingkirkan tiap helaian rambut Ruby yang menutupi wajahnya. Menatap lamat pahatan sempurna Ruby yang sedang terpejam lelap.

"Enyahlah!" Sentak Calvin, ia cemburu melihat tangan Felix yang mengelus gadisnya.

Never Stop Obsessing Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang