Ruby melenguh pelan dari tidurnya, ia merasa terganggu dengan seseorang yang terus menjawil hidungnya dan membisikkan namanya didepan wajahnya.
Wajahnya yang diterpa nafas berbau mint, dan hidung nya yang menjadi kegelian karena jawilan tersebut.
Ia membuka matanya berusaha menangkap sesosok yang tersenyum manis menatapnya. Gadis tersebut terbangun dengan wajah sayunya.
"Vivin, kenapa sih" ucapnya dengan suara yang serak.
"Kak, udah pagi loh. Gk mau bangun?" Vino bangkit duduk dengan wajah puasnya.
Ia menatap bibir Ruby yang membengkak karena tidur pulas nya tadi.
"Kak, kakak siap-siap sana gih"
Ruby bangkit dari tidurnya dan berjalan gontai menuju kamar mandi. Dalam diam Vino, pemuda itu menatap kosong pintu kamar mandi tersebut.
Pikirannya terus melayang ke banyak tempat. Apa yang bisa ia lakukan untuk menjauhkan kakaknya dari pria-pria itu.
Ia mengerjap saat pintu kamar mandi tersebut terbuka. Terlihat Ruby berwajah segar dengan kulit yang masih terlihat licin.
"Bentar aku makeup an dulu" kata gadis tersebut.
Vino menghela nafas pelan, kakaknya udah cantik tanpa make up. Tapi ia mengerti kalau itu kebutuhan wajib cewek.
"Udah yok" ajak Ruby.
Ia berniat gonceng adik nya saja. Ia sangat malas untuk berkendara sendiri.
Menikmati semilir angin pagi, mata yang selalu bersinar cerah dan tatapan yang sangat indah.Ruby memejamkan matanya, menikmati angin sejuk. "Dik vivin, kalo misalnya kakak tiba-tiba menghilang vivin bakal nyariin gk?" Tanya Ruby random.
"Iyalah, Kakak cuma keluarga vivin satu-satunya, aku pasti bakal nyari kakak diujung bumi sekalipun"
Mendengar jawaban Vino membuat ia tersentuh. Lama ia gk bisa menikmati pertumbuhan Vino, disaat ia makan enak dirumah mewah adiknya harus makan seadanya di panti asuhan.
Ia jadi iri dengan bibi dipanti asuhan yang tiap hari bisa melihat perkembangan Vino. Adik kesayangannya.
Tepat didepan gedung sekolah, Vino berhenti. Ia menyalimi tangan sang kakak dan mengecup puncak kepala sang kakak dengan sayang.
"Kak"
Ruby menoleh, ia menatap dengan penuh tanya. Jika seperti ini pasti ada sesuatu yang adiknya inginkan darinya.
"Mm... Aku.. aku boleh minta uang gk?... Uang yang kemarin habis" pinta Vino dengan wajah memohonnya.
Ruby tersenyum lebar, ia selalu senang jika adiknya meminta sesuatu padanya. Itu artinya dirinya masih dibutuhkan dan keberadaanya sangat penting untuk adiknya.
"Mau berapa hm?" Ruby merogoh tas hitamnya. Ia mengambil dompet berwarna mocca dan mengeluarkan 3 lembar duit merah.
"Segini cukup?" Tanya Ruby.
Vino mengangguk dengan cepat, dan mengambil uang tersebut. Dengan senyuman yang lebar ia mengecup pipi sang kakak beberapa kali. Membuat Ruby kegelian.
"Udah udah, malu diliatin orang"
"Makasih kak, aku pamit dulu. Ingat nanti jangan pulang dulu, tunggu aku yang jemput"
Ruby mengangguk mengerti. "Oh duitnya jangan dibeliin rokok yaa!" Teriak Ruby saat Vino mulai menjalankan motornya.
Pemudah itu hanya mengacungkan jempolnya, sembari terus melaju ke sekolahnya.
"Huhh... Seneng banget gue" gumam Ruby. Ia merapikan rambutnya yang teracak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Never Stop Obsessing
RandomSeorang gadis, dengan segala rasa sakitnya. Berjuang sendiri melawan trauma dan terus berdiri tanpa tumpuan untuk sang adik yang jatuh sakit dirumah sakit. Hingga pada akhirnya ia diusir dari rumah keluarga angkatnya. ~~~~~~~~~~~ Tengah malam yang...