2. Arion

395 50 7
                                    


TW: Sexual Assault

===

Fall seven times, rise eight.

-Japanese Proverb, The Book Of Ikigai

===

Happy Reading!!!

Keesokan harinya, Lili bangun dengan rasa sakit yang teramat sangat di punggungnya. Malam tadi gadis itu dibantu mamanya untuk membersihkan lukanya dengan air hangat dan alkohol. Mamanya juga mengoleskan salep antibiotik di lukanya. Ajeng tak mengucapkan apapun selama membantu Lili. Lili pun tidak ingin memaksa mamanya untuk berbicara. Mereka berdua diam hingga selesai. Mamanya menyarankan Lili untuk tidur tanpa baju dulu malam itu agar lukanya tidak semakin parah. Tapi tetap saja pagi ini lukanya terasa sangat perih.

Lili mencoba mengacuhkan rasa sakit di punggungnya. Dia segera bangun dan bersiap-siap untuk bekerja di toko buku. Sudah 5 bulan ini Lili bekerja di toko buku milik Joseph. Dia adalah seorang pria tua keturunan Belanda yang menikah dengan wanita Indonesia dan menetap di Bali.

Lili mengenakan sebuah kaos panjang berwarna lilac dan rok pendek selutut. Tidak lupa dia meminta Ajeng untuk menolongnya mengoleskan salep antibiotik di punggungnya.

Setelah sepuluh menit berjalan kaki, Lili sampai di toko buku Joseph. Tepat lima menit sebelum jam buka. Lili segera membuka toko dan mulai melaksanakan tugasnya, yaitu bersih-bersih dan menata buku-buku di rak.

Lili tidak sendirian. Dia bekerja menjaga toko itu bersama Joseph. Pria tua itu bertugas menjaga kasir.

Satu persatu pelanggan dilayani dengan baik oleh Lili. Dia selalu menampilkan senyum manis dan ramahnya kepada setiap pengunjung yang datang hingga mereka nyaman berbelanja di sana. Tak ada seorang pun yang tahu bahwa sebenarnya Lili sedang menahan rasa sakit di punggungnya. Tak ada seorang pun yang tahu bahwa di balik keceriaannya, Lili menyimpan luka yang begitu dalam.

Bahkan tidak dengan Joseph. Yang Joseph tahu, Lili adalah gadis remaja biasa yang ingin menghabiskan akhir pekannya dengan kegiatan bermanfaat. Joseph tak pernah tahu bahwa Lili bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri.

Ketika sedang merapikan buku-buku di rak bagian self improvement, Lili begitu fokus hingga tak menyadari ada seorang pria di sampingnya yang sedang melihat-lihat koleksi buku di sana. Gadis itu dengan santainya membalikkan badannya ke arah pria itu hingga tak sengaja dia menabrak tubuh pria itu. Buku-buku yang sedang dipegangnya terjatuh di lantai. Dengan cekatan dia segera memunguti buku-buku itu.

"Maaf saya nggak sengaja." ucap Lili.

"Biar aku bantu." ucap pria dengan tato di lengan kanannya itu sambil ikut berlutut, hendak membantu Lili.

"Eh nggak usah. Cuma sedikit kok." tolak Lili. Tak lama dia kembali berdiri menghadap pria itu sambil menyunggingkan senyum manisnya. "Ada yang bisa saya bantu? Kakak lagi cari buku apa?" Lili menawarkan.

Pria itu tampak terdiam sejenak memandangi wajah Lili. Senyum gadis itu mengingatkannya pada sesuatu, namun dia tak yakin apa itu. "Eee... Aku lagi cari buku Ikigai." jawab pria itu setelah tersadar dari lamunannya.

"Oh ada di sebelah situ. Sebentar aku taruh ini dulu." ucap Lili sambil menaruh tumpukan buku yang dia bawa di rak yang tak terlalu penuh.

Ketika Lili sudah tak membawa tumpukan bukunya, pria itu bisa melihat sesuatu menggantung di leher Lili. Sebuah kalung perak dengan liontin berwarna ungu.

Lili berjalan ke arah tempat buku Ikigai di pajang. Pria itu mengikuti langkah Lili dari belakang. Dia sudah tak lagi fokus dengan buku yang dia cari. Kini dia penasaran dengan liontin kalung Lili. Jantungnya berdegup kencang memikirkan segala kemungkinan.

Princess In DistressWhere stories live. Discover now