She was not made
for ballgowns and parties
but for battlefields and saddles
- Nikita Gills, Warrior Princess===
Malam itu, setelah dipukuli habis-habisan oleh Sadewa, Lili duduk di pinggir tempat tidurnya. Matanya memandangi kaki dan tangannya yang sudah memar merah kebiruan. Tampak juga bercak darah kering di punggung tangannya dan di bajunya, hasil dari tonjokan Sadewa tepat di hidungnya.
Lili bahkan tak ingat kesalahan apa yang dia perbuat. Yang dia ingat hanyalah perasaan murka yang Sadewa rasakan. Lili seolah bisa merasakannya juga. Seolah Lili pun begitu marah kepada dirinya sendiri karena terus menerus membuat kesalahan. Betapa bodohnya.
Begitu lama Lili menatapi kedua kaki dan tangannya. Hingga tanpa sadar sepasang kaki sudah berdiri di hadapannya.Dengan sangat perlahan Lili mendongakkan kepalanya. Sebuah seringai mengerikan terpatri lekat di wajah Arion yang kini memandanginya. "Kamu cantik banget malam ini." ucap Arion.
Cantik? Bagaimana manusia itu bisa menyebutnya cantik dalam keadaan penuh luka menjijikkan seperti ini?
Lili pun refleks memandangi tubuhnya. Entah sejak kapan pakaiannya tertanggalkan dan hanya menyisakan sepasang pakaian dalam. Badannya bersih. Luka-luka dan bercak darah sudah tak lagi.
Dalam kebingungannya, Lili merasakan Arion menyentuh dagunya dan dengan lembut mendongakkan kembali kepalanya. "Seharian Kakak mikirin kamu terus, Li."
Ucapan Arion membuat bulu kuduk Lili meremang. Perutnya bergejolak mual seakan menolak segala kelembutan Arion. "K-Kak…" suara Lili parau menahan tangis.
Arion terkekeh. Alih-alih menjauh dari adiknya yang terlihat sangat ketakutan, Arion malah membaringkan tubuh adiknya itu di atas kasur. "Kakak suka banget denger kamu nyebut nama Kakak kayak gitu." ucap Arion. Tangannya dengan lembut membelai pipi Lili yang kini memerah menahan marah dan malu.
"K-Kakak mau apa?" tanya Lili dengan suara bergetar.
"Sayang… Masa Kakak harus bilang sih? Kamu tahu apa yang Kakak mau. Apa yang kamu mau." jawab Arion lembut. Suaranya terdengar lebih berat dan serak.
"Ja-jangan, Kak." ucap Lili sambil menahan tangan Arion yang hendak 'menyentuhnya'.
"Lili!" ucap Arion memperingatkan.
Lili menggelengkan kepalanya kuat-kuat. Matanya terpejam erat.
"Buka mata kamu, Lili!" perintah Arion adalah sabda untuk Lili. Dia tak berani melawan. Perlahan matanya terbuka. Wajah Arion begitu dekat dengan wajahnya. "Kamu ngelarang Kakak nyentuh punya Kakak?" tanya Arion.Lili tak mampu menjawab. Arion benar. Tubuhnya kini adalah milik Arion. Dia tak memiliki hak apapun atas dirinya sendiri. Mana ada lelaki yang sudi melihatnya nanti jika mereka tahu apa yang sudah dia perbuat? Jika mereka tahu berapa banyak luka menjijikkan yang tertoreh di tubuhnya. Seperti yang selalu Arion katakan padanya, hanya Arion lah yang mau menerimanya apa adanya. Lelaki itu benar.
Perlahan Lili melepaskan tangan Arion. Gadis itu membiarkan kakak angkatnya menyentuhnya. Menggunakan tubuhnya untuk kepentingannya sendiri.
"Kalau aja kamu bisa lihat dirimu sendiri, kamu akan paham kalau kamu juga menginginkan ini." bisik Arion di telinga Lili. Arion selalu menjejali kepala Lili dengan kata-kata seperti itu. Seakan-akan respons alami tubuhnya adalah kehendaknya.
Lili tidak mampu memejamkan matanya. Dia merasakan semua yang Arion lakukan padanya. Setiap sentuhan terasa sangat menjijikkan. Dia sangat ingin memejamkan matanya, namun entah mengapa dia tak bisa. Seakan matanya diganjal agar terus terbuka.
Lili bisa dengan jelas melihat wajah Arion yang terus menatapinya. Seringai mengerikan masih saja terlukis di wajah Arion. Seringai yang akan terus dia ingat seumur hidupnya.
"Kakak beruntung banget bisa milikin kamu seutuhnya. Dan kamu nggak akan bisa pergi dari Kakak." bisik Arion. Bibirnya hanya berjarak beberapa milimeter saja dari bibir Lili. "Kamu cantik banget. Kakak pengen cium kamu."
Tanpa menunggu persetujuan Lili, Arion melumat bibir tipis Lili. Tak ada kelembutan dalam setiap tindakan Arion. Lili sangat membenci dirinya sendiri karena tidak berani melawan Arion. Seberapapun hatinya menolak, tubuhnya tak memiliki tenaga untuk menolak. "Kakak cinta sama kamu, Lili." Arion terus membisikkan kata-kata manis.
Air mata Lili terus membasahi spreinya. Rasanya sakit sekali seperti ketika pertama kali Arion melakukannya. Bahkan mungkin jauh berkali-kali lipat lebih sakit. Ditambah lagi perlakuan Arion yang semakin lama semakin kasar. Lili terus-menerus memohon agar Arion berhenti. Namun rintihannya hanya membuat Arion semakin gencar melancarkan aksinya. Lelaki bahkan tak memelan. Berulang-ulang Arion berbisik di telinganya.
“Kakak cinta sama kamu. Kamu nggak akan bisa lari.”
“Kakak cinta sama kamu. Kamu nggak akan bisa lari.”
“Kakak cinta sama kamu. Kamu nggak akan bisa lari."
Lalu Lili merasakan hujaman benda tajam tepat di ulu hatinya. Arion menusuknya.
===
Halo readers sayang 💕🥰
Maaf yaa baru update. Aku pengen ceritanya bagus guys. Jadi harap bersabar yaa..
Bear with me please 😚😚😚
YOU ARE READING
Princess In Distress
ChickLitApa jadinya jika ternyata nama yang kita miliki selama ini ternyata bukanlah nama kita? Apa jadinya jika masa lalu kita yang kita tahu selama ini ternyata hanyalah sebuah kebohongan? Itulah yang Lili alami. Belasan tahun dia dibohongi oleh kedua ora...