Hai, you guys. Kita udah sampai di ending nih. Buat yang belum tahu, ada dua extra chapter yang cuma aku publish di Karyakarsa. Buat yang penasaran langsung cek aja yaa. Linknya ada di bioku ;)
-HAPPY READING-
Matahari bersinar cerah di atas kediaman keluarga Alexander, seolah menandai hari baru yang penuh harapan bagi penghuni rumah itu. Yara dan Aidan melangkah beriringan menuju mobil yang sudah siap mengantar mereka ke bandara. Di dalam hati Yara, dia merasakan berbagai perasaan yang bercampur aduk menjadi satu. Bahagia, cemas, takut. Dia akhirnya menerima ajakan Aidan untuk tinggal di Swiss, tempat yang belum pernah dia bayangkan sebelumnya. Tak pernah dibayangkannya dia akan tinggal di luar negeri. Namun, di balik semua itu, ada satu keyakinan yang menguatkan dirinya, lingkungan baru akan membantunya melupakan masa lalunya yang kelam dan penuh rasa sakit. Dia tidak tahu kehidupan seperti apa yang akan menantinya di Swiss. Tetapi dia tahu, di sana dia akan memiliki kesempatan untuk memulai segalanya dari nol.
Mobil hitam berkilau itu menunggu di halaman rumah. Supir keluarga mereka dengan senyum ramah membuka pintu untuk mereka. Dia siap mengantar saudara kembar itu ke bandara.
Yara menghentikan langkahnya. Dia berbalik badan, menatap Sagara dan Aidan yang berdiri di depan pintu rumah. Rumah. Akhirnya dia bisa sepenuhnya merasakan tempat ini sebagai rumahnya. Tempatnya merasa paling aman. Tempatnya akan pulang suatu hari nanti.
Yara melangkahkan kakinya ke arah dua orang yang sangat berharga dalam hidupnya, Daren dan Sagara. "Kak." Yara memanggilnya, dan tanpa ragu, dia langsung memeluknya erat. "Makasih banyak udah nemuin aku. Makasih udah nyelamatin aku."
Daren membalas pelukan Yara dengan penuh kasih. "Yara, kamu lah yang udah menyelamatkan dirimu sendiri. Kamu gadis yang kuat dan berani, bisa bertahan sampai akhirnya kita bertemu. Kakak minta maaf atas waktu yang hilang, waktu yang harusnya bisa kita laluin bareng. Maaf Kakak terlalu lama nemuin kamu." jawab Daren. "Boleh Kakak minta satu hal dari kamu?"
"Apa itu?" tanya Yara, melepas pelukannya dan menatap Daren dengan penuh harap.
"Hiduplah bahagia." Daren menjawab dengan tulus. "Buka lembaran baru, dan inget bahwa Kakak selalu ada di sini buat kamu."
Yara tersenyum, perasaan hangat menyelimuti hatinya. Dia tahu betapa pentingnya ucapan itu dan bagaimana Daren selalu menjadi penyangga kuat dalam hidupnya. Dia akan selalu mengingat kebaikan Daren, sahabat sejatinya.
Yara mengangguk mantab. "Aku udah bahagia sejak Kakak nemuin aku."
Yara beralih ke Sagara. Dia mendekat, memeluk Sagara dengan lembut, merasakan pelukan hangat dan dalam yang mengingatkannya pada rasa aman yang selalu diberikan Sagara. "Makasih ya, Kak. Kakak nggak pernah nyerah. Makasih karena selalu percaya sama aku."
Sagara mengusap punggung Yara dengan lembut. "Kamu adalah bintang yang bersinar, Yara. Selalu ingat, hidupmu berharga. Berhati-hatilah di luar sana dan jaga dirimu dengan baik."
Yara mengangguk, mengingat setiap nasihat yang diberikan Sagara. Dia merasa beruntung memiliki orang-orang yang peduli padanya, orang-orang yang selalu mendukungnya. "Aku janji." jawabnya.
Aidan yang sedari tadi berdiri melihat pemandangan haru di depannya, melangkah maju, siap untuk berpamitan. "Makasih ya, Kak buat semua pelajarannya. Aku janji bakal gantiin kalian buat jagain Yara."
"Kami mempercayakan Yara padamu, Aidan. Kami tahu kau mampu memegang janjimu." ucap Sagara. Dia menepuk pundak adik lelakinya. Dia tahu bahwa Yara berada di tangan yang tepat. Aidan akan mempertaruhkan nyawanya sendiri untuk melindungi Yara.
Aidan tersenyum, wajahnya menunjukkan keyakinan dan tanggung jawab yang besar. "Aku pastiin Yara akan bahagia."
Yara merasakan jantungnya berdebar lebih kencang saat mendengar kata-kata Aidan. Dia tahu bahwa hidup baru ini akan menjadi tantangan, tetapi juga memberi harapan. Semua yang dia lakukan, semua keputusan yang diambil, adalah demi kebahagiaannya dan untuk memulai kembali.
Yara menarik nafas dalam-dalam, menatap rumah yang akan ditinggalkannya. Dia akan kembali pergi, tetapi kali ini adalah untuk alasan yang baik. Perpisahan kali ini berbeda. Dia tahu dia akan kembali pulang suatu saat nanti. Dengan keadaan yang lebih baik pastinya.
Mobil melaju, meninggalkan Daren dan Sagara di belakang. Yara menoleh sekali lagi, menyaksikan dua sosok yang berperan besar dalam hidupnya. Daren melambaikan tangan, dan Sagara mengangguk memberi semangat. Yara tersenyum, mengingat semua kenangan indah yang telah mereka lalui bersama.
Aidan meraih tangan Yara, menggenggamnya erat. "Kamu siap?" tanya Aidan.
Yara menatap Aidan dengan senyuman yang sangat indah terukir di wajahnya. Dia merasakan kehangatan yang mengalir dalam dirinya. Yara mengangguk mantab. "Siap!" jawabnya, suara lembut tetapi penuh keyakinan. "Aku bakal berusaha keras buat jadi versi terbaik dari diriku sendiri di sana."
Mobil melaju semakin jauh, membawa mereka menuju bandara. Yara memejamkan mata sejenak, membayangkan kehidupan barunya di Swiss. Tanpa bayang-bayang masa lalu, tanpa rasa sakit dan kesedihan yang menghantuinya. Di sana, dia akan menjadi Yara, gadis yang kuat dan berani, bukan Lili yang terpuruk dalam ketakutan.
Selama perjalanan, Aidan terus menggenggam tangan Yara, seolah memberikan kekuatan dan dukungan tanpa kata. Mereka berbagi momen yang sangat berarti dalam hidup mereka. Momen di mana perasaan saling percaya dan harapan mengikat mereka dalam satu tujuan. Langkah besar menuju kehidupan yang lebih baik.
"Ra." Aidan memanggil lembut, menarik perhatian Yara. "Inget, kita nggak cuma pergi buat ngelupain kenangan buruk di masa lalu. Kita pergi buat bikin kenangan baru yang lebih seru."
Yara menatap Aidan, senyumnya merekah. "Iya. Berarti aku udah boleh pacaran kan?" tanyanya dengan nada bercanda. Dia tahu Aidan tak akan membiarkan satupun lelaki dekat dengannya. Dia sendiri pun sama sekali tak berniat untuk menjalin hubungan romantis dengan siapapun saat ini. Dia hanya ingin menggoda kembarnya itu dan mencairkan suasana yang sejak tadi tegang.
Aidan mengerutkan keningnya tanda tak setuju. "Awas aja kalau kamu deket sama cowok. Kita langsung pulang ke Jakarta."
Yara tertawa renyah. Tawa yang sangat dirindukan Aidan. Aidan pun ikut tertawa. Mereka berdua memulai perjalanan panjang mereka dengan kebahagiaan.
Sesampainya di bandara, Yara merasa berdebar. Inilah langkah pertama menuju kehidupannya yang baru. Mereka melewati pemeriksaan keamanan dan menuju gerbang keberangkatan. Saat menunggu, Yara melihat sekeliling, mengamati para penumpang lain yang juga bersiap untuk pergi. Ada yang tertawa, ada yang terlihat cemas, dan ada juga yang tampak penuh harapan.
Setelah beberapa menit, pengumuman untuk penerbangan mereka terdengar. Dengan hati berdebar dan semangat baru yang memenuhi perasaan, Yara dan Aidan melangkah menuju pesawat yang akan membawa mereka jauh dari kota ini.
Yara menemukan tempat duduknya di samping Aidan, tepat di samping jendela pesawat. Mereka duduk bersebelahan, tangan mereka tetap bergandengan. Yara menatap jendela pesawat, merasakan pesawat itu bergerak perlahan meninggalkan landasan pacu.
Matahari bersinar cerah di langit biru. Di dalam hati, Yara bersumpah untuk tidak pernah kembali ke kehidupannya yang lama. Dia akan menjalani hidup sebagai Yara, seorang gadis yang berani, yang telah berjuang untuk kebebasannya. Suatu hari, dia akan kembali ke kota ini dengan identitas barunya. Bukan sebagai Lili, tetapi sebagai Yara sepenuhnya.
-END-
Aaaaaaak T.T
Yara udah bahagia guys. Seneng banget.
Terima kasih buat kalian yang setia nungguin cerita ini. Terima kasih buat yang udah vote. Stay healthy, stay happy.
Sampai ketemu di ceritaku selanjutnya. Lots of love for u all :*

YOU ARE READING
Princess In Distress
ChickLitApa jadinya jika ternyata nama yang kita miliki selama ini ternyata bukanlah nama kita? Apa jadinya jika masa lalu kita yang kita tahu selama ini ternyata hanyalah sebuah kebohongan? Itulah yang Lili alami. Belasan tahun dia dibohongi oleh kedua ora...