TW: VERBAL ABUSE, PHYSICAL ABUSE (KEKERASAN VERBAL, KEKERASAN FISIK)
===
it will hurt now
In a month it will still hurt
but in three months you will realize
it 's starting to hurt less
maybe the hurt
won't stop but with time you will learn to live with it
you will be okay
-Aliza Graze, The Female Embodiment II: Poetry
===
"That'll be Rp135.000." Lili menerima sejumlah uang dari pelanggan. Tak lupa dia mengucapkan terima kasih kepada wisatawan mancanegara itu.
"Li, kamu bisa cover Luna nggak? Dia masuk angin katanya. Nggak bisa dateng." ucap seorang pria dari arah belakang Lili.
Lili tampak berpikir sejenak. Cafe memang selalu ramai pada Jumat malam hingga akhir pekan. Jika ada satu saja karyawan yang absen, maka mereka semua bisa kewalahan. Bahkan tak jarang, Arya harus meminta beberapa pegawainya untuk lembur di akhir pekan.
Namun Lili tahu betul kalau sampai dia terlambat pulang, pasti akan timbul masalah. Gadis itu takut kedua orang tuanya akan menghukumnya.
"Maaf, Kak. Aku nggak bisa. Aku harus cepet pulang." ucap Lili dengan berat hati. Dia sebenarnya tidak suka membuat bosnya itu kecewa. Namun apa boleh buat. Dia lebih tidak suka menerima hukuman dari orang tuanya.
"Please, Li. Sekali ini aja. Kamu nggak pernah bisa lembur. Sekali ini aja aku minta tolong." pinta Arya. "Nanti aku kasih uang lembur double." bisiknya pada Lili agar karyawan lain tak mendengarnya.
Lili kembali diam. Dia teringat uang sekolahnya yang belum terkumpul, padahal hari jatuh tempo sudah semakin dekat. Tawaran Arya tentu saja menggiurkan untuknya. "Mmm... Oke deh." ucap Lili akhirnya.
"Nah gitu dong. Thank you ya, Li." ucap Arya sambil menepuk-nepuk puncak kepala Lili.
"Iisshh!!!" Lili menggerutu karena tindakan Arya. Gadis itu lalu kembali pada kesibukannya melayani para pelanggan yang akan membayar pesanan mereka. Meskipun tubuhnya lelah, senyum manis tetap terukir di wajah cantiknya.
===
Pukul 11 malam, akhirnya jam kerja Lili berakhir. Dia membantu karyawan lain untuk bersih-bersih dan menutup cafe.
Ketika Lili melangkahkan kakinya keluar dari cafe, jalanan kota Denpasar terlihat masih cukup ramai. Club-club malam tampak masih penuh pengunjung. Bahkan banyak pengunjung yang baru datang.
"Aku anterin yuk." Arya menawarkan. Tentu saja pria itu tidak akan membiarkan Lili pulang sendirian dengan transportasi umum. Meskipun jalanan masih ramai, tetap saja Arya merasa khawatir. Adik perempuannya juga seumuran dengan Lili. Dia pasti akan merasa khawatir jika adiknya pulang malam hari begini dengan transportasi umum.
"Rumah kita kan beda arah, Kak. Aku pesen ojek aja." tolak Lili sambil tersenyum manis.
"Ya nggak apa-apa. Sekalian aku jalan-jalan. Siapa tahu ketemu jodoh di jalan kan."
Candaan Arya membuat Lili tertawa. Entah kenapa bosnya itu belum juga bertemu jodohnya. Padahal dari segi penampilan, Arya tergolong pria idaman. Dari segi ekonomi, Arya juga sudah cukup mapan. Bahkan kini pria itu membiayai sekolah adik perempuannya yang juga teman sekolah Lili. "Yaudah ayok." akhirnya Lili menerima tawaran Arya. Mereka masuk ke dalam mobil Arya dan melaju di jalanan kota Denpasar.
YOU ARE READING
Princess In Distress
Chick-LitApa jadinya jika ternyata nama yang kita miliki selama ini ternyata bukanlah nama kita? Apa jadinya jika masa lalu kita yang kita tahu selama ini ternyata hanyalah sebuah kebohongan? Itulah yang Lili alami. Belasan tahun dia dibohongi oleh kedua ora...