01 - Raport Kakak

8.6K 716 58
                                    

Melisa mengenakan kacamata hitam setelah keluar dari ruang kemudi mobilnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Melisa mengenakan kacamata hitam setelah keluar dari ruang kemudi mobilnya. Kaki yang tertutup kulot berwarna hitam dan dialasi sepatu flat itu bergerak menuju ruang kelas Anggrek TK B. Hari ini merupakan hari pengambilan raport Xania. Suasana di sekitar sekolah mulai dipadati para orang tua murid.

Memang ini bukan pengambilan raport pertama, tetapi rasa deg-degannya masih sama seperti pertama kali. Melisa tidak menyangka anak pertamanya sudah sebesar ini. Rasanya baru kemarin Melisa berdebat dengan Candra terkait sekolah untuk Xania. Awalnya Melisa ingin menyekolahkan Xania di PAUD dekat rumah saja supaya tidak perlu jauh-jauh menjemputnya, tetapi bapak tiga anak ini tidak setuju karena fasilitas sekolahnya belum memadai. Candra takut Xania kurang mendapat perhatian di sana.

Akhirnya, Melisa mengiakan saja saat Candra mendaftarkan Xania ke yayasan Kasih Bunda, salah satu sekolah PAUD dan TK terbaik yang ada bahasa Inggris untuk percakapan sehari-hari. Melisa sampai pusing saat tiba-tiba Xania mengajaknya bicara menggunakan bahasa Inggris karena selama ini Melisa hanya mengajarkan bahasa Indonesia dan sesekali bahasa Jawa. Sadar diri nilai bahasa Inggris-nya di bawah rata-rata, makanya Melisa menyerahkan bimbingan bahasa ini kepada Candra. 

Jadi, sejak usia tiga tahun Xania sekolah di sini. Xabian dan Xavier pun sekalian sebab Melisa tidak mau pusing mencari sekolah lagi. Toh, sekolah ini benar-benar berkualitas. Semua guru baik dan ramah, kepala sekolahnya bijak, fasilitas penunjang jangan ditanya. Yang paling Melisa sukai adalah bimbingan konseling untuk orang tua setiap sebulan sekali. Jadi, hubungan antara guru dan wali murid cukup terbuka. Kalau ada murid yang bermasalah langsung diatasi.

Setibanya di depan ruang kelas, Melisa melepas kacamata, menyelipkan benda itu di atas kepala. Ibu tiga anak itu tersenyum ramah saat salah satu wali murid menyapanya.

"Baru sampai, Bu Melisa?" tanya seorang wanita yang baru saja menyapa Melisa. Wanita tersebut mengenakan setelan blazer warna lilac. Rambutnya digulung ke belakang.

"Iya, Bu Anisa. Ibu udah nungguin dari tadi?"

"Nggak, baru beberapa menit. Bu Sofia aja baru dipanggil sama Miss Angel."

Melisa mengangguk, lalu menjatuhkan bokongnya di kursi lipat samping Bu Anisa. Sepertinya akan lama duduk di sini gara-gara nama Xania berada di urutan bawah. Ya, beginilah nasib nama anak di abjad terakhir. Pasti dapat antrean lama.

Karena Bu Anisa tidak mengajaknya bicara, malah serius memainkan ponselnya, Melisa pun mengikuti. Saat ponselnya menyala, Melisa menemukan pesan singkat dari Inayah. Kakak iparnya itu mengirim foto kardus berukuran besar. Melisa tersenyum lebar, ternyata paketnya sudah tiba. 

Denay Cantik: Mel, buat apa kirim barang sebanyak ini?

Melisa: Ya, buat dipake, dong, Nay.

Denay Cantik: Tapi kenapa banyak banget? 

Melisa: Lho, kebutuhan ibu dan bayi, kan, emang banyak. Itu menurut aku belum cukup, lho.

Trio X and Our FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang