Drama minta adik masih berlanjut. Xavier terus merengek minta dibelikan adik bayi. Sudah dialihkan oleh nenek dan kakeknya, bahkan Tanaka dibawa ke kamar supaya Xavier lupa. Namun, semua cara itu tidak berhasil. Hanya Xabian yang teralihan dan kembali mendekati mainannya lagi.
"Ayo, Ayah, beli adik bayi!" Xavier menarik tangan Candra. Terus berteriak hingga napasnya tersengal.
Candra berusaha menenangkan Xavier karena jika sampai menangis apalagi dalam waktu lama, asma anak itu akan kambuh dan berujung rewel kalau tidak mau dipakaikan inhaler.
"Adik bayi nggak dibeli, Sayang. Tapi, datang dari dalam perut Mama." Candra berusaha menjelaskan sebisanya. Ia kira Xavier tidak akan kepikiran ingin punya adik mengingat dia punya dua saudara. Apalagi, saat menjenguk anaknya Ryan, Xavier tidak rewel minta adik seperti sekarang ini.
"Tapi, kata Kakak perut Mama belum besar, Ayah. Kapan perut Mama besar?"
"Ya ... kalau sudah waktunya," jawab Candra asal. Harusnya tidak boleh mengeluarkan kalimat seperti itu, tetapi mau bagaimana lagi, Candra kebingungan menghadapi permintaan Xavier kali ini.
"Ayo, Ayah, gimana caranya biar perut Mama besar? Vier mau punya adik."
Candra menggaruk kepalanya. Semakin kebingungan. Bagaimana menjelaskan tentang reproduksi ke anak umur empat tahun? Ia sudah baca-baca, bahkan saat seminar di sekolah pun sudah pernah dibahas, tetapi kenapa praktiknya sulit sekali?
"Ayah, ayo ...." Xavier kini mulai mengeluarkan air matanya. Tangannya memukuli kaki sang ayah. Melisa hendak menggendongnya, tetapi anak itu menepis tangan mamanya.
"Nggak mau! Ayo, Ayah, beli adik bayi!"
Tangisan serta pukulan Xavier semakin keras. Candra lantas mengangkat tubuh Xavier meskipun anak itu berontak. Candra membawa anaknya ke kamar karena itu adalah tempat yang paling aman dan obat-obatan Xavier juga langsung dijangkau. Mengingat asma anak ini mungkin saja akan kambuh jika kelamaan menangis. Melisa tidak ikut karena anak itu tadi menolaknya.
Untuk saat ini Candra tidak mungkin menyuruh Xavier berhenti menangis. Hanya dengan menangis cara Xavier menyalurkan perasaannya. Maka dari itu, kamar menjadi tempat yang cocok untuk situasi Xavier sekarang supaya tidak mengganggu orang lain.
Candra juga tidak bicara, tetapi matanya mengawasi Xavier. Ya, meskipun tidak seperti Xabian yang kalau tantrum akan memukul atau melempar barang. Xavier hanya menangis sambil berguling-guling, lalu akan diam ketika merasa dadanya sakit. Kalau anak-anaknya sedang seperti ini di luar rumah apalagi di tempat umum, lelahnya dua kali lipat. Lelah menenangkan anak-anak dan lelah menghadapi mulut tetangga.
Orang lain tidak akan mengerti kalau belum merasakan. Candra sangat setuju dengan kalimat itu. Semua orang tua pasti ingin anaknya tumbuh dengan baik dan tantrum merupakan tahapan normal yang dialami setiap anak. Orang tua hanya bisa menenangkan mereka, bukan disuruh berhenti dengan nada galak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Trio X and Our Family
General FictionSeason 3 ✨✨✨ Punya tiga anak kecil dengan karakter yang berbeda tentu saja membuat hidup Melisa dan Candra lebih berwarna. Ada saja tingkah laku mereka yang kadang menguras kesabaran. Menjadi orang tua memang tidak seindah di cerita-cerita dongeng...