Melisa mulai gusar. Sudah 45 menit menunggu, tetapi orang tua Vinara dan orang tua Uki belum datang. Padahal sepengetahuan Melisa, rumah keduanya cukup dekat dari sekolah. Melisa yang jauh saja sudah berusaha datang tepat waktu, meninggalkan Xabian dan Xavier bersama Ambar saja di rumah. Sebelum pergi Melisa sudah memberi pengertian, tetapi namanya anak-anak kalau orang tuanya pergi terlalu lama pasti akan mencari. Untuk kasus Xania saat ini, Melisa yakin pasti akan alot diskusinya.
Di sela-sela menanti, Melisa memang mengobrol banyak dengan Miss Vera dan Miss Bita, psikolog yang bekerja di sekolah ini. Ya, setidaknya Melisa tidak mati kutu. Mau membuka ponsel di ruang guru rasanya aneh, padahal Melisa masih punya utang mengoreksi satu naskah.
Pada menit ke-55, Bu Okta yang tak lain adalah orang tua Vinara datang, disusul Bu Sofia 15 menit kemudian. Total satu jam lebih Melisa menghabiskan waktu hanya untuk menunggu mereka. Kalau di rumah, ia sudah selesai bersih-bersih kamarnya.
"Maaf, ya, Bu Melisa menunggu lama," kata Bu Sofia.
Melisa memaksakan diri untuk tersenyum. "Nggak apa-apa, Bu. Pasti di jalan macet, ya?"
"Iya, Bu. Tadi saya ketemu temen-temen dulu karena sudah janji jauh-jauh hari. Kasian, kan, kalau dibatalkan saja gara-gara masalah sepele ini."
"Iya, nih. Saya heran kenapa masalah ini harus banget dibahas. Bukannya wajar karena masih anak-anak? Nanti juga lupa sendiri. Bu Melisa, nih, jangan terlalu serius, dong," timpal Bu Okta.
Melisa menganga. Jangan terlalu serius katanya? Masalah sepele? Belum apa-apa, Melisa mulai tidak suka dengan kedua ibu ini. Apa salahnya khawatir dengan perkembangan anak?
"Berarti ini sudah bisa kita mulai, ya, Mom?" tanya Miss Bita. "Kalau sudah bisa, silakan duduk di tempat masing-masing, ya."
Bu Sofia duduk di sisi kiri, sedangkan Bu Okta di kanan, dan Melisa di tengah mereka. Melisa merapatkan blazer biru yang melapisi kaus putih polosnya. Matanya sama sekali tidak melirik kanan-kiri. Pembukaannya tadi sudah cukup membuat suasana hati Melisa kacau.
"Baik. Saya mulai, ya." Miss Bita tersenyum seraya memandangi ketiga wali muridnya satu per satu. "Saya sudah dengar kronologi kejadian kemarin dari Miss Vera. Uki katanya mengakui Xania sebagai pacarnya dan Vinara tidak terima karena Vinara tertarik dengan Uki. Fatalnya, Uki mencium pipi Xania tanpa izin. Kami sangat menyayangkan hal ini harus terjadi di usia mereka yang masih anak-anak. Seharusnya mereka bisa bersosialisasi dengan baik tanpa ada ketertarikan dengan lawan jenis. Karena hal itu belum masanya."
"Miss Bita, jangan lebai, lah. Kan, cuma tertarik. Selagi masih dalam koridor yang positif, saya jamin pasti aman. Anak-anak itu mudah lupa. Nggak usah ditanggapi serius," ucap Bu Okta.
"Bukan seperti itu, Bu Okta," sela Melisa. "Yang dikatakan Miss Bita memang benar. Anak-anak itu tugasnya hanya bermain dan belajar. Belum saatnya tertarik pada lawan jenis. Itu nanti ada masanya, ketika mereka sudah menginjak dewasa. Gimana jadinya kalau anak-anak pusing sama percintaan alih-alih memikirkan pelajaran?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Trio X and Our Family
General FictionSeason 3 ✨✨✨ Punya tiga anak kecil dengan karakter yang berbeda tentu saja membuat hidup Melisa dan Candra lebih berwarna. Ada saja tingkah laku mereka yang kadang menguras kesabaran. Menjadi orang tua memang tidak seindah di cerita-cerita dongeng...