Seperti yang sudah dijanjikannya sebelum pergi terbang, Candra akan mengajarkan Xania mengendarai sepeda. Sebelumnya anak itu sudah lancar menggunakan sepeda roda tiga. Sekarang sepeda tersebut kekecilan untuk Xania dan Candra sudah membelinya yang cukup besar tanpa tambahan roda.
"Ayah pegangin di belakang, Kakak gowes pelan-pelan."
"Iya, Ayah."
Latihan pertama, Candra masih memegang bagian belakang sepeda. Tadi Xania sempat mencoba sendiri, tetapi anak itu belum bisa menjaga keseimbangan.
Xania mulai menggowes sambil terus belajar keseimbangan. Di belakang, Xavier mengikuti dengan mobil-mobilannya. Tak lama, Xabian menyusul dengan sepeda kecilnya.
Jadilah sekarang anak-anak itu mengerubungi ayahnya. Xabian minta gantian, sedangkan Xania tidak mau kalah. Kalau Xavier benar-benar nyaris tidak pernah mengajak ribut kakaknya untuk perkara mainan. Dia selalu menunggu gilirannya. Ya, karena sifatnya ini, Xavier selalu kebagian belakangan. Kadang-kadang Melisa memberinya duluan sebagai bentuk apresiasi karena sering mengalah.
Iya, semua mainan serta barang hanya beli satu buah dan anak-anak harus bergantian saat memakainya. Sengaja seperti itu supaya anak-anak tahu bagaimana caranya bergiliran dan belajar sabar saat menunggu giliran. Kalau dipikir-pikir Melisa dan Candra mampu membeli untuk tiga-tiganya, bahkan bisa lebih, hanya saja tidak ada nilai kehidupan yang diberikan. Anak-anak tidak akan pernah tahu betapa di luaran banyak sekali anak-anak yang kurang beruntung.
Balik lagi ke Xania yang sedang belajar sepeda. Anak itu sudah mutar-mutar sebanyak tiga kali. Sementara itu, Xabian mulai kehilangan fokus saat melihat Pak Tejo mengeluarkan selang air. Kalau Xavier masuk ke rumah. Anaknya yang satu ini memang tidak suka jika terlalu lama di luar ruangan.
"Kita istirahat dulu, ya. Sarapan dulu," kata Candra kepada Xania.
"Iya, Ayah."
Xania memarkir sepedanya di carport, sedangkan Candra membujuk Xabian supaya tidak mengganggu Pak Tejo yang hendak mencuci mobil, padahal anak itu baru saja keluar membawa kain lap, menirukan Pak Tejo.
"Tamau, Ayah. Adek mau cuci mobil Adek," tolak Xabian.
"Cuci mobilnya bisa nanti sama Ayah. Sekarang Adek berhenti, ya. Kita sarapan dulu. Emang Adek nggak laper?"
"Nggak, Ayah. Adek lapelnya nanti. Adek mau cuci mobil."
"Ya udah, tapi jangan gangguin Pak Tejo, ya. Adek cuci mobil Adek."
"Kata mama, kan, halus membantu olang, Ayah."
Candra senang mendengar itu. Hanya saja, Xabian belum mengerti bahwa mencuci mobil itu tidak mudah. Pernah sekali Xabian melihatnya mencuci mobil, anak itu memang membantunya, tetapi berakhir membuat bodi mobil lecet-lecet karena tergesek dengan spon kasar yang biasa digunakan untuk mencuci panci.
KAMU SEDANG MEMBACA
Trio X and Our Family
Fiksi UmumSeason 3 ✨✨✨ Punya tiga anak kecil dengan karakter yang berbeda tentu saja membuat hidup Melisa dan Candra lebih berwarna. Ada saja tingkah laku mereka yang kadang menguras kesabaran. Menjadi orang tua memang tidak seindah di cerita-cerita dongeng...