11 - Saat Terakhir

4.1K 535 27
                                    

Tiga tahun yang lalu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tiga tahun yang lalu. Setelah Sarina jatuh di kamar mandi, kondisinya memburuk lagi. Wanita itu kerap mengeluh sakit di bagian dada, batuknya berdahak, napas pendek, demam tidak luput mengintai, yang paling baru adalah Sarina mulai pelupa. Pernah sekali Sarina berteriak menyuruh Candra pergi ke sekolah.

Untuk nyeri serta gejala lainnya, dokter menyatakan Sarina sakit pneumonia, sedangkan lupa yang dialami wanita itu disebut dimensia. Sejak mendengar vonis dokter, tugas negara Melisa bertambah karena dia yang paling sering di rumah. Sarina yang tidak mau ditinggal sendirian itu membuat Melisa mengerjakan dua hal sekaligus, menyusui si kembar sambil menunggu Sarina.

"Cah Ayu, ibu pengen makan gulali. Tolong beliin, ya."

Sejak pelupa, Sarina memanggil Melisa dengan sebutan 'cah ayu'. Awalnya Melisa kaget, hampir sujud syukur malah. Namun, mengingat kondisi Sarina yang cukup memprihatinkan, Melisa urung senang. Sarina bahkan sudah lupa pernah berseteru dengan menantunya. Kini, wanita tua itu selalu mencari Melisa ketimbang Lala yang sudah menemaninya bertahun-tahun. 

"Sekarang udah malam, Bu. Udah tutup semua warungnya. Besok pagi Mel beliin. Sekarang Ibu tidur."

"Terus Candra ke mana, Cah Ayu?"

"Mas Candra terbang, Bu."

"Terbang ke mana? Emangnya Candra punya sayap?"

"Bukan, Bu. Mas Candra sekarang pilot, kerjaannya, ya, nerbangin pesawat. Besok siang pulang."

"Lho, Candra, kan, masih sekolah penerbangan, kok udah terbang?"

"Bu, itu udah lama. Sekarang Mas Candra udah jadi kapten, kerja di maskapai yang bagus, udah nikah dan punya anak."

"Punya anak berapa?"

"Tiga, Bu. Satu cewek, dua cowok kembar. Yang cewek baru aja ulang tahun yang ketiga, terus adiknya baru satu tahun empat bulan."

"Kamu istrinya?" 

"Iya, Bu. Aku istrinya."

Ini bukan sekali dua kali Melisa mengulang sejarah keluarganya kepada Sarina, tetapi sudah yang kelima puluh kali. Besoknya diulang lagi kalau Sarina lupa. Jujur memang melelahkan harus mengulang informasi terus-menerus. Akan tetapi, ini bukan waktunya untuk mengeluh. Melisa ikhlas merawat ibu mertuanya.

Fisik Sarina yang lemah cukup menguntungkan sebab wanita itu tidak akan pergi-pergi dari rumah. Bisa repot kalau Sarina keluar terus lupa nama beserta alamat rumahnya.

"Sekarang Ibu tidur, ya. Ini udah malam, lho. Ibu harus banyak istirahat biar cepet sembuh."

"Emang ibu sakit apa?"

"Ibu sakit pneumonia. Kalau Ibu nggak istirahat sekarang nanti dadanya sakit lagi."

"Ini ibu di rumah siapa? Kok, beda, ya, sama rumah ibu?"

Trio X and Our FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang