Sepanjang hari Xabian selalu bertanya kapan disunat. Hal itu membuat Melisa pusing sampai menguntal obat. Ditambah lagi Candra belum juga mendarat, Melisa yang jadi sasaran empuk anak-anak. Ternyata keputusannya mengkhitan salah satu anak bisa berujung seperti ini. Xabian lebih cerewet dari yang Melisa perkirakan. Kalau dulu dua-duanya langsung disunat semua, sekarang tinggal merayakannya saja.
"Jadi, Adek beneran mau sunat sekarang?" tanya Melisa yang entah sudah berapa kali, sebab baru kali ini dirinya melihat Xabian konsisten dengan satu keinginan. Biasanya kalau sudah dibilang nanti, anak itu lupa.
"Iya, Mama. Adek udah bilang dali dulu. Mama kenapa tanya mulu? Adek jadi bosan."
"Dari tadi, Adek. Bukan dari dulu." Melisa meralat ucapan anaknya. "Emang Adek udah siap terima risikonya? Habis sunat itu pasti sakit. Adek mau tahan sakitnya?"
"Mau. Adek janji bakal tahan sakitnya."
"Terus, nih, Mama mau tanya lagi. Adek juga mau nggak janji nggak ngompol lagi setelah sunat?"
"Emang kalo udah disunat nggak boleh ngompol lagi, Ma?" Xabian balik bertanya.
"Iya. Kan, kalau udah disunat itu berarti Adek naik satu tingkat ke dewasa. Kalau udah dewasa nggak boleh ngompol lagi."
"Ya udah, sekarang Adek coba nggak ngompol, ya, Mama. Tapi, kalo Adek tiba-tiba ngompol, Mama nggak malah, kan?"
"Enggak, dong. Emang kapan Mama marah kalau Xabian ngompol?" Melisa mengecup kepala Xabian. "Ya udah, Adek sekarang bobok dulu, ya. Nanti kalo ayah udah pulang, Mama bilang besok ketemu Pak Dokter."
"Ayah halus pulang sekalang, Ma. Adek mau sunat besok."
"Iya, ayah emang pulang hari ini. Sekarang Xabian bobok, ya. Kalo nungguin ayah, besok Adek kesiangan bangunnya."
Akhirnya Xabian mau merebahkan tubuhnya di kasur. Melisa mulai membacakan buku cerita sampai mata Xabian terpejam. Begitu Xabian tertidur, Melisa mencium si kembar satu per satu, kemudian keluar. Perempuan itu membuka flight radar sambil menuruni tangga ke lantai pertama.
Pesawat yang dikemudian Candra terparkir di bandara sejak 15 menit yang lalu. Namun, Melisa harus menunggu beberapa menit sebab biasanya suaminya itu masih berjibaku dengan mesin serta dokumen pesawat juga penumpang yang keluar dari kabin. Nomor WhatsApp Candra saja masih tertulis aktif dua jam yang lalu. Artinya Candra belum sempat menghidupkan alat komunikasi tersebut.
Sampai di titik ini, Melisa masih tidak percaya. Dulu dia menunggu Candra selesai dinas untuk dirinya sendiri, sekarang ada anak-anak juga yang menanti. Dulu koper Candra hanya berisi baju cantik baru, sekarang bervariasi karena ada anak-anak, dan baju cantiknya dibungkus plastik hitam. Akan tetapi, Xania pernah membukanya dan mengira baju tersebut untuknya. Candra yang shock tetap menjelaskan baju tersebut hanya untuk Melisa.
"Tapi, Kakak nggak pernah liat Mama pakai baju ini."
"Baju ini buat bobok. Jadi dipakainya pas bobok sama ayah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Trio X and Our Family
General FictionSeason 3 ✨✨✨ Punya tiga anak kecil dengan karakter yang berbeda tentu saja membuat hidup Melisa dan Candra lebih berwarna. Ada saja tingkah laku mereka yang kadang menguras kesabaran. Menjadi orang tua memang tidak seindah di cerita-cerita dongeng...