14 - Menghargai Pemberian

3.8K 532 36
                                    

Beres makan, Xabian terus merengek berangkat ke toko mainan, padahal yang lain belum selesai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Beres makan, Xabian terus merengek berangkat ke toko mainan, padahal yang lain belum selesai. Candra sampai buru-buru menghabiskan makanannya dan berencana akan pergi berdua saja dengan Xabian. Namun, percayalah tidak semudah itu.

"Nggak boleh, pokoknya Vier harus tutut!" Xavier melayangkan protes lebih dulu.

"Ikut, Adek. Bukan tutut." Xania mengoreksi ucapan adiknya.

"Ya, sama aja. Pokoknya Vier harus ikut. Masa, Adek Bian aja yang ikut Ayah."

Candra mengembuskan napas, menatap anaknya satu per satu. Kalau mereka ikut semua, bagaimana caranya supaya hanya beli satu mainan? Sudah dikatakan sebelumnya, kan, dia belum bisa mengendalikan keinginan untuk membeli barang-barang. 

Melisa diam saja. Dia malah bisa makan dengan tenang. Biarkan saja Candra kebingungan. Kan, tadi pria itu yang memantik anak-anaknya.

"Mama ikut, ya."

Melisa hampir saja tersedak kuah ramen usai mendengar ucapan Candra. Baru saja dia membayangkan untuk cuci mata sejenak sambil menunggu anak dan suaminya belanja mainan, malah Candra merusaknya.

"Ayah, kan, bisa sendiri. Kenapa mama harus ikut?" sela Melisa.

"Ya, nanti yang pegangin mereka siapa kalau bukan Mama?"

"Mereka bisa gandengan bertiga. Kalau lagi sama mama biasanya begitu. Udah, deh, jangan lebai. Sekali-kali jalan berempat."

"Mel, tapi---"

"Ssst, don't call me 'Mel'. Kalau Vier denger bisa ditiru."

Candra seketika mengatup bibirnya. Namun, dia belum mau berhenti membujuk Melisa. "Kamu mau minta sesuatu aku turuti, deh, asalkan mau ikut belanja."

"Kalau aku minta Lamborghini besok bisa?"

"Nggak Lamborghini juga, Sayang. Mau ditaruh mana nanti?"

Melisa berdecak. "Katanya mau nurutin. Manis banget mulutnya."

"Ayo, Ayah! Kapan ke toko dinonya?" Xabian mulai berteriak lagi.

Candra melirik Melisa. "Tuh, kamu denger sendiri, kan?"

Melisa mendengkus. "Ya daripada Ayah bablas beli banyak mainan, mendingan mama ikut aja. Tapi, bener, kan, mau nurutin permintaan mama?"

"Iya, Sayang."

Melisa akhirnya berdiri dan merapikan tasnya. "Oke, Adek sama Kakak jalan yang bener, ya. Inget beli mainannya satu aja."

"Asik!" seru ketiga anaknya. 

Sementara itu, Candra tersenyum. Mungkin kalau tidak ada Melisa, dia dan anak-anaknya tidak mungkin bisa seperti ini. Melisa benar-benar membuktikan bahwa anaknya akan tumbuh dengan kasih sayang yang cukup.

Hanya butuh waktu 10 menit untuk tiba di sebuah toko mainan karena letaknya memang berdekatan dengan restoran tadi. Anak-anak saling bergandengan tangan di depan, sedangkan kedua orang tuanya di belakang. Mata Candra sudah jelalatan padahal belum tiba di pintu masuknya. 

Trio X and Our FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang