Kalau Xavier habis menangis dan batuk-batuknya tidak berhenti, tugas negara Melisa bertambah satu, yaitu memberikan obat melalui masker nebulizer. Masalahnya, Melisa lupa membawa alat yang biasa dipakai Xavier, hanya membawa obat cairnya. Untungnya sekarang di rumah Ahsan tersedia nebulizer karena kalau tidak ada akan terjadi pertarungan sengit antara mama dan ayah tiga anak ini.
Sekarang sudah hampir lima belas menit Xavier menghirup uap sembari dipangku mamanya. Tentu saja Melisa tidak diam. Supaya betah, Melisa memperlihatkan buku bergambar ke Xavier.
Melisa dan Candra sudah sepakat tidak akan memberikan gadget untuk mengalihkan perhatian anak-anaknya karena itu sama saja memberikan jalan pintas. Ya, meskipun berat, sih, karena anak-anak ini hidup di era digital. Mereka tidak sepenuhnya dilarang, kok. Setiap hari Minggu siang ada jadwal untuk bermain gadget. Itu pun masih dibatasi 30 menit per anak. Nanti kalau sudah besar akan ditambah lagi waktunya.
"Nah, uapnya udah habis, nih!" seru Melisa, kemudian melepaskan tali pengait masker di belakang telinga Xavier. Setelah itu menepuk pelan dada dan punggung Xavier. "Masih sakit nggak?"
Xavier menggeleng. "Nggak sakit, Mama."
"Alhamdulillah! Kalau gitu sekarang Adek cuci muka sama kumur-kumur, ya. Mau gendong?"
"Tamau, Mama. Maunya jalan."
"Oke."
Melisa membantu Xavier berdiri. Setelah itu mereka melangkah masuk ke kamar mandi. Setibanya di sana, Melisa menyalakan keran, lalu membasuh wajah Xavier terutama di sekitar mulut dan hidungnya menggunakan air. Baru menyuruh Xavier kumur-kumur sekalian sikat gigi supaya sisa obatnya tidak mengendap di rongga mulut.
Selesai melakukan itu, Melisa mengajak Xavier keluar. Karena peralatan nebulizer tadi sedang dibersihkan oleh Candra, Melisa melipir ke ruangan lain, mencari Xania dan Xabian, sementara Xavier ingin ikut ayahnya. Namun, ia hanya menemukan Ratna di sana.
"Xania sama Xabian mana, Ma?"
"Udah tidur semua. Xania tidur di kamar Tiara. Kalau Xabian tadi diajak tidur sama papa. Tenang aja, mereka udah cuci muka sama sikat gigi. Xania yang anter Xabian ke kamar mandi."
Melisa tersenyum mendengar itu. Xania paling besar sudah mengerti. Hal itu meringankan pekerjaan mamanya.
"Nanti aku minta Mas Candra pindahin Xabian, ya, Ma. Soalnya dia bakal nangis kalau nggak tidur bareng Xavier," kata Melisa. Untuk bagian satu ini cukup sulit diterapkan kalau Xavier terpaksa menginap di rumah sakit. Xabian pasti akan memaksa ikut dan tidur di samping saudaranya.
"Oh, iya. Sama kayak Ryan dulu waktu masih kecil, nggak suka kalau dipisahin sama Fyan."
"Dulu Bang Ryan usil banget, Ma?"
"Iya. Kerjaannya bikin Fyan nangis. Mama itu sampai pusing misahin mereka kalau lagi rebutan mainan."
"Persis kayak Xabian. Sukanya gangguin Xavier."
KAMU SEDANG MEMBACA
Trio X and Our Family
General FictionSeason 3 ✨✨✨ Punya tiga anak kecil dengan karakter yang berbeda tentu saja membuat hidup Melisa dan Candra lebih berwarna. Ada saja tingkah laku mereka yang kadang menguras kesabaran. Menjadi orang tua memang tidak seindah di cerita-cerita dongeng...