21 - Father Daughter Date

4.9K 567 26
                                    

Melisa masih ingat waktu masih kecil Hartanto sering mengajaknya keluar, entah itu makan, nonton, naik wahana, atau hanya sekadar jalan-jalan di alun-alun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Melisa masih ingat waktu masih kecil Hartanto sering mengajaknya keluar, entah itu makan, nonton, naik wahana, atau hanya sekadar jalan-jalan di alun-alun. Itu pun dilakukan berdua saja. Kalau tidak sempat, Ahsan yang menggantikan. Saat pergi, Melisa selalu memakai dress dan rambutnya diikat rapi oleh Ratna, sementara Hartanto atau Ahsan mengenakan kemeja dan celana rapi. Begitu sudah besar, Melisa baru paham kenapa Hartanto melakukan itu. Papanya ingin Melisa merasakan itu pertama kali dari keluarganya, bukan dari laki-laki lain. Melisa juga merasa ikatannya dengan sang papa begitu kuat. Tidak canggung baik saat berkeluh kesah maupun menyampaikan pendapat.

Sekarang Melisa menurunkan kebiasaan itu kepada Xania. Untung saja ayah dari anak-anaknya adalah Candra. Lelaki itu tidak keberatan pergi jalan-jalan meskipun baru saja selesai bertugas. Candra pastikan anak-anaknya tidak memiliki kenangan buruk terhadap kedua orang tuanya. Seperti yang pernah dikatakan Martin sebelum meninggal, menciptakan keluarga.

"Mama, Kakak mau pakai baju ini," kata Xania sembari menunjukkan dress A-line warna biru muda dengan pita besar di bagian belakang. Melisa memang sengaja membiarkan Xania memilih pakaiannya sendiri. Katanya ini salah satu cara untuk menumbuhkan kepercayaan diri anak. Namun, sebelum itu, Melisa memberikan arahan perbedaan pakaian serta aksesoris mana yang pantas dikenakan saat di rumah, saat pergi ke acara-acara tertentu, saat siang dan malam hari, hingga cara memilih warna yang tepat. Begitu sudah paham, barulah Melisa membebaskan Xania memilih sendiri. Melisa akan membantu jika Xania memintanya.

"Oke. Sepatunya mau yang mana?" Melisa membuka laci berisi sepatu-sepatu milik Xania. Mulai dari flat shoes, pantofel, hingga sneaker.

"Yang ini, Mama," jawab Xania sambil menunjuk sepatu flat shoes warna biru muda, senada dengan dress-nya.

Melisa lantas mengambil sepatu itu. "Oke. Sekarang Kakak ganti baju, ya? Ganti baju sendiri apa dibantu Mama?"

"Sendiri, Mama."

"Oke. Hati-hati, ya."

Saat Xania masuk ke kamar mandi, Melisa menyiapkan sisir, ikat rambut, dan pita. Ingin menambahkan gelang dan kalung juga, tetapi sepertinya itu berlebihan. Meskipun bukan perhiasan emas, tetap saja yang namanya anak kecil dipakaikan perhiasan akan mengundang para mata keranjang.

Beberapa menit kemudian, Xania keluar dan sudah mengenakan dress yang ritsletingnya belum ditutup. Sepertinya anak itu kesulitan menaikkan ritsletingnya.

"Sini Mama bantu, ya." Melisa menaikkan ritsleting, juga memperbaiki bagian rok yang terlipat ke dalam.  "Sekarang rambutnya disisir, ya. Kakak rambutnya mau dikuncir satu atau dua?"

"Dua!"

"Kalo gitu sekarang Kakak duduk, ya. Mama bantu ikat rambutnya."

Xania menurut. Anak itu duduk di kursi rias berbentuk bulat. Setelah itu, Melisa berdiri di belakangnya, mulai meneteskan minyak rambut di atas kepala Xania agar mudah dibentuk. Usai disisir rapi, Melisa membagi rambutnya menjadi dua, lalu digulung ke atas dan diikat menggunakan karet. Melisa menambahkan pita berwarna biru di dua gulungan rambut anaknya.

Trio X and Our FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang