Keesokan harinya saat anak-anak sudah bangun, Melisa memberitahu mereka bahwa nanti pukul 09.00 akan pergi ke Yogyakarta. Tahu akan bepergian, tentu saja mereka bersorak senang, apalagi setelah mendengar akan naik kereta. Setidaknya ada kesamaan antara ketiga anak ini dengan mamanya, yaitu senang bepergian menggunakan kereta.
"Nanti di kereta kalian duduk yang benar, ya. Jangan kebanyakan jalan-jalan. Jangan mengganggu penumpang lain." Melisa mengingatkan anak-anak dari sekarang. Meskipun sebenarnya tidak ada jaminan. Xabian yang paling aktif nanti.
"Terus nanti kalau sudah sampai di Jogja, kalian sama Mbak Ambar dulu di hotel, ya. Soalnya Mama mau ke rumah sakit, kalian nggak boleh ikut karena anak-anak nggak boleh masuk. Nah, sama Mbak Ambar, kalian boleh berenang, boleh jajan apa aja. Asalkan apa?"
"Jangan berlebihan," jawab ketiga anak itu serempak.
"Bagus! Sekarang kita kerja sama, ya. Kakak masukin pakaian Kakak yang mau dibawa, mama masukin pakaian Adek."
"Bian mau juga, Mama!"
"Vier juga!"
Melisa tersenyum. "Ya udah, Adek Bian sama Adek Vier ambil pakaian masing-masing di lemari, ya. Terus bawa ke sini, biar mama yang masukin."
Pertama Melisa memasuki kamar si kembar dulu yang kemungkinan akan membawa banyak barang. Xabian dan Xavier kemudian membuka lemari sama-sama. Sementara itu, Xania dibiarkan mengemasi pakaiannya sendiri. Untuk melatih kemandirian mereka, Candra membeli furniture kamar anak-anak sesuai dengan tinggi badan mereka. Untuk cermin di kamar Xania dibuat setumpul mungkin dan tidak rawan jatuh sehingga tidak membahayakan si pengguna.
Minusnya adalah isi lemari pakaian selalu berantakan, terutama lemari si kembar. Ada saja proyek yang mereka kerjakan di lemari itu. Kemarin saja pakaian mereka di lantai semua karena lemarinya digunakan untuk rumah-rumahan. Kalau sudah seperti itu, Melisa memberikan pengertian supaya mereka tahu bahwa fungsi lemari sebenarnya adalah menyimpan pakaian.
"Mama, boleh kalau pakaian Vier dan Bian nggak sama?" tanya Xavier dengan mata berkedip. Di antara dua saudaranya, Xavier memang paling lemah lembut. Benar-benar duplikatnya Candra.
"Oh, boleh, dong. Silakan Vier ambil pakaiannya sesuai keinginan."
Melisa tidak melarangnya. Toh, dia sudah sangat puas melihat mereka menggunakan pakaian kembar saat masih bayi. Sekarang mereka sudah bisa bicara dan pandai mengungkapkan isi hatinya. Di momen tertentu mereka tidak mau aksesorisnya sama dan Melisa tidak pernah memaksa harus sama. Lagi pula itu salah satu cara untuk membedakan Xabian dan Xavier selain dari bentuk tubuh. Xabian sangat menyukai kaus gambar robot-robotan, sedangkan Xavier menyukai gambar pokemon.
"Mama, lobot-lobot lego ini boleh dibawa nggak?" tanya Xabian.
"Boleh bawa satu, ya."
"Oke, Mama."
KAMU SEDANG MEMBACA
Trio X and Our Family
General FictionSeason 3 ✨✨✨ Punya tiga anak kecil dengan karakter yang berbeda tentu saja membuat hidup Melisa dan Candra lebih berwarna. Ada saja tingkah laku mereka yang kadang menguras kesabaran. Menjadi orang tua memang tidak seindah di cerita-cerita dongeng...