Memang benar kata orang, anak yang paling aktif kalau tiba-tiba diam selalu bikin cemas. Seperti yang Melisa alami sekarang. Dia heran kenapa sejak pulang sekolah Xabian tidak banyak bicara. Makan pun tidak semangat. Melisa mencoba bertanya, tetapi anak itu tidak menjawab.
"Adek Bian kenapa, ya? Vier tahu?" Melisa mengorek informasi dari Xavier. Namun, sama saja. Xavier justru menggeleng pertanda tidak tahu.
"Bian tadi main sama Virza, Mama. Adek ditinggal tadi," imbuh Xavier.
"Terus Adek nggak nyusul?"
"Nggak."
Melisa mengangguk, lalu membiarkan Xavier bersepeda lagi. Kakinya bergerak ke arah ruang tengah. Lantainya penuh dengan robot-robotan, tetapi yang membuat Melisa heran adalah Xabian tidak memainkannya. Ini aneh. Biasanya Xabian sedang sibuk melepaskan kepala robot dari badannya. Sekarang anak itu malah tiduran di karpet. Dalam keadaan sakit pun, Xabian masih sanggup lari-larian sampai Melisa ikutan sakit karena kelelahan mengejarnya.
Makin penasaran, Melisa mencoba mendekat. "Adek kenapa?"
Saat itu juga Xabian mengubah posisinya menjadi duduk. Tangannya menarik Melisa agar mendekat.
"Mama, Adek mau sunat."
"Eh?" Melisa mengerjap. Matanya mengamati wajah Xabian. "Kamu tahu dari mana kata sunat?" tanya perempuan itu.
"Tadi Vilza celita kalau libulan kemalin dia sunat, telus pulangnya diangkat olang-olang, telus ada petasan sama ondel-ondel, telus banyak yang kasih uang sama hadiah."
Melisa spontan diam. Dia memang sengaja tidak membahas tentang sunat karena Xabian masih dini. Kalau di rumahnya, teman-teman sebayanya dulu baru sunat saat lulus SD, bahkan ada yang SMP. Lain halnya di sini, Melisa kerap mendengar anak laki-laki yang masih kecil sudah disunat. Bukan karena alasan kesehatan seperti Xavier, melainkan adatnya seperti itu.
Karena anak-anak ini bukan tinggal di Semarang, ya siap-siap saja mereka melihat teman sebayanya mengadakan acara khitanan.
"Emang Bian tahu sunat itu kayak apa?" Melisa mulai melempar pertanyaan. Dia ingin tahu sejauh mana pengetahuan Xabian.
"Kata Vilza yang buat pipis dipotong, Ma. Emang benelan dipotong?"
"Iya."
Mata Xabian membulat sempurna. "Hah? Telus nanti Adek pipisnya gimana, Ma, kalau dipotong? Nggak jadi sunat, deh, nanti nggak bisa pipis."
"Bukan kelaminnya, Adek. Tapi kulit yang menutupi ujung kemaluan Adek. Itu diambil biar bersih."
"Tapi punya Bian belsih, kok, Mama. Kan, selalu cebok kalo habis pipis."
"Iya, dari luar memang kelihatan bersih, tapi di dalam kulit yang tertutup itu belum tentu, makanya laki-laki diwajibkan untuk sunat supaya terhindar dari penyakit."
KAMU SEDANG MEMBACA
Trio X and Our Family
General FictionSeason 3 ✨✨✨ Punya tiga anak kecil dengan karakter yang berbeda tentu saja membuat hidup Melisa dan Candra lebih berwarna. Ada saja tingkah laku mereka yang kadang menguras kesabaran. Menjadi orang tua memang tidak seindah di cerita-cerita dongeng...