Liburan usai. Anak-anak kembali ke rutinitas sebelumnya, yaitu pergi ke sekolah. Kalau Xania masuk sekolah dari hari Senin sampai Jumat, sedangkan Xabian dan Xavier hanya hari Senin, Rabu, dan Jumat. Durasi belajar Xania dimulai pada pukul 08.00-11.45, sementara Xabian dan Xavier dari pukul 08.00-10.30. Kadang-kadang Melisa memilih menunggu Xania di kafe dekat sekolah atau main di playground bersama si kembar daripada pulang karena jarak sekolah dengan rumah cukup jauh.
"Diiket dulu rambutnya, ya, Kak."
Melisa berdiri di belakang Xania dengan memegang sisir dan dua ikat rambut warna biru, senada dengan warna seragamnya. Melisa membelah rambut Xania menjadi dua, lalu diikat satu-satu. Mengikat rambut anak ini harus dalam keadaan setengah kering supaya mudah dibentuk. Sejak menjadi orang tua, menjaga penampilan anak-anak adalah salah satu keahlian Melisa.
"Mama, kenapa rambut Kakak kayak mi?"
Tepat sekali Melisa baru selesai mengikat rambutnya saat Xania menanyakan itu. Ini pertama kalinya Xania menanyakan bentuk fisiknya. Sebelumnya memang sudah diberi penjelasan terkait perbedaan fisik di setiap manusia.
"Karena rambut Kakak sama kayak punya mama," jawab Melisa seraya menunjuk rambutnya yang tidak diikat.
Xania memutar tubuhnya, mengamati rambut sang mama yang juga persis seperti miliknya. "Kenapa rambut Mama kayak mi juga?"
"Karena sama Allah dikasihnya begini."
"Terus bisa nggak rambut Kakak kalau dilurusin?"
"Bisa, tapi tunggu Kakak besar dulu, ya. Soalnya alat, obat, sama perawatannya hanya bisa dilakukan kalau Kakak udah besar."
Namun, setelah itu, Melisa melihat raut wajah Xania berubah. Sepertinya Xania sedang tidak pede dengan bentuk rambutnya. "Kakak pengen rambut lurus, ya?"
"Iya, Mama!" jawab Xania dengan mata berbinar. Kedua tangannya menyentuh pergelangan tangan sang mama. Matanya kembali memperhatikan rambut Melisa lagi. Ia merasa ada yang ganjil dengan ucapan mamanya. "Tapi, Mama udah besar, kenapa rambutnya nggak lurus juga?"
"Karena mama suka. Rambut ini bikin mama jadi kelihatan beda dari orang-orang di luar sana. Rambut keriting juga murah biayanya karena nggak gampang lepek. Rambut keriting itu menarik. Buktinya ayah suka sama rambut mama yang ini."
"Tapi, kenapa temen-temen di sekolah bilang rambut ini jelek, Ma?"
Pancingan berhasil. Melisa tahu Xania tidak akan begini kalau tidak ada pemicunya. Ya, mau sekolahnya paling bagus sekalipun, tetap tidak akan bisa menghindari masalah perundungan ini.
"Berapa temen yang bilang rambut Kakak jelek?"
"Tiga, Ma."
"Cuma tiga, Kak. Masih kalah jauh sama yang bilang rambut Kakak bagus. Kalau menurut mama, tiga orang yang bilang jelek itu justru sebenarnya mereka pengen punya rambut kayak Kakak, tapi nggak bisa. Jadi, saran mama, Kakak jangan dengerin mereka. Kakak itu cantik, lho, meskipun rambutnya keriting."
KAMU SEDANG MEMBACA
Trio X and Our Family
General FictionSeason 3 ✨✨✨ Punya tiga anak kecil dengan karakter yang berbeda tentu saja membuat hidup Melisa dan Candra lebih berwarna. Ada saja tingkah laku mereka yang kadang menguras kesabaran. Menjadi orang tua memang tidak seindah di cerita-cerita dongeng...