Helaan nafas, sayangnya mama❤️

3.4K 103 9
                                    


"Inget anak ? Aku kira kamu tidak peduli sama Shaka" ujar arhan ketus, saat Azizah datang.

Azizah tidak menghiraukan ucapan suaminya, ia berjalan cepat ke arah bed, memeluk tubuh Shaka, menumpahkan rasa bersalahnya yang teramat dalam.

Ucapan maaf, beberapa kali keluar dari mulut Azizah. Dia salah, ia memang ibu yang sangat teledor, bisa bisanya dia pergi disaat anaknya sedang membutuhkannya.

Arhan malas, ia pergi mangkir, dari sisi Shaka pindah ke sofa, dia duduk bersender, memijat keninganya, yang terasa sangatlah berdenyut. Perasannya saat ini sedang tak baik baik saja, kalau sampai tersulut, bisa kapan aja meledak.

"Kamu kenapa nggak kabarin aku mas, kalau Shaka masuk rumah sakit"

"Tidak salah bertanya kamu ha ? Aku dan Umi menelpon kamu berkali kali, tapi kamu hilang, tidak bisa di hubungi!" Balas arhan tajam.

Azizah tergelak, ia segera mengecek ponselnya. Helaan nafas berat terdengar. Bisa bisanya dia mengaktifkan mode silnt, pantas saja ia tidak sadar, adanya sambungan telepon yang masuk.

"Ada kan ? Kamu aja yang tidak peduli dan tak mau di ganggu. Makanya, telepon aku dan Umi tidak kamu angkat" ujar arhan acuh dan tajam.

"Ponsel aku di silnt mas, aku nggak cek ponsel sama sekali, makanya aku nggak engeuh" bela Azizah, karena memang itu faktanya.

"Dari awal aku sudah bilang, Shaka sakit! tapi kamu kekeh pergi. Bagi kamu, Shaka memang tak ada harganya ya zah. Kamu selalu aja lebih mementingkan pergaulan kamu itu, daripada anak kamu sendiri!"

"Jangan asal bicara kamu mas. Aku ini ibunya, aku yang mengandung dan melahirkan dia ya" balas Azizah, ia memincingkan matanya tajam.

"Iya, tapi kamu tak menghargai kehadirannya. Seolah olah, Shaka tuh memang tak ada harga nya sama sekali untuk kamu!" ujar arhan lagi, mempertegas ucapannya.

"Mana mungkin dia tidak berharga untuk aku, kalau memang diminta, mungkin nyawa akan aku berikan untuk Shaka" sahut Azizah mulai tersulut.

Arhan tidak kembali menimpal, dia melengos pergi. Kalau terus menimpal, yang ada mereka berdua akan sama sama menggila. Lebih baik arhan menghindar dulu, sampai keadaan lebih baik.

Azizah mengusap wajahnya frustrasi, terduduk mengatur nafasnya yang memburu. Dia salah, tapi tak seharusnya suaminya itu menghakimi.

Dia memang cuek, tetapi Shaka adalah helaan nafas untuknya, tempat Azizah menopangkan segala hal tentang hidupnya. Kesakitan Shaka, itupun kesakitannya. Kalau bisa memilih, yah mungkin biar dia saja yang sakit sekarang ini.

"Mama"

"Eh hay, apa sayang ?" Dengan cepat Azizah menghapus air mata yang lolos di pelupuk matanya "kenapa bangun, Shaka mau apa ?"

"Mama tidak usah nangis, aka nggak apa apa kok" ujar shaka, seraya tangannya menggapai pipi sang mama yang basah.

Azizah terenyuh mendengarnya, dia memeluk tubuh anak mungil yang selalu memberikanya ketenangan, dengan rasa penuh penyesalan. Sangat, dia sangat menyesali kecerobohannya.

"Maaf ya, tadi mama ninggalin Shaka"

"Its oke ma, gak apa apa kok. Kata papa, mama ada urusan" balas Shaka dewasa sekali.

Lagi lagi hati Azizah di buat terenyuh, senyum Azizah tersungging, dengan tangannya terulur mengelus kepala anaknya lembut "makasih ya, udah jadi anak yang kuat"

Shaka mengangguk "kata papa, Shaka harus jadi anak yang kuat, biar bisa jagaian mama kalau papa sedang tidak ada" ujarnya sangat menentramkan hati Azizah.

Teman Hidup. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang