26. Pendekatan

8.6K 490 17
                                    

Paul memasuki lapangan basket yang berada tidak jauh dari komplek perumahan rony. Rony tadi menelpon untuk menemaninya bermain basket. Emang random temannya yang satunya itu, tiba-tiba saja malam-malam begini rony mengajak paul untuk bermain basket.

Mata paul menangkap sesosok temannya itu yang sedang berdiri didepan ring basket sambil memukul-mukulkan bola basket.

Rony yang menyadari kedatangan paul langsung melempar bola basket yang ada pada tangannya ke arah paul. Paul menangkap bola basket itu dengan sigap.

"Lawan gue" tanpa mengucapkan basa-basi terlebih dahulu rony langsung mengajak paul untuk bermain basket. Lebih tepatnya menantang paul untuk bermain basket dengannya.

Tanpa membalas perkataan rony, paul langsung mendrible bola basket yang kini ada dalam genggamannya

Dengan tak sabar rony merebut bola basket yang berada pada tangan paul dengan cepat dan kini sudah berpindah tangan kembali kepada rony. Rony langsung menembak bola basket tersebut dengan sekali tembakan. Dan masuk!

Paul kembali memegang bola dan akan memasukan bola tersebut kedalam ring, namun dengan kasar rony merebut bola tersebut.

Namun lagi-lagi saat paul akan merebut bola, rony mendorong paul dengan kasar hingga paul tersungkur jatuh. Rony bahkan tidak peduli, ia memilih memasukan bolanya kedalam ring. Paul kembali berdiri dan mulai mendrible bola kembali, dan rony dari arah kanan mendorong bahu paul dengan kuat sehingga paul kini jatuh kembali.

Paul berdiri dengan kesal dan meraih bahu rony dengan sekali hentakan.

"Lo apa-apaan sih anjing!" Paul tersulut emosinya karena rony bermain basket kali ini sangat kasar.

Nafas rony tersengal-sengal, ia juga tak menjawab ucapan paul.

"Maksud lo apa nyuruh gue kesini ? Buat ngelampiasin emosi lo ?" Rony lalu mendudukan dirinya di lapangan basket dengan dada yang masih naik turun.

"Jawab anjing!" Tapi rony tetap diam, iya memang benar ia mengajak paul bertanding basket hanya untuk melampiaskan emosinya, emosi karena melihat diman dan salma tadi.

Paul ikut mendudukan dirinya disebelah rony, hening sejenak, mereka kini sama-sama mencoba mengatur nafas dan mencoba untuk lebih tenang.

"Soal salma ?" Paul bertanya tepat pada sasaran. 

"Kenapa lagi lo berdua ?"

"Gue gak tau, gue gak ngerti gue kenapa, yang jelas gue bener-bener gak suka liat diman sama salma."

"Jelas-jelas lo suka sama salma" rony menoleh ke arah paul mencoba menyangkal.

"Apa ? Mau nyangkal ? Denial aja terus sampe si salma diembat tuh sama si diman, nangis kejer lo."

"Gue sendiri yang waktu itu bilang, gak bisa bales perasaan dia, terus dengan gak tau dirinya gue sekarang suka sama dia gitu ?"

"Sekarang ? Lo yakin baru sekarang suka sama salma ? Coba lo pikirin baik-baik. Lo suka sama salma dari dulu, gue yakin itu, lo cuman terlalu denial di balik kata sahabat lo itu."

Rony mencoba mencerna setiap perkataan paul, apa benar ia suka salma dari dulu ? Tapi dari kapan ? Dari sebelum ia pacaran dengan flaura ? Atau lebih lama dari itu ?.

Tapi yang baru rony pahami yaitu perbedaan saat ia ditinggalkan oleh flaura begitu saja rasa sakitnya tak ada apa-apanya dibandingkan dengan sakitnya saat ia tak diberi kabar oleh salma selama 6 bulan kemarin. Ternyata sakitnya berkali-kali lipat.

Dan kini ia merasakan sakit yang berbeda lagi ketika melihat salma dengan diman, rasa sakitnya sulit untuk dijabarkan, tapi yang ia tahu ia benar-benar tak suka melihat diman dekat dengan salma, rasanya ia ingin menarik diman jauh-jauh dari salma, dan memeluk salma erat-erat agar tak jauh darinya. 

SAMELY -  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang