29. Menikmati Desa (1)

17.9K 1.3K 67
                                    

Ritme pedesaan yang santai membuat Shanum nyaman dan betah berada di kampung Jagat. Biasanya di Jakarta dia sudah penuh dengan aktivitas dan diburu waktu. Di sini dia bisa bersantai dan menikmati suasana damai sekaligus pemandangan yang menenangkan. Tetangga-tetangga juga sangat ramah dan selalu saling sapa. Kemarin Ibu Jagat sudah mengajak Shanum berkeliling kampung untuk dikenalkan pada kerabat yang tinggal di sana. 

Hari ini Ibu Jagat akan mengajak Shanum dan Ayang untuk menyambangi sawah. Saat ini Jagat dan ayahnya sedang meninjau sawah mereka. Sedangkan Shanum, ibu Jagat, dan Ayang masih di rumah. Ibu Jagat mengajak Shanum untuk menyiapkan makan siang yang rencananya akan dibawa ke sawah. Kebetulan di sawah mereka ada gubuk kecil yang biasa digunakan untuk memakan bekal ketika berada di sana.

Dapur ibu Jagat cukup luas khas pedesaan. Terdapat dua sisi dapur, sebelah kanan dapur renovasi dengan peralatan masak modern. Sedangkan sebelah kiri dapur yang masih menggunakan tungku kayu. Ibu bercerita jika dapur sebelah kanan merupakan paksaan dari Jagat pembangunannya. Jagat ingin agar ibunya tidak perlu repot-repot memasak di tungku kayu. Putranya itu langsung membawa tim kontraktornya untuk membuat dapur sebelah kanan ini. Tetapi tetap saja, ibu Jagat lebih senang memasak di tungku kayu. Dapur yang sebelah kanan lebih sering digunakan oleh Ranan. Beberapa alat masak dari Shanum juga sudah di tata di sana.

Saat ini Shanum menemani ibu memasak di tungku kayu. Sebenarnya tadi sudah ditawari untuk memasak di dapur kanan saja. Tetapi Shanum menolak karena memang ingin merasakan memasak langsung di tungku kayu. Di sinilah mereka sekarang. 

Ibu Jagat sedang mengajari Shanum untuk memasak masakan khas yaitu brongkos dan botok yang merupakan makanan favorit Jagat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ibu Jagat sedang mengajari Shanum untuk memasak masakan khas yaitu brongkos dan botok yang merupakan makanan favorit Jagat. Shanum memperhatikan setiap langkah pembuatan kedua menu tersebut. Karena walaupun dia memiliki background kuliner yang cukup lumayan, tetapi untuk makanan-makanan tradisional dia masih harus banyak belajar.

Shanum sedang mengulek bumbu untuk brongkos sedangkan ibu mengolah bahan-bahan botoknya.

"Parutan kelapanya dicampur sama ulekan bawang merah, bawang putih, cabai, sama gula garam, Nduk. Tinggal nanti dibungkus daun pisang terus dikukus. Gampang ini buatnya. Jagat pas cilik kalau makan pakai ini bisa nambah nasi banyak bocahe."

"Nanti pas di Jakarta saya coba bikin, Bu. Ini kelapanya pakai yang masih muda ya Bu?"

"Ho'o, Nduk. Lebih gurih nanti. Kalau kepaksane ndak ada yang muda yo pakai kelapa tua ora popo. Mung agak luwih seret nanti."

Setelah mengulek bumbu dasar berupa bawang merah, bawang putih, dan cabai, Shanum melanjutkan untuk mengulek bumbu lainnya. Bumbu brongkos yang diulek berupa jinten, ketumbar, kemiri, jahe, kunyit, dan kluwak. 

"Kalau sudah alus, ditumis Nduk bumbunya. Nanti cemplungke daun sereh, daun jeruk, sama lengkuas. Nek sudah wangine sedep cemplungke ke rebusan bahan yang di panci."

"Iya, Bu." Shanum langsung menumis bumbu halus tersebut, setelah beberapa saat ditumis, aroma tumisan bumbu memenuhi ruangan dapur. Kemudian tumisan bumbu itu dituangkan di panci yang terdapat rebusan daging sapi, tahu, kulit melinjo, dan kacang tolo.

BersamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang