Bersama

02. Familia

Akhir pekan seperti biasa akan Shanum habiskan di rumah mamanya. Ketika sampai rumah dalam keadaan sepi, hanya ada Mbok Nah yang menjaga rumah. Ternyata penghuni rumah ini seang menghadiri kondangan tetangga. Setelah meletakkan tasnya, Shanum langsung melipir ke teras taman samping rumah.

Rumah keluarganya ini memang cukup luas, tamannya ini saja mungkin hampir setegah luas rumahnya. Di rumah ini mamanya tinggal dengan kakaknya, Ardhian, beserta Mila istrinya, dan Ale keponakan gembulnya yang berumur 4 tahun. Kakaknya itu memang memilih untuk tinggal bersama mamanya, bukan karena tidak memiliki uang untuk membeli rumah sendiri, tapi karena memang mau menemani mama.

Sejak papa meninggal 5 tahun lalu, semua tanggung jawab beralih pada kakak sulungnya itu. Karena takut mama kesepian, Mas Ardhian sudah bilang kalau nanti akan tinggal bersama mama. Untungnya Mbak Mila, yang saat itu masih berstatus sebagai pacar tidak mempermasalahkannya. Kakak iparnya itu memang baik sekali, dia sangat dekat dengan mama. Bahkan banyak yang mengira kalau dia adalah anak kandung mama bukan hanya menantu saking dekatnya mereka.

"Ateeee!!!" bocah gembul yang baru saja masuk rumah itu langsung berlari menerjang Shanum begitu melihatnya.

"Hai, sayang. Habis darimana nih?" tanya Shanum sambil memeluk keponakan gembulnya.

"Dali beli es klim cama Om Keanan."

Shanum melihat adiknya itu berjalan masuk sambil membawa bungkusan tas kresek kecil. "Kok, Ale ikut kamu, Dek?"

Keanan duduk di kursi samping Shanum. "Tadi ikut mbak, sama aku juga. Cuma rewel terus malahan, ya udah aku bawa pulang aja. Mbak baru sampai?"

"Ya, sekitar satu jam tadi lah. Dek, tadi ada paket buat kamu, tapi Mbak tinggal di apartemen. Besar soalnya, repot mau bawa." ucap Shanum sambil membantu Ale membuka bungkus es krimnya.

"Sip, Mbak. Lagian besok aku udah balik ke apart kok."

Shanum dan Keanan memang tinggal bersama di apartemen yang Shanum beli dua tahun lalu. Kebetulan apartemennya dekat dengan kampus yang dimasuki adiknya itu. Mama pun dengan titahnya yang tidak bisa dibantah menyuruh Keanan untuk tinggal bersama mbaknya dan tidak boleh kos. Keanan sih mau-mau saja toh dia jadi bisa hemat uang jajan. Bahkan Shanum sering memberinya tambahan uang jajan di luar bayarannya sebagai editor video-video Shanum.

***

Seluruh keluarga baru saja selesai makan malam. Shanum dan Mbak Mila membantu mama untuk membereskan meja makan. Sambil membawa camilan buah, mereka berkumpul di ruang tengah. Ale sedang menggambar ditemani oleh Mas Ardhian. Keanan sibuk dengan laptop mengerjakan tugas kuliah sekaligus menyicil untuk mengedit video Shanum yang akan ditayangkan hari Senin depan.

"Mama kok rasanya gabut ya akhir-akhir ini. Kayak nggak ada hal yang bisa dilakuin gitu." kata mama pada anak-anaknya.

"Gabut gimana, Ma? Bukannya hampir tiap hari mama ngerumpi sama ibu-ibu kompleks ya?" tanya Mas Ardhian heran.

"Sembarangan kamu, Mas! Mama bukan tukang rumpi ya! Mama tu cuma saling berbagi informasi sama ibu-ibu di sini. Kan harus update tentang apa yang terjadi di sekitar kita. Lagian ngerumpi juga cuma pas lagi beli sayur pagi-pagi. Habis itu kan mama nganggur. Ale juga sudah mulai masuk play group. Mila ngajar sampe siang. Kamu kerja malah kadang pulangnya malam kalau lembur. Shanum sama Keanan cuma kesini weekend aja. Itu aja kadang nggak jadi karena ada urusan ini-itu. Cariin mama aktivitas gitu lho biar mama produktif di usia tua," cerocos mama panjang dan lebar.

"Emang nggak ada arisan atau kajian di masjid gitu, Ma? Kan bisa ikut itu kalau cuma cari kegiatan mah," kata Keanan menanggapi.

"Ada sih ada. Tapi kan arisan ibu-ibu PKK di sini cuma dua minggu sekali. Kajian di masjid juga paling banyak seminggu sekali. Apa mama buka warung kelontong aja ya? Eh, jangan deh. Sebelah rumah udah ada, takutnya malah nyaingin nanti. Bisa-bisa kemusuhan sama tetangga. Kasih usul dong buat Mama. Apa kek gitu."