05. Jagat Putra Adiwongso

16.4K 1.2K 10
                                    

Tidak ada yang istimewa dari rutinitas sehari-hari seorang Jagat Putra Adiwongso. Paginya dimulai dengan ibadah kemudian dilanjutkan dengan lari pagi mengelilingi kompleks tempat dia tinggal. Setelah itu dia membersihkan diri dan membangunkan putri kecilnya dan membawanya turun ke ruang makan untuk sarapan. Kemudian Mbok Yem, pengasuh anaknya, akan memandikan putri kecilnya itu.

 Kahiyang Lestia Adiwongso. Bidadari kecil yang menjadi pusat hidup Jagat saat ini. Seseorang yang bisa dengan yakin Jagat sebut sebagai miliknya. Sudah tiga tahun Jagat berpisah dengan ibu dari putrinya. Ya, Jagat memang menyandang status sebagai duda beranak satu. Sesuatu yang tidak bisa dibanggakan olehnya. Siapa juga yang mau disebut sebagai seseorang yang gagal dalam berumah tangga.

Perceraiannya dengan Anti, mantan istrinya, terjadi karena persoalan ekonomi. Jagat hanya merupakan anak seorang petani kecil di daerah Sleman. Orang tuanya bukan orang yang kaya, bahkan untuk kuliah pun Jagat harus mencari biaya sendiri dengan menjadi kuli proyek serabutan. Setelah lulus dia ikut bekerja dengan pamannya yang juga merupakan seorang kontraktor. Penghasilannya sebenarnya mencukupi untuk membiayai hidupnya, bahkan dia bisa membantu menyekolahkan kedua adiknya. Hidupnya mencukupi dan sederhana. Jagat sudah merasa puas dengan itu.

Tetapi rupanya kesederhanaan yang sudah dirasa cukup oleh Jagat justru menjadi penyebab permasalahan dalam keluarganya. Anti memang berasal dari keluarga yang cukup berada. Ayahnya seorang PNS dengan golongan yang cukup tinggi. Semua keinginannya sudah biasa langsung dipenuhi oleh orang tuanya. Pernikahannya dengan Anti dulu sebenarnya tidak disetujui oleh orang tuanya. Jagat dan keluarganya dianggap tidak setara.

Pada awalnya pernikahan mereka berjalan cukup baik. Walaupun Anti memang tidak pernah berusaha mendekatkan diri dengan orang tua dan keluarga Jagat di kampung, bahkan cenderung memandang remeh. Anti juga selalu menolak setiap diajak Jagat mengunjungi mereka. Sikap Anti yang tidak menghormati orang tua Jagat sering manjadi pemicu pertengkaran mereka. Keadaan diperparah dengan ikut campur orang tua Anti dalam rumah tangga mereka. Puncaknya adalah ketika Anti hamil dan bilang kalau dia merasa lelah hidup miskin dengan Jagat. Dia ingin hidup seperti teman-temannya yang bisa belanja ini-itu. Anti menuntut Jagat untuk menceraikannya. 

Karena lelah dengan segala pertikaian dalam rumah tangganya, dan dengan sifat Anti yang semakin tidak menghormatinya sebagai suami, Jagat pun menerima untuk menceraikannya. Tetapi karena dalam agamanya tidak boleh menceraikan istri yang sedang hamil, perceraian mereka baru dilaksanakan setelah Anti melahirkan Kahiyang, putrinya. Kekecewaan Jagat semakin dalam ketika Anti menolak kehadiran putri mereka. Anti langsung menyerahkan Kahiyang pada Jagat, dia sama sekali tidak peduli dengan kehadirannya. 

Setelah bercerai Anti langsung kembali ke rumah orang tuanya. Bahkan tak lama setelah masa idahnya selesai, dia langsung menikah dengan laki-laki pilihan orang tuanya. Dan baru kemudian Jagat mengetahui jika Anti sudah mulai dekat dengan laki-laki tersebut saat masih menjadi istrinya. Saat ini Anti dan suami barunya juga sudah dikaruniai seorang putra yang membuatnya semakin lupa bahwa dia masih memiliki seorang putri.

 Saat ini Anti dan suami barunya juga sudah dikaruniai seorang putra yang membuatnya semakin lupa bahwa dia masih memiliki seorang putri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sejak saat itu kehidupan Jagat sebagai seorang ayah tunggal dimulai. Orang tuanya sering merasa bersalah padanya karena menganggap gara-gara kondisi mereka yang membuat rumah tangga putra sulungnya itu berakhir. Namun Jagat berkali-kali meyakinkan mereka bahwa pernikahannya berakhir karena perbedaan yang sudah tidak bisa disatukan lagi. Setelah semuanya, Jagat bertekat jika pun dia kelak memiliki pasangan lagi, perempuan itu haruslah orang yang mau menerima dan menghormati kedua orang tuanya. Dan tentu saja mau menyayangi putri kecilnya. Dia tidak mau mengulangi kesalahan yang sama untuk kedua kalinya.

Satu tahun setelah perceraiannya, Jagat memutuskan untuk merantau ke Jakarta. Dia memulai untuk membuka usaha sebagai kontraktor. Dia beruntung pamannya juga memberi bantuan Jagat ketika merintis usahanya. Pamannya memberikan beberapa limpahan proyek yang tidak dikerjakan oleh perusahaannya. Perlahan usahanya ini mulai berkembang. Sekarang bisa dibilang kondisi ekonomi Jagat lebih dari cukup. Tapi Jagat tetap dengan segala kesederhanaannya dalam menjalani hidup. Sekarang dia hanya fokus untuk membesarkan putrinya sekaligus mengembangkan usahanya saja. Untuk pasangan dia tidak mencari. Syukur jika memang Tuhan masih memberikannya jodoh, kalaupun tidak, juga tidak apa-apa.

"Ayah... hali ini Ayang ikut ayah kerja ya," Pinta Ayang, nama panggilan putrinya, dengan suara pelan.

Tak terasa putrinya sudah berusia tiga tahun sekarang. Putri kecilnya itu memang tumbuh dengan sifat pemalu dan pendiam. Terkadang Jagat ingin Ayang bisa tumbuh dengan ceria seperti anak-anak seusianya. Namun putrinya itu malah sangat sulit jika berinteraksi dengan orang baru. Selama di Jakarta, dia hanya berinteraksi dengannya dan Mbok Yem saja. Sesekali Mbok Yem akan mengajaknya jalan-jalan di sekitar komplek saja.

"Ayang di rumah sama Mbok Yem aja ya. Nanti kalau ikut ayah panas loh, banyak debu. Ndak apa-apa ya? Ayah janji nanti habis ini ajak Ayang beli jajan di supermarket." bujuk Jagat.

Ayang memasang wajah cemberut."Aku mauna cama ayah," matanya berkaca-kaca.

Jagat menghembuskan nafasnya pelan."Kalau Ayang ikut ayah nanti Mbok Yem sendirian di rumah, nanti nangis gimana? Di rumah dulu ya. Kapan-kapan kalau ayah kerja di tempat yang ndak panas pasti Ayang ayah ajak."

Setelah berbagai bujukan dilakkan, akhirnya Ayang mau untuk tetap di rumah. Sebenarnya hampir setiap pagi kejadian ini akan terjadi. Setiap dia akan berangkat kerja, Ayang selalu rewel ingin ikut dengannya. Sebenarnya Jagat tidak tega meninggalkan Ayang di rumah hanya dengan Mbok Yem saja. Tetapi dia harus tetap melakukannya karena memang kondisi tempat kerjanya tidak memungkinkan untuk membawa anak kecil seusia Ayang.

Saat-saat seperti ini yang kadang membuat Jagat berpikir, apa perlu dia menikah untuk memberikan sosok Ibu untuk putrinya?

***

BersamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang