Sambil memperhatikan mama yang sedang sibuk dengan para pekerja kateringnya, Shanum duduk di meja makan. Dia sedang menunggu kedatangan Jagat karena rencananya mereka janjian untuk makan di luar. Ayang nanti akan ditinggal di sini agar bisa bermain dengan Ale. Karena Shanum dan Jagat sedang ingin menghabiskan waktu berdua sambil membicarakan banyak hal tentang hubungan mereka.
Mila sedang berkutat dengan tabletnya mengurusi pesanan-pesanan katering mama.
"List pesenan katering mama minggu ini ya, Mbak?" tanya Shanum sambil melihat list pada tablet Mila.
Ibu hamil itu menganggukkan kepala sambil memakan cheese cake buatan Shanum. Semalam memang kakak iparnya itu meminta padanya untuk dibuatkan. Mungkin karena mengidam. "He'em, alhamdulillah penuh terus tiap minggu."
"Alhamdulillah. Ale mana Mbak? Nanti rencananya aku mau pergi sama Jagat, mau titipin Ayang di sini dulu."
"Ale lagi bobok siang, sebentar lagi bangun mau Mbak bangunin juga. Kalau kelamaan takutnya nanti malam malah begadang itu anak. Eh, Dek, Mbak kepikiran nambah pegawai buat masak deh."
"Yang sekarang nggak cukup apa, Mbak? Kalau buat handle pesenan saat ini bukannya udah cukup?"
"Aku sama mama sempet diskusi mau buka juga katering harian, Dek. Ide awalnya sih dari Mas Ardhi sih. Temen-temen kantornya sering banget bilang mau langganan makan siang sama. Biar nggak ribet katanya, daripada pesen di luar terus yang menunya itu-itu aja. Mas Ardhi sempet bawa makanan kan buat temen-temennya duh. Mereka pada suka samamasakannya mama. Tadi pas di tukang sayur juga yang pada ngekos di kompleks sebelah nanyain bisa nggak katering harian."
"Oh, boleh juga tu Mbak. Nanti menunya sekalian ada yang buat diet pakai itung-itungan kalori gitu Mbak. Temenku ada yang ahli gizi, pasti mau kalau dimintai tolong buat atur menu khusus diet di katering mama."
"Sip. Nanti kita matengin konsepnya dulu sama mama. Paling banter bisa dibuka satu bulanan lagi ini."
"Mama niatnya mau buka usaha kecil-kecilan napa malah makin berkembang gini ya Mbak," kata Shanum sambil tertawa.
Mila juga ikut tertawa, "Rezekinya mama berarti bagus, dong. Mbak ke atas dulu ya mau bangunin Ale."
Beberapa saat kemudian Mila kembali dengan menggandeng Ale yang masih sedikit mengantuk walau sudah cuci muka itu.
"Halo, sayang. Sini peluk Ate."
Ale langsung naik ke pangkuan Shanum dan menyenderkan kepalanya di dada Shanum. "Atee.."
Shanum mengelus kepala Ale. "Ini minum air putih dulu," katanya sambil menyodorkan gelas berisi air putih. Ale menyesap beberapa tegukan.
"Udah, Te..." kata Ale sambil menjauhkan gelas itu dari mulutnya.
"Sayang, nanti Ayang mau main ke sini loh."
Bocah itu mengangkat kepalanya dan menatap Shanum dengan mata berbinar. "Benelan Te?"
"Iya. Ate sama Om Jagat mau pergi dulu, nanti Ayang diajak main ya sayang.."
"He'em. Anti aku kacih liat ikan balu aku, Te. Cama lego beliin papa, baru. Tlus beli cilok, tlus main cama-cama di taman..." Ale menyebutkan rencana-rencananya dengan semangat. Pipi gembilnya sampai memerah saking semangatnya.
Shanum yang gemas dengan tingkah lucu keponakannya itu langsung mencium pipi Ale bertubi-tubi. Bocah itu hanya memekik dan tertawa kegelian. Mila hanya menggelengkan kepala melihat kemesraan tante dan keponakan itu.
***
Jagat saat ini sudah di ruang tamu rumah Shanum. Dia sedang berpamitan dengan putrinya yang sepertinya tidak terlalu peduli dia akan ditinggal ayahnya itu untuk berkencan dengan Shanum. Ayang sudah tidak sabar untuk bermain dengan Ale.

KAMU SEDANG MEMBACA
Bersama
ChickLitShanum Agnia Sudrajat, 24 tahun. Bersahabat dengan teman yang berkecimpung di dunia showbiz mau tidak mau membuatnya kecipratan juga. Walau tidak dibuka ke publik, dia adalah seorang youtuber yang terkenal dengan konten memasaknya. Muda, cantik, mem...