Chapter 8

202 14 0
                                    

Di Kerajaan Akasia

"Briyan...Briyan tolongin Eleena. "Teriak gadis kecil berpakaian merah, rambutnya diikat tinggi dengan tali berwarna hitam, bunyi lonceng yang renyah menembus telinganya, lonceng itu diikatkan di pergelangan kakinya.

Briyan yang dipanggilnya dari kejauhan menatap gadis cilik itu tidak percaya. Dibelakang gadis itu dikejar oleh sekelompok orang yang dikenalinya. Briyan hanya menghela nafas.

"Pasti dia membuat masalah lagi dengan sekelompok orang itu. "Gumam Briyan.

Sekelompok orang di belakang Eleena meneriaki namanya dengan lantang.

"Tuan putri. "

"Tuan putri. "

"Jangan lari!"

Eleena yang sadari tadi berlarian menghindari sekelompok orang itu seketika menghentikan kakinya dan berdiri di belakang Briyan. Nafasnya tersengal-sengal karena kelelahan berlari.

Briyan yang melihat Eleena bersembunyi di punggungnya hanya tertawa pelan.

"Kali ini masalah apa lagi yang kau buat. "Kata Briyan lembut.

Sekelompok orang yang berlarian tadi menghentikan langkahnya dan membungkuk hormat kepada Putra Mahkota. Mereka mengucapkan kata terbata-bata.

"Pangeran, Tuan..put putri telah membakar kedai k..kami. "Kata wanita separuh baya dengan pakaian kuning lusuh, wajahnya dipenuhi noda hitam karena angus.

Pemuda di samping wanita paruh baya itu membuka mulutnya ragu-ragu.

"Pangeran, Tuan putri melepaskan kambing kami dan sekarang kambing itu berlarian ke rumah warga dan sebagian hilang. "

Pria paruh baya disebelah pemuda itu juga membuka mulutnya,

"Pangeran, nona Eleena telah menceburkan anak kami ke dalam danau dan sekarang dia sakit karena terlalu lama didanau. "

Saat orang keempat dan kelima akan membuka mulut Briyan membuka mulutnya dan menatap sekelompok orang ini.

"kau juga punya keluhan lain kata Briyan kepada orang keempat dan kelima itu. "

Mereka berbicara lembut tapi ragu-ragu,

"Iya. Pangeran. "

Briyan menatap sekelompok orang itu dengan tatapan kasihan.

"Tulis keluhan kalian dan kirimkan ke Kerajaan, Kerajaan akan mengganti semua masalah yang di timbulkan Eleena dengan harga yang pantas dan sesuai. "Perintah Briyan tegas.

Sekelompok orang itu mengangguk mengerti dan pergi meninggalkan mereka dengan perasaan lega.

Eleena yang masih berdiri di belakang Briyan menarik pelan baju Briyan. Briyan yang merasa ditarik bajunya membalikan badannya dan menunduk menatap wajah Eleena. Eleena saat itu masih berusia sembilan tahunan dan Briyan berusia empat belas tahun. Eleena mendongakkan kepala dan berkata lirih.

"Maafkan aku, aku tidak sengaja. " Eleena tersenyum kikuk.

Briyan mendesah, dia mengoceh tidak karuan.

"Kau, selalu saja meminta maaf seperti ini jika aku tidak salah hitung kau sudah minta maaf selama dua ratus empat puluh delapan kali selama dua tahun, dan selama dua ratus empat puluh delapan kali aku memaafkanmu tapi kau mengulanginya lagi lagi dan lagi, tidak bisahkah kau tidak membuat masalah sehari saja. " Protes Briyan dengan nada lembut.

"Benarkah, sebanyak itukah "tanya Eleena tanpa ekspresi. Briyan sangat sabar menghadapi Eleena dia tidak pernah marah kepadanya. Briyan seperti seorang kakak bagi Eleena.

The Princess and The Demon KingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang