Chapter 12

131 9 0
                                    

Setelah membuat makam peringatan pembantaian Dermaga berbintang. Eleena meletakan bunga krisan di atas makam, berdoa bagi mereka untuk menghormati dan mengenang mereka, Bahkan meminta para leluhur terus menjaganya dengan baik.

Senyum remeh itu tersungging di bibirnya merasa aneh dengan tindakan gadis itu. Bagaimana mungkin orang yang sudah meninggal bisa mendengar doa dan permintaan orang yang masih hidup. Sejak dulu Nalendra tidak punya siapa-siapa dia tidak mengerti apa itu keluarga atau persahabatan, yang dia andalkan hanyalah dirinya sendiri. Nalendra pernah mempunyai seseorang yang peduli kepadanya tapi orang itu kemudian mengkhianati dan menipunya dengan kejam. Semenjak saat itu dia membenci manusia mereka adalah orang bermuka dua penampilan dan perilakunya bertentangan dengan keadaan hatinya, mereka dipenuhi kebohongan dan kepalsuan. Manusia lebih menyeramkan daripada iblis. Mereka yang mulia mengatakan bahwa iblis adalah makhluk jahat yang harus dimusnahkan. Namun, sesungguhnya mereka adalah orang jahat yang sebenarnya.

Eleena berdiri dan berbalik menatap Nalendra di belakangnya, pemuda itu menatap bosan kearah makam yang terbuat dari batu seolah hal itu tidak menarik sama sekali. Eleena yang melihat Nalendra mengerutkan bibirnya berdecak heran. Pemuda itu bisa mengesampingkan semuanya untuk menjaganya. Nalendra tidak pernah marah iblis itu bahkan sabar menghadapi tingkah Eleena yang menyebalkan hal itu membuat Eleena selalu berharap setiap kali mendapat masalah seperti saat dia menghadapi ratusan boneka yang dikendalikan dia berharap pemuda itu datang menolongnya dia sudah bergantung kepada iblis itu bagaimana jika Nalendra tidak ada dan tidak bisa datang membantunya? Eleena tidak bisa membayangkan dia tidak boleh merepotkan pemuda itu terus-menerus dia harus mengandalkan dirinya sendiri sebisa mungkin. Jika dia terus diberi permen yang manis ketika dia sakit dia tidak mau makan obat yang pahit.

Hari sudah menjelang malam besok pagi dia akan pergi bersama Nalendra ke Kerajaan Akasia. Eleena membuka bekal makanan yang diberikan oleh bibi Dong kepadanya betapa terkejutnya Eleena sekarang bekal yang berisi makanan enak kini telah berubah menjadi sepuluh jari tangan manusia dan sepuluh jari kaki manusia yang masih mengeluarkan darah segar seolah benda menjijikan itu baru dipotong dari tubuhnya beberapa saat lalu. Eleena membanting kotak makanan itu dengan keras dia terkejut. Mendengar suara gaduh di dalam Nalendra yang berada di halaman segera mendekat kearah suara itu berasal. Di sana dia melihat Eleena berdiri membeku seperti patung.

"Kenapa?"tanya Nalendra cepat.

Eleena tidak menjawab dia menatap lantai tanah yang tergeletak sepuluh jari tangan dan sepuluh jari kaki manusia yang masih berdarah-darah. Nalendra menatap mata Eleena yang terkunci pada sesuatu, dia tertawa terbahak-bahak seolah hal itu sangat lucu.

"Ternyata ada yang ingin bermain dengan milik Raja ini, tidak bisakah mereka memberi sesuatu yang lebih menjijikan lagi jika ingin mengancamnya. Sepuluh jari tangan dan sepuluh jari kaki manusia tidak elegan sama sekali. Kenapa tidak sekalian sepuluh kemaluan perempuan dan sepuluh kemaluan laki-laki, Raja ini akan sangat senang menerimanya?"

Eleena menatap Nalendra keheranan dia segera berlutut memunguti benda menyedihkan itu dengan santai.
Dia menghela nafas panjang,
"Orang yang melakukan ini begitu kejam, kenapa mereka harus menyiksa orang sebelum membunuhnya bukankah itu sangat menyakitkan jika mereka ingin membunuh bunuh saja tidak perlu memotong-motong tubuhnya seperti ini. "

Nalendra menjawab,
"Itu karena mereka sangat bodoh, mereka pikir dengan melakukan hal tersebut bisa membuat kau ketakutan. "

Eleena tidak takut dia merasa kasihan kepada pemilik tubuh ini, dia mengangkat jari ramping yang telah terpotong rapi dengan bibir berkerut,
"Dilihat dari bentuk jarinya mungkin jari itu milik seorang perempuan dia masih hidup dan disiksa sedemikian rupa. Aku sudah sangat lapar dan ingin segera menyantap masakan Bibi Dong yang enak. Tapi semuanya sia-sia, aku sangat kesal, kesal karena orang konyol telah menukar makanan berharganya dengan barang aneh dan menjijikan. "

The Princess and The Demon KingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang