Chapter 7

215 15 0
                                    

Saat tengah malam Eleena kembali ke Istana Kegelapan bersama Guntur, dia memandangi cahaya langit yang menyala-nyala dan menari di langit malam berwarna kemerah-merahan di atas Istana Kegelapan, cahaya itu seperti matahari yang akan terbit dari arah tersebut. Dia sangat senang hari ini kesedihan yang semula menyesakkan dada telah berangsur-angsur menghilang. Besok dia akan pergi bersama Nalendra ke Dermaga Berbintang.

Eleena pikir iblis itu tidak akan mengijinkan untuk kembali ke desa, tapi siapa sangka pemuda itu mengijinkannya mengunjungi desa. Dia tidak menyangka Raja Iblis yang sangat ditakuti di seluruh penjuru dunia menemaninya pulang. Dia tidak pernah membayangkan hal tersebut itu sangat tidak nyata. Saking senangnya dia menari-nari didalam kamarnya dengan riang gembira dan berenergi. Pelayan yang melihat gadis itu menari-nari dengan gembira hanya menggelengkan kepala dan berlalu pergi.

Nalendra sedang berdiri di tepi danau, pandangan matanya lurus kedepan tampak sedang mengamati sesuatu, kedua tangannya di letakkan di belakang tubuhnya.

"Banyu.."Panggil Nalendra tanpa menoleh.

Banyu yang sedang duduk asik menyesap tehnya kini segera berdiri dan berjalan ke arah sumber suara dengan cepat. Guntur yang berdiri di belakang tuannya membalikan badan,menatap ke arah Banyu. Seolah mengatakan "cepatlah" kepada Banyu. Banyu membungkukkan badan dan menatap Nalendra ragu-ragu.

"Tuan. "

Nalendra masih tidak menoleh seperti sedang memikirkan sesuatu. Banyu yang merasa Tuannya masih terdiam jadi serba salah, dia ingin membuka mulutnya lagi tapi Tuannya sudah mengatakan sesuatu.

"Kalian besok ikutlah Eleena ke Dermaga berbintang, Raja ini masih punya sesuatu yang harus dilakukan jangan biarkan dia membuat masalah atau dalam bahaya dan jangan biarkan orang lain menyentuh seujung rambut pun, jika ada yang menyentuhnya bunuh saja mereka jangan biarkan hidup. "

"Baik. "Kata Banyu dan Guntur dengan ekspresi wajah menyakinkan.Jika Tuannya telah menginginkan atau mengatakan sesuatu dia harus melaksanakan dengan baik sekaligus itu permintaan yang aneh dan mustahil karena nyawa mereka adalah milik Nalendra. Banyu dan Guntur telah mengabdi pada Nalendra selama hampir seribu tahun. Jika ia harus kehilangan satu tangan dan satu kaki untuk Nalendra mereka tidak akan menyesal. Bisa dikatakan mereka adalah orang yang tidak mungkin dan tidak akan mengkhianati Nalendra.

"Tuan,apa anda masih memikirkan kejadian dua tahun lalu, dan apakah anda sudah menemukan orang itu?"tanya Banyu dengan hati-hati.

"Sudah. "Jawab Nalendra datar.

"Apakah gadis itu adalah Eleena, orang yang telah menyerap Giok kematian tanpa sadar? " tanya Banyu dengan cepat.

Banyu dan Guntur sudah berusaha tapi sayang, mereka memang bawahan yang tidak becus. Tapi ketika dia bertemu Eleena dia sadar gadis itu adalah gadis yang telah dicarinya.

Nalendra tidak marah karena Nalendra tahu bahwa Banyu dan Guntur telah berusaha dengan sangat keras bahkan mereka baru kembali akhir-akhir ini.
"Benar, Dia adalah milikku aku tidak akan membiarkan orang lain menyentuhnya. "
Nalendra menjawab mantap ada senyum rumit diwajahnya. Senyum itu antara senang dan kesal, kesal karena waktu itu dia kurang hati-hati memperhitungkan segalanya. Meski itu sempurna tapi masih ada satu persen yang membuatnya tidak sempurna. Nalendra tidak bisa menoleri walaupun itu hanya satu persen saja dan senang karena gadis itu kembali kepadanya.

Pertemuan mereka seperti takdir entah itu takdir baik atau pembawa petaka. Mungkin Dewa sedang tersenyum dari atas mempermainkannya.

----------------


Dua tahun lalu di kota Dandelion saat musim dingin.

Pinus hijau di kejauhan telah diselimuti salju, rumah, pepohonan, bukit dan jalanan telah diselimuti salju berwarna putih yang terlihat seperti hamparan kapas. Kepingan salju yang berjatuhan menimpa pipi dan tangan seorang gadis yang memakai mantel bulu berwarna merah muda. Sesekali dia mengangkat kakinya yang terbenam hingga pertengahan lutut dengan kesal. Sudah tiga hari dia kabur dari rumah, perutnya bergemuruh karena lapar. Cacing-cacing diperut protes minta diisi tapi Eleena masih jauh dari keramaian dia sekarang berada ditengah hutan. Ia kesal dan memukul perutnya frustasi berharap rasa lapar itu bisa ditunda sejenak. Hatinya sakit tapi dia tidak menangis sama sekali.

The Princess and The Demon KingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang