Kata-kata Nalendra tertinggal, tapi tiba-tiba dia memutar pinggang Eleena dengan sekali putaran, mengunci tubuh mungil Eleena di bawah tubuhnya. Sebelum ia bisa mengatakan apa-apa, Nalendra meraih pipinya, memblokir bibir Eleena dengan bibirnya seperti hewan buas yang kelaparan. Namun di saat mereka tengah tenggelam dalam kesenangan menggembirakan yang memabukkan mereka mendengar suara ketukan keras dari arah pintu.
"Tuan? apakah anda sudah tidur, ada beberapa hal yang ingin segera hamba ini sampaikan. "
Itu suara Banyu!
Dengan amarah yang menjulang tinggi Nalendra turun dari ranjang dan berjalan cepat ke arah pintu. Eleena yang berbaring disana terkekeh pelan. Pintu terbuka dengan suara yang sangat keras Nalendra menatap Banyu dengan gigi terkatup rapat.
Wajah Nalendra seperti awan mendung yang gelap dan suram, suaranya tajam dan mengerikan.
"Kenapa lagi?"
Banyu tanpa sadar mundur selangkah dan menatap wajah tuannya takut-takut. Suaranya gemetar ketakutan. Seperti mendengar suara Guntur yang menghantam langit membuat tubuhnya seketika kehilangan kekuatan untuk menopang badan. Banyu dengan susah payah mencoba mempertahankan keberanian yang masih tersisa.
"Seseorang datang mencari anda di aula Istana Kegelapan sepertinya dia ingin membicarakan hal penting kepada Tuan dan Nona Eleena. "
"Siapa yang mengijinkan orang asing masuk ke dalam Istana milik Raja ini, atas dasar apa dia dengan berani dan lancangnya mencari Raja ini. Suruh dia pulang dan jangan kembali lagi! Raja ini masih punya hal penting yang belum di selesaikan. "Kata Nalendra dengan urat biru yang sudah memenuhi wajah.
Banyu sudah seperti tikus yang terpojok sangat ketakutan dan menyedihkan. Banyu dengan lidah kaku menjawab.
"Tapi tuan dia tidak akan pergi sebelum menemui tuan. "
Nalendra mendengus marah dan berkata
"Kamu mulai berani menentang Raja ini. "Eleena yang sadari tadi berbaring di atas ranjang. Segera melompat dari ranjang empuk, ia tidak bisa diam saja melihat temannya di bentak sedemikian rupa ia lantas mendekat ke arah mereka dan berbicara dengan lantang.
"Cukup, berhentilah memasang raut wajah seperti itu. Apa kamu tidak bisa berbicara dengan tenang?" Eleena yang jengkel menoleh kepada pemuda berambut merah yang sedang berdiri di sampingnya.
Nalendra memalingkan muka dan mengatupkan giginya rapat-rapat tidak ingin berdebat dengan gadis cantik di sebelahnya, melipat tangan di dada tanpa berbicara ia berjalan menjauh meninggalkan mereka.
Banyu yang berdiri disana menghela nafas lega. Jiwanya hampir keluar dari tubuhnya, Banyu tidak tahu harus bagaimana jika Eleena tidak datang menghampirinya. Mungkin dia sudah menjadi babi cincang. Banyu melengkungkan bibir dan berbicara pelan pada Eleena.
"Terimakasih preman pasar, jika kamu tidak datang mungkin aku sudah menjadi babi cincang. "
Eleena tertawa renyah dan menepuk pundak Banyu dua kali.
"Hanya hal sepele. Tidak usah dipikirkan. Sekarang ayo kita ke aula istana kita sambut orang asing itu. "
Banyu menganggukkan kepala dan melangkah pergi bersama dengan Eleena di sampingnya.
Di Aula Istana Nalendra tengah berdiri mematung menatap orang yang jauh disana tanpa mengedipkan mata, jantung Nalendra berdebar di luar kendali. Disana dia melihat seseorang yang teramat dia kenal. Rasa benci melingkupi setiap inci tubuhnya. Rasa benci ini tidak pernah dia lupakan. Pemuda itu seperti mimpi buruk yang menghantuinya setiap malam. Dia adalah Mahesa orang yang sudah ia cari selama bertahun-tahun. Rasa keinginan membunuh teramat kuat menyelimuti tubuhnya. Mahesa menyeringai jahat, rambut merahnya seperti api yang menyala. Dia mendekat ke arah pemuda itu dan memeluk tubuhnya dengan erat.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Princess and The Demon King
FantasíaRetta Eleena adalah gadis bangsawan dari Kerajaan Akasia dia kabur meninggalkan kehidupan mewahnya karena suatu hal. Dia tidak sengaja bertemu dengan Nalendra dan jatuh cinta padanya. Sedangkan Nalendra adalah Raja Iblis Kegelapan yang sangat kejam...