Chapter 5

343 18 0
                                    

Setelah setengah bulan berada di Istana Kegelapan. Tubuh Eleena berangsur-angsur pulih dia sudah bisa berjalan keluar Istana tanpa bantuan pelayan. Istana Kegelapan berdiri kokoh diatas gunung, Istana ini sangat megah dan mewah didominasi warna hitam yang anggun. Istana Kegelapan biasa disebut Kota Tanpa Siang.

Bukan tanpa alasan, sebutan itu memang benar adanya. Matahari di kota ini hanya bersinar tiga sampai enam jam saja setiap hari sepanjang tahun.Sinar matahari hanya sedikit hangat dan kondisi sekitar pun tampak seperti sore hari. Kamu tidak akan melihat matahari terbenam, matahari hanya akan menyentuh garis cakrawala saja mereka menyebutnya Matahari Tengah Malam. Eleena menyukai ketenangan dan keheningan Kota ini.

Eleena memandangi gemerlap dan hingar-bingar kota dari Istana Kegelapan. Kota dibawahnya seperti kelap kelip bintang di langit, sangat indah dan cantik. Disanalah, kota yang paling ramai tempat dimana para iblis, siluman, hantu, dan bahkan manusia bertransaksi. Banyak penginapan, tempat judi dan makanan enak di Kota Tanpa Siang.

Eleena mengerucutkan bibirnya sebal.Dia ingin pergi Ke Kota Tanpa Siang tapi Iblis itu belum mengizinkannya. Dia ingat tiga hari lalu dia menuju aula utama dan meminta izin dengan menyunggingkan senyum termanis yang dia punya.

"Aku ingin pergi ke Kota Tanpa Siang. "

"Raja ini tidak akan mengizinkannya. "

Dua hari lalu dia juga ingat saat iblis itu akan makan di meja makan dia meminta izin tapi lagi-lagi.

"Aku ingin pergi ke Kota Tanpa Siang. "

"Raja ini tidak akan mengizinkannya. "

"Tolonglah. "

"Tidak, Raja ini tidak akan mengizinkannya. "

Dan hari ini Eleena berniat akan meminta izin lagi tapi dia mengurungkan niatnya karena dia tahu Nalendra lagi-lagi dan lagi akan mengatakan kalimat.

"Raja ini tidak akan mengizinkannya. "

Eleena tertawa terbahak-bahak dan berguling-guling di lantai mengulangi kalimat itu lagi.

"Raja ini tidak akan mengizinkannya. "

Dia memegang perutnya sakit karena terlalu banyak tertawa. Eleena seperti orang bodoh yang menertawakan dirinya sendiri. Dia ingat saat Nalendra mengucapkan kata itu dengan datar dan dingin. Tapi bukan Eleena takut malah Eleena menganggapnya lucu. Pelayan yang berlalu lalang tidak kaget sama sekali melihat ketidakwarasan Eleena. Mereka hanya tersenyum menatap Eleena dan membungkukkan badannya. Walau bagaimana juga Nona Eleena adalah tamu terhormat Tuannya dia tidak berani menyinggung Eleena mereka takut kalau-kalau Tuannya akan membunuh mereka.

Melihat hal itu Nalendra yang baru datang segera mendekati Eleena yang sedang tertawa terpingkal-pingkal sesekali gadis itu mengusap air matanya dan kemudian dia tertawa lagi entah apa yang ditertawakan gadis itu.Nalendra menatapnya aneh. "

"Apa yang kau tertawa kan?"

Orang yang sadari tadi tertawa terbahak-bahak kini seketika terdiam. Dia membalikan badannya dan menatap rumit pria tampan di belakangnya. Pria ini selalu tampan, rambut merahnya diikat tinggi dengan mahkota rambut berlapis emas, mengenakan pakaian berwarna merah berpola naga yang disulam dengan hati-hati. Dia sangat menawan dan mempesona. Eleena mengerjabkan mata beberapa kali. "Bukan apa-apa hanya saja aku teringat sesuatu yang membuatku tertawa. "

Nalendra tidak bertanya lagi dia berdiri di samping Eleena melihat apa yang Eleena lihat.
"Apa kau ingin pergi ke Kota Tanpa Siang?"

Eleena mengangguk mantap dan tersenyum lebar.
"Iya,aku ingin pergi ke Kota Tanpa Siang. Apakah kau mengizinkannya?"

The Princess and The Demon KingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang