7

80 7 0
                                    

Dariuz turun kebawah, kedua tangannya menekan pasir dengan kuat. Segera pasir berfluktuasi dan menjadi badai pasir yang sangat mengerikan di tengah-tengah pertarungan. Dariuz memanfaatkan situasi tersebut untuk kabur, ia meraih pergelangan tangannya, menariknya dan berlari pergi sejauh mungkin.

Situasi mereka tidak menguntungkan untuk melanjutkan pertarungan, dua lawan puluhan orang dari Klan dewa tentu saja bukan sebuah pilihan yang bagus, tidak seharusnya ia meladeni pria tua menyebalkan itu. Jika menampakkan diri akan sangat berbahaya, identitas Eleena bisa diketahui oleh mereka. Jadi pilihan yang ekonomis dan tidak terlalu beresiko adalah kabur.

Setelah jauh dari pertempuran tersebut Dariuz menghentikan langkah kaki dan masuk ke dalam sebuah gua. Dariuz membuat penghalang berwarna oranye di mulut gua dengan kekuatannya.

Dariuz berkata dengan serius, "Penghalang ini bisa membuat kita tidak terlihat untuk sementara waktu, setelah situasi tenang aku akan mengantarmu ke pintu gerbang Gunung Lima Api yang berada di ujung padang pasir. Setelah itu kau bisa melanjutkan perjalananmu sendiri. Aku tidak bisa menemanimu ke Gunung Lima Api. Ingat selalu berhati-hati dan waspada, jangan terlalu percaya pada orang yang baru kau temui termasuk aku. "

Eleena menatap Dariuz dan menjawab, "Ya, terimakasih karena telah membantuku. Memangnya kamu akan pergi kemana setelah ini?"

Dariuz tersenyum dan menjawab, "Tidak usah berterimakasih kau bisa membayarnya setelah kita bertemu lagi. Aku hanya akan melanjutkan perjalanan. Dunia sangat luas masih banyak tempat yang belum dikunjungi dan masih banyak makanan yang belum dicoba. "

Eleena menganggukkan kepala dan tersenyum, "Baik, kelak ketika aku bertemu denganmu lagi aku akan membayar semua beserta dengan bunganya. "

Dariuz berkata, "Tentu saja kau harus membayar semuanya. Aku ingin mengingatkanmu tadi. Tapi sekarang sepertinya tidak perlu. "

"Kamu tenang saja. Aku akan mengingatnya. "

Eleena mengalihkan pembicaraan dan bertanya, "Apa mengelilingi dunia sangat mengasyikkan?"

"Sangat mengasyikkan, banyak hal baru yang bisa kau pelajari dan kau juga bisa mendapat teman baru. "

Dariuz mulai menceritakan semua perjalanan yang pernah ia lalui kepada Eleena. Eleena mendengarkan cerita itu dengan serius hingga tidak terasa langit mulai gelap.

Eleena mengambil satu buah roti panggang dan meletakan di tangan Dariuz, "Makanlah terlebih dahulu, roti ini adalah roti buatanku sendiri mungkin rasanya tidak seenak saat beli tetapi masih layak untuk dimakan. "

Dariuz mengambil roti itu dan memasukkan kedalam mulut, mengunyahnya secara perlahan dan menelannya "Apa kau sengaja merendah untuk meninggi. Roti ini sangat enak bahkan lebih enak daripada yang dijual di kedai-kedai. "

Eleena merobek sepotong roti yang lain dengan lembut dan memasukkan ke dalam mulut, ia melirik heran Dariuz, "Kamu sebenarnya ingin memujiku atau menghinaku. Kamu membuatku kebingungan. "

"Dua-duanya, Dariuz mengambil sisa roti Eleena dan segera memasukkan ke dalam mulutnya. "

"Kamu benar-benar...mema..."Eleena tidak bisa berkata-kata lagi, ia hanya menghela nafas dan meminum air dari botol kecil yang selalu ia bawa.

Dariuz tersenyum dan berkata, "Orang dengan tubuh mungil sepertimu tidak seharusnya makan banyak, kau akan menjadi gemuk dan jelek. "

Eleena menjawab cepat, "Aku tidak peduli lagipula aku tidak bisa gemuk, meski aku makan banyak. "

Dariuz tertawa pelan, "Ternyata tubuh mungilmu serbaguna. "

Eleena menjawab dengan bangga, "Ya tentu saja. "

The Princess and The Demon KingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang