~08~

3 2 0
                                    

Happy reading

*
*
*
Part ini sedikit panjang ya gays, semoga terhibur^^

Di ruangan tengah rumah Kevin, kini sudah berkumpul para sahabatnya disana. Mendiskusikan apa yang sebenarnya terjadi akhir-akhir ini.

" Gimana ceritanya Vin " Rangga membuka obrolan

" Waktu itu gue keluar mau ke Alfam*rt, saat gue pulang ada orang ngikutin gue dari belakang "

" Gue menyadari itu dan langsung nancap gas, nah pas di persimpangan depan gang rumah gue, ada orang tiba-tiba muncul dan nabrak gue "

" Waktu itu gue masih bisa bangun, tapi kemudian sebuah balok menghantam kepala gue sampe gue pingsan, setelah itu gue gak inget apa-apa lagi " jelas Kevin

" Lo gak liat wajah orangnya atau plat motornya gitu? " Tanya Rendi

" Gue gak bisa liat wajahnya karena mereka pakai masker semua, untuk plat motornya gue gak liat ren "

Mereka terdiam mencerna penjelasan dari Kevin, semua petunjuk kini tak ada jejak sama sekali untuk mereka mengetahui siapa peneror itu, dan untuk apa menerornya.

" Mereka benar-benar narget kita " ucap rehan lalu menatap Rangga dan dastin. Mereka yang ditatap langsung mengerti arti tatapan itu.

" Jangan bilang habis ini gue dan Rangga yang selanjutnya " ucap dastin sedikit gelisah

" Gak gak gak akan, kita gak akan biarin korban berkelanjutan. Kita semua harus jaga satu sama lain, gak ada yang boleh pergi sendiri " ucap rehan

" Gue setuju, kalau ada yang mau pergi keluar, harus bawa temen atau gak harus hubungin salah satu dari kita " lanjut Rendi

" Gimana menurut lo Ar? " Tanya rehan

" Gue ngikut aja " jawab Arga

" Oke mulai sekarang kita...."

Prang....

Ucapan rehan terpotong dengan adanya suara kaca pecah dari dapur, mendengar itu mereka bergegas menuju dapur.

Sampainya di dapur, mereka mendapati kaca jendela pecah akibat hantaman batu yang cukup besar. Batu tersebut berbalut sebuah kertas.

" Apa ini? " Tanya Rangga mengambil sebuah batu berbalut kertas tersebut.

" Surat, cepet buka " ucap dastin

" Jangan harap kalian bisa menghentikan langkah gue selanjutnya "

Kurang lebih seperti itu tulisan dalam kertas itu, terdapat bercak darah yang di cipratkan di surat tersebut.

" What, ni peneror cenayang apa gimana sih, kayak tau aja rencana kita " ucap rangga

" Dia ngawasin setiap pergerakan kita " ucap rehan melihat sekeliling ruangan.

" Kalau begini caranya, makin susah kita buat atur rencana kita " ucap dastin

" Kita gak bisa ambil tindakan gegabah, kali ini peneror itu gak main-main, ini lebih parah dari sebelumnya " ucap rehan

SilentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang