~20~

6 2 2
                                    

Happy reading

*
*
*

Rehan, dastin, Arga, dan Kevin saat ini sedang menunggu kabar dari dokter, mereka menunggu di depan ruang IGD dengan pikiran yang kacau.

Mereka sangat khawatir dengan keadaan Rendi, sebuah pikiran buruk melintas di otak mereka, rehan yang sedari tadi tidak karu-karuan hanya bisa mondar-mandir saja.

" Re duduk dulu " tawar Arga

" Gak Ar, gue gak mau " jawab rehan

" Tenang dulu re, Rendi masih di tangani, kita berdoa saja semoga Rendi gak kenapa-napa " dastin

" Gak bisa tin gak bisa "

" Aarrgghhh....." Teriak rehan frustasi

" Bangsat gue gak bisa jagain adik gue sendiri, Abang macam apa gue ini, gue gak guna jadi Abang lo ren " lirih rehan seraya membentur-benturkan kepalanya di dinding

" Rehan stop " bentak Arga menghentikan rehan

" Jangan salahin diri lo sendiri re, semua ini bukan salah lo " ucap Arga menarik rehan kedalam dekapannya

" Tenang re tenang....semua akan baik-baik aja "

Setelah 1 jam lamanya, akhirnya kini dokter keluar dari ruangan Rendi. Semua sontak berdiri mendekati si dokter.

" Gimana keadaan adik saya dok? " Tanya rehan

Dokter itu tak menjawab pertanyaan rehan, hanya menghela nafas panjang, membuat semuanya panik gak karuan.

" Gimana keadaan adik saya dok, jangan diem aja " rehan menggoyangkan bahu dokter.

" Jadi begini...terjadi masalah di jantung pasien, entah apa yang sudah terjadi. Namun saya hanya bisa menafsirkan kalau jantung pasien mengalami pembengkakan " ucap dokter

" Saat ini keadaan pasien koma, dan untuk keselamatannya kami tidak bisa menjamin itu, hanya dengan satu cara agar pasien bisa sadar kembali dan pulih " lanjutnya

" Dengan cara apa dok? " Tanya rehan

" Hanya dengan donor jantung, dengan adanya orang yang mendonorkan jantungnya dan cocok, maka pasien bisa selamat " ucap dokter

" Kalau gak ada pendonor gimana dok? " Tanya kevin

" Pasien tidak akan bisa bertahan hidup " jawab dokter

Semua syok dan frustasi, tak tau bagaimana lagi harus berbuat. Dimana mereka bisa mencari pendonor jantung yang cocok dengan Rendi?

Semua ini terasa begitu tidak adil, mereka tak tau apa-apa tapi mereka yang menanggung semuanya.

" Rendiii....." Lirih rehan meluruh kebawah, badannya terasa lemas, semua energi terkuras begitu hebat setelah mendengar penjelasan dari dokter.

" Kalau begitu saya permisi dulu " pamit dokter

" Re..." Panggil Arga lirih

" Gue bukan Abang yang becus Ar, gue gagal jadi seorang Abang...."

" Lo gak gagal re, lo Abang yang hebat buat Rendi " ucap Arga seraya membantu rehan duduk di kursi.

" Gue gagal Ar....GUE GAGAL...GUE GAGAL JADI ABANGNYA, GUE GAK PANTES DI PANGGIL ABANG " rehan memukuli kepalanya

" REHANN....lo udah jadi yang terbaik, lo Abang terbaik Rendi, jangan sakiti diri lo sendiri kayak gini " Arga

" Lo gak tau kan? Kalau selama ini Rendi sering cerita sama gue, kalau dia bersyukur banget bisa punya Abang kayak lo, dan lo mau ngecewain dia dengan cara lo kayak gini? " Tutur dastin

" Jangan salahin diri lo sendiri terus re, Rendi bakal kecewa kalau lo kayak gini " Kevin

" Lo harus kuat, demi Rendi " Arga

Tanpa mereka sadari, sedari tadi ada seseorang dari kejauhan sedang mengawasi mereka.

" Jika engkau berkehendak...maka selamatkan dia tuhan...." Lirih Rangga dari ujung sana.

***


Setelah pulang dari rumah sakit, Arga mampir kerumah Rangga tanpa memberitahu yang lain.

Tok tok tok

Ceklek

Saat mengetahui siapa yang datang, Rangga hendak menutup pintunya lagi namun ditahan oleh Arga.

" Ngga tunggu "

" Ada apa ar? " Tanya Rangga datar

Tanpa menjawab pertanyaan Rangga, ia kemudian langsung masuk menarik tangan ranggan untuk mengikutinya.

" Duduk " perintah Arga menyuruh Rangga duduk di sofa

" Kenapa sih Ar? Lo aneh "

" Diem " Arga berjalan menuju dapur dan kembali dengan membawa handuk kecil dan air dingin.

Tanpa banyak bicara, Arga langsung mengompres luka lebam yang ada di wajah Rangga akibat pukulan rehan.

" Sstt pelan-pelan bambang "

" Kenapa lo bantuin gue? " Tanya Rangga

" Cuma cowok brengsek yang diam aja ngeliat temennya sekarat" jawab Arga

" Waktu itu lo sendiri yang bilang, kalau lo gak mau lagi ikut campur urusan gue " Rangga

" Bohong " Arga

" Kenapa lo gak biarin mereka ngabisin gue Ar? "

" Pertanyaan yang bodoh "

" Ar..."

" Kalau di obati diem " ucap Arga

" Sampai kapan? " Tanya arga

" Apanya? "

" Lo sembunyiin semua ini dari mereka "

" Sampai mereka tau kalau gue udah bahagia "

" Bahagia? Lo sekarang aja kayak gini ngga, bahagia mana yang lo maksud? "

" Kebahagiaan yang abadi Ar, dan gak ada yang bisa halangi gue saat gue bahagia nanti "

" Banyak teka-teki hidup lo ngga, muak gue " ucap Arga lalu pergi dari sana

" Lo baik Ar, cuma kadang lo kayak kulkas yang jarang banget ngutarain isi hati lo " ucap rangga menatap punggung Arga yang semakin menjauh.

***

SilentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang