Bab 8: Curiga

180 93 54
                                    

Suara decitan kereta kuda terus berbunyi di sepanjang jalan menuju Ibu Kota Glorantha berada. Di sanalah tempat misi yang akan mereka selesaikan. Aillard terus berpikir dengan keras di sepanjang perjalanannya, apa penyebab kematian warga yang secara tiba-tiba ini? Jika ini bukan karena virus jawabannya.

Kecurigaan Aillard hanya ada dua saat ini, yaitu antara pemberontakan yang dilakukan kembali oleh Klan Derham yang tetap tidak terima terhadap dekrit yang Raja keluarkan beberapa tahun yang lalu setelah Ratu Glorantha meninggal. Dan dengan curiganya Aillard terhadap tewasnya orang-orang ini disebabkan oleh para petinggi senat di negeri ini demi kepentingan pribadi.

Tapi dari kedua pilihan ini, Aillard tidak punya bukti yang cukup untuk mendukung kecurigaannya terhadap Klan Derham maupun para petinggi senat di negeri ini. Kepala Aillard rasanya akan pecah. Ini seperti menyelesaikan teka-teki di sebuah labirin yang tidak ada ujungnya.

Haeden menatapi dengan diam wajah gurunya. Rahang wajah gurunya terlihat sangat jelas dan tegas saat ia sibuk menoleh ke samping untuk memandang ke arah keluar jendela kereta kuda, ekspresi wajah Aillard tertekuk dengan sangat serius memikirkan sesuatu dengan keras.

Lalu sepersekian detik kemudian beralih menatap pedangnya yang ada di pangkuannya. Pedang itu ia genggam dengan sedikit kuat. Pedang yang ada di tangannya sekarang ini adalah buatan Aillard sendiri. Pedang yang dirakit dengan sempurna selama setengah tahun proses pembuatan. Bilah pedang itu sendiri sangat tipis dan tajam, tapi di permukaannya dilapisi oleh sihir yang diciptakan sendiri oleh Aillard. Sehingga pedang ini sangat cocok dibawa ke medan perang.

Tapi sangat disayangkan, bahwa pedang ini hanya dibuat khusus untuk para prajurit dan murid kerajaan Glorantha saja. Percayalah, jika ini dijual di luar istana dan di luar wilayah Glorantha, pedang ini akan ludes dalam sekejap mata dan menambah pemasukan untuk istana. Tetapi sayang, Aillard hanya membuat ini khusus untuk orang-orang di dalam istana Glorantha saja. Dengan alibi supaya memiliki ciri khas tersendiri. Dan Raja sendiri juga menyetujui itu.

Dalam misi ini yang tidak memakai pedang buatan dari Aillard adalah Pangeran Mahkota. Dia hanya membawa pedangnya sendiri dan tidak membawa pedang pemberian gurunya. Tidak seperti Haeden dan Herles yang membawa dua pedang sekaligus. Pedang mereka sendiri dan pedang buatan Aillard.

Haeden mendengus dan menatap dengan malas wajah Zettha yang tertidur pulas di samping Aillard yang duduk melamun di dalam kereta kuda itu. Memperhatikan dengan seksama fitur wajah yang bisa dikatakan hampir sempurna itu. Rahangnya yang tegas terbentuk dengan sempurna, dengan mata dan hidung yang tajam. Bibirnya yang merah jambu terkatup di bawah napasnya yang berhembus dengan tenang.

Ketampanannya sangat sulit untuk dijelaskan. Sangat cocok dimiliki oleh keturunan berdarah biru.

Haeden benci mengatakan ini, tapi ia mengakui sendiri bahwa wajah Zettha terlihat sangat tampan walau pun terselip ekspresi datar dan dingin saat tertidur. Pantas saja banyak orang yang menjadikan dia sebagai Pangeran tertampan di seluruh Benua Pandora. Ini menjadikan dia selama beberapa tahun ini sebagai kiblat ketampanan seorang pria.

Tapi ini tidak adil untuknya. Kan dia juga berasal dari hasil produksi yang sama, tapi kenapa hanya Zettha lah terlihat sempurna dari semua aspek?

Terlihat asap mengepul dari atas kepala Haeden. Berusaha berpikir dengan keras.

Dan percuma saja. Karena sekeras apa pun dia berpikir dan mencari jawaban yang pas, hanya jawaban yang tidak-tidak saja yang melesat di pikirannya yang dapat membuat dirinya memikirkan hal yang tidak-tidak.

Perjalanan dari istana menuju Ibu Kota Glorantha membutuhkan waktu kurang lebih setengah hari untuk sampai di sana. Malam sudah hampir menyelimuti hari-hari yang terang. Digantikan oleh bulan yang sudah bersedia memerankan tugas matahari di malam hari.

Dreams and Portal Holes Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang