Bab 19: Zettha, Kau Mengikuti Ku

51 15 0
                                    

"Haeden, apa yang kau lakukan di sini?"

Langkah kaki yang terus menggema di ruangan itu berhenti sesaat saat Haeden menoleh ke belakang. Ia kenal dengan suara seseorang yang memanggil namanya dengan datar itu. Suara datar orang itu sedikit menggema di lorong kecil itu. Mata serupa almond nya bertatapan dengan mata Phoenix kakaknya, Zettha. Siluet kedua pria itu terpantul di dinding yang gelap karena cahaya obor api yang menyala di setiap lorong sempit yang menuju ke arah penjara Kerajaan Glorantha.

Bisa dikatakan bahwa kedua orang itu berdiri sedikit lebih jauh dari posisi mereka masing-masing berdiri. Tapi, kedua orang itu tahu persis seperti apa bentuk siluet yang membentuk diri mereka masing-masing, dan tatapan mata yang mereka tahu betul bagaimana mereka memberikan sebuah tatapan yang sangat mereka hapal di luar kepala itu.

Sungguh aneh rasanya jika mereka mengetahui hal ini, karena mereka adalah saudara yang orang-orang beri label dengan ketidak akuran nya. Tapi, mereka sendiri malah hapal dengan hal-hal kecil yang menyangkut saudaranya.

Haeden hanya menggeleng saat tahu itu adalah kakaknya. Ia tak mengatakan sepatah katapun untuk pertanyaan yang diajukan oleh Zettha. Zettha bisa melihat bahwa adiknya menatap dirinya diiringi dengan napasnya yang berat menghirup udara dengan dada bidangnya yang juga ikut terlihat naik turun. Jika Zettha melangkah beberapa langkah ke depan, maka dia akan bisa mendengar napas adiknya yang berat di lorong sempit itu.

Mereka berdua hanya saling bertatapan tanpa mau membuka mulutnya masing-masing. Dan tak lama kemudian, Haeden melangkahkan kembali kakinya saat ia melihat di depan matanya bahwa ada belokan lorong yang akan membawanya sampai ke tempat yang akan ia tuju.

Langkah Haeden terasa menggema di ruangan itu saat ia dengan tergesa-gesa menuruni dua puluh anak tangga yang akan membawanya ke tempat yang akan dia tuju, yaitu penjara.

Haeden bisa mendengar bahwa Zettha memanggil kembali namanya di belakang sana dengan mengikuti langkahnya yang tergesa-gesa, tapi ia tidak bisa berhenti dan menjawab pertanyaan yang akan diajukan oleh orang yang ia anggap menyebalkan selama ini.

Ia tak bisa membuang-buang waktunya lagi, karena ada hal yang harus ia pastikan dengan mata dan kepalanya sendiri. Bahwa apa yang dia lihat dalam mimpi yang mengganggunya lagi saat ia tidur di bawah pohon Magnolia itu tidak benar. Mimpi buruk itu persis seperti mimpinya dua hari yang lalu saat mereka akan kembali ke istana.

Jika mimpi yang ia dapat kemarin itu adalah mengenai wanita yang bunuh diri di dalam kereta kuda, maka mimpi yang didapatkannya sekarang ini adalah adanya beberapa tawanan penjara yang membunuh dirinya sendiri dengan cara yang kejam. Tapi, Haeden tak bisa menganggap bahwa mimpi yang dia dapat akan benar-benar terjadi di dunia nyata ini, karena bisa saja itu hanya sekedar mimpi buruk yang melandanya. Dan kejadian di dalam kereta kuda itu pasti hanya kebetulan yang tidak sengaja mirip dengan apa yang diimpikannya.

Ya. Pasti memang seperti itu. Tidak mungkin mimpinya yang aneh itu akan terjadi di dunia nyata ini untuk kedua kalinya.

Dan di saat mengiming-imingi diri sendiri bahwa itu hanya sekedar mimpi buruk yang berputar kembali di kepalanya, Haeden tak bisa membuat dirinya diam saja di saat dia sangat penasaran dengan sesuatu. Sehingga anak itu memberanikan diri untuk menuju ke ruangan penjara. Ruangan penjara yang kata orang-orang bahwa itu adalah tempat penyiksaan yang sangat pedih.

Dan mengenai jika Ayahnya atau gurunya nanti akan mengetahui bahwa dia pergi ke tempat penjara dengan diam-diam, tentu dia tidak akan peduli dengan hal itu. Karena rasa penasarannya lebih besar daripada rasa takut akan kemarahan kedua orang itu. Paling-paling hukumannya tidak akan jauh beda dari hari biasanya. Oh, benar, Haeden baru ingat, bisa saja hukumannya akan menjadi dua kali lipat karena telah bolos latihan pedang di aula Nazghel.

Dreams and Portal Holes Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang