Pada saat mereka sibuk makan dengan makanannya masing-masing di sebuah meja bundar putih yang tengah mereka duduki. Suasana di dalam ruangan itu cukup tenang. Tidak ada yang namanya suara berisik di setiap sudut ruangan. Dan jika itu ada, mungkin itu hanyalah suara gesekan antara sendok makan dengan piring. Semua orang makan dengan tenang dan anggun. Layaknya orang-orang yang ada di sini memang dari kalangan bangsawan semua. Mereka yang ada di sini mengetahui etika saat sedang makan. Padahal etika ini sering kali tidak diterapkan oleh semua orang, kecuali jika dia berasal dari kaum bangsawan yang mempunyai seribu etika untuk diterapkan di dalam hidup. Terutama etika saat makan.
Haeden mengunyah potongan terakhir kue stroberi yang ada di mulutnya. Mata yang ada di sebalik topeng itu mengamati sekitarnya dengan sangat seksama. Matanya menangkap manusia yang sedang makan di sini, baik pria maupun wanita, mereka serempak memakai beragam bentuk topeng yang dapat menutupi wajah mereka dari orang-orang yang tidak dikenal di sini. Penggunaan topeng ini juga dapat membantu supaya tidak ada yang dapat mengenali identitas mereka.
Pada siang tadi, saat sedang makan siang di sebuah restoran kecil tadi, tepat sesudah 'membeli' kartu kedua saudagar tua itu, mereka diberitahu oleh dua orang tua itu untuk mengenakan topeng jika ingin masuk ke pasar gelap itu. Itu adalah syarat utama bagi pemilik kartu merah supaya tidak ada yang mengenali identitas mereka. Dan tadi orang-orang yang ada di lantai satu hampir tidak ada yang memakai topeng, dan itu hampir membuat Haeden bingung dan ingin bertanya langsung kepada sang guru pada saat sedang berada di perjalanan menuju lantai dua. Tapi pertanyaannya itu langsung terjawab sebelum ia sempat bertanya saat Aillard menjelaskan cara kerja sistem lantai satu dengan lantai dua di restoran ini tadi.
Tapi kenapa sistem kerjanya seperti ini? Apakah mereka tidak takut jika orang-orang dari pemilik kartu kuning ada yang curiga dan akan melaporkannya kepada pihak istana? Karena jika dilihat dari melalui prosesnya tadi, itu sudah cukup kuat untuk menimbulkan rasa curiga bagi orang-orang yang makan di lantai satu. Tapi sepertinya tidak ada yang curiga atau bahkan sebaliknya, seakan-akan itu sudah dirancang sedari awal.
Dan seiring berjalannya waktu di restoran ini, keingintahuan Haeden terhadap hal lainnya yang mengganjal di hatinya semakin bertambah besar, karena Haeden sudah menyadarinya sedari tadi bahwa ada sebagian orang yang tidak memakai gelang merah di lengannya. Sedangkan pada saat sedang masuk tadi, pelayan restoran itu langsung memberikan gelang itu setelah menerima kartu dari para pendatang. Bukankah secara langsung mereka akan menerima gelang itu jika sudah memberikan kartu merah? Tapi kenapa ada yang tidak memakainya? Apakah gelang itu mereka simpan, lalu mereka akan memakainya jika sudah akan pergi menuju ke pasar gelap itu berada?
Haeden memaksakan pikirannya bahwa bisa jadi memang begitu. Karena jika ia terus memikirkannya lebih keras lagi, yang ada itu akan membuatnya sakit kepala seakan-akan dia sedang menyusun sebuah puzzle yang sulit untuk dipecahkan.
Dia bisa saja sekarang ini bertanya kepada gurunya. Tapi dibalik rasa keingintahuannya terdapat rasa malu yang lebih besar juga terhadap kakaknya. Dia malu bertanya karena kakaknya terlihat sudah mengerti dengan teka teki yang rumit ini. Sedangkan dia tidak.
Huh! Memikirkan itu saja membuat sang Pangeran ini ingin memaki kakaknya sampai puas. Mengapa dia begitu beruntung karena memiliki otak yang begitu lancar dalam segala hal? Jujur saja, Haeden iri dengan segala hal yang kakaknya miliki. Mulai dari memiliki Inti Spiritual yang berlimpah, dia memiliki wajah yang sangat tampan, banyak yang mengenal dan mengaguminya, hingga ia juga memiliki kasih sayang seorang Ayah.
Tapi sepertinya hanya kasih sayang seorang Ayah lah yang membuatnya sangat iri sejauh ini. Hingga timbul rasa benci di dalam ulu hatinya. Jika dia tidak beruntung dalam segala hal, mengapa untuk mendapatkan kasih sayang dari seorang Ayah saja rasanya dunia benar-benar tidak ingin memberikannya? Seolah-olah bahwa itu hal yang tidak pantas untuk diberikan kepada dirinya. Dan seolah-olah dia harus membayar dengan harga yang mahal hanya untuk mendapatkan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dreams and Portal Holes
Fantasía[CERITA BELUM TAMAT, NAMUN ADA BEBERAPA BAB YANG BELUM SELESAI DIREVISI SEHINGGA ADA BANYAK YANG ANEH SAAT DIBACA] Haeden Da Velas Glorantha adalah seorang pangeran yang berasal dari salah satu dari sepuluh besar kerajaan terkenal di dunia sihir. Di...