"Haeden?"
BUUM!
Suara berdentum kembali terdengar lagi. Kali ini, besi hitam itu akan dilayangkan ke arah Zettha ——yang di sadari oleh Haeden keberadaannya yang dianggap sebagai salah satu musuh. Namun, dengan cepat Zettha menyingkir dari sana dengan diikuti oleh Aasha dengan gesit pula. Dan hasilnya, besi hitam itu mengenai tembok. Tembok yang dihantam oleh besi hitam itu sedikit retak dan tidak membuat tembok itu berjatuhan ke lantai seperti sebelumnya.
Tentu, tidak sampai di situ saja aksi Haeden. Besi hitam beruntun terus ia lancarkan kepada Zettha yang berhasil menghindar kembali. Tempat ini tidak begitu luas, sehingga Zettha merasa sulit untuk mendaratkan kakinya sebentar di lantai dan menghindar kembali ke sudut satu ke sudut yang lainnya sambil berpikir menjauh dari posisi orang yang ada di sini.
Zettha menggertakkan giginya, kini ia berada di lantai dua dan bersiap kembali untuk menghindari serangan dari Haeden. Kini tempat itu sudah hancur lebur karena serangan gila dari Haeden.
"Ada apa ini sebenarnya, Penatua Rafles?!" Zettha berteriak, memandang Rafles dengan ekspresi wajahnya yang tegang. Untuk saat ini, ia seakan lupa bagaimana cara menggunakan pedang dan sihirnya. Malah, yang ia lakukan sedari tadi hanya menghindar dan melakukan pertahanan diri.
"Pangeran! Aku tak tahu apa yang terjadi. Tapi, yang pasti bahwa Pangeran Haeden sedang tidak dalam kendalinya!"
Saat mendengar penjelasan itu, Zettha ingin bertanya kembali bagaimana ini bisa terjadi. Tapi, ia tidak dalam kondisi yang tepat untuk terus bertanya dan membuat ia lengah akan serangan besi hitam dari Haeden. Nanti, ia akan bertanya sendiri kepada Haeden. Tapi, bagaimana ia harus menghentikan Haeden?
Tiba-tiba saja, terlintas dalam benaknya untuk melawan Haeden dengan sihirnya. Tapi, Zettha menepis pikiran itu dan lebih memilih untuk melakukan pertahanan yang nampaknya akan sia-sia saja, ia berpikir begini, ruangan ini akan hancur karena serangan beruntun Haeden. Maka, bukankah ini akan lebih baik jika ruangan ini hancur?
"Yang Mulia, gunakanlah kekuatanmu yang terus dibangga-banggakan oleh semua orang itu! Gunakan sihirmu untuk melawan kembali!" Venzi tertawa di awal kalimatnya, lalu berteriak di tengah-tengah kebingungan Zettha antara ingin menggunakan sihirnya atau tidak. Dan ketika mendengar itu, Zettha menyadari bahwa ada seseorang di sana selain mereka. Nampaknya, perkataan yang pria itu lontarkan memiliki sebuah singgungan bagi Zettha yang mendengarkan.
"Atau ... apakah kau tidak ingin menyakitinya dan lebih memilih untuk diserang saja?" Pada di akhir katanya, Venzi menyeringai menatap Zettha yang masih saja sibuk menghindar. Dan kali ini, bukan besi hitam yang melayang kearahnya seperti tadi. Tapi, Haeden lah yang tiba-tiba melayang di udara dengan mengejar pergerakan Zettha yang akan menghindar kembali.
Zettha tak menjawab pertanyaan Venzi yang membuatnya jengkel. Saat mata mereka bertemu, Zettha memandang rendah Venzi sambil mengucapkan kalimat yang terdengar memerintah. "Kau, tetaplah di situ."
Tepat setelah selesai mengatakan kalimatnya, Zettha menyadari bahwa Haeden sudah hampir dekat dengannya, maka Zettha melompat dan menuju ke arah Venzi dengan cepat.
Venzi melototkan matanya——di samping itu, ia terkejut betapa cepatnya gerakan Zettha. Huh, pantas saja ia setara dengan gurunya. Venzi melirik ke samping sedikit dan mendapati bahwa Zettha sudah mengunci pergerakannya. Ia berteriak marah dan cemas di saat yang bersamaan, "Apa yang kau lakukan?! Lepaskan aku!" Zettha mengunci pergerakan Venzi dengan mencengkram leher Venzi dengan lengannya.
"Haflush ... bajingan kau! Setidaknya tolong aku!"
Haflush tersenyum tipis, yang malah membuat Venzi kesal dan ingin menghajarnya, "Ah ... maaf, tapi aku tak ingin jadi sandera juga."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dreams and Portal Holes
Fantasi[CERITA BELUM TAMAT, NAMUN ADA BEBERAPA BAB YANG BELUM SELESAI DIREVISI SEHINGGA ADA BANYAK YANG ANEH SAAT DIBACA] Haeden Da Velas Glorantha adalah seorang pangeran yang berasal dari salah satu dari sepuluh besar kerajaan terkenal di dunia sihir. Di...