..
Avey masih berlarian di sana. Di kejar Alina dengan tabib.
Di saksikan para keluarga kerajaan yang menatap mereka tak paham.
"Ada apa?"
Oliver bertanya pada Dimytri. Tapi Dimytri pun tak bisa menjawabnya. Dia tidak tahu apa yang tengah mereka bertiga lakukan.
Wajah Alina sudah memerah, berbeda dengan Avey yang pucat dan berkeringat.
Oliver segera menangkap Anak itu. Dan memukul tengkuknya dan hasilnya, Avey pingsan di pelukannya.
"Ada apa dengannya?" Tanya Oliver kembali, pada Alina.
"Ini semua karna Dimytri, Ayah." Tuduhnya.
Menatap Dimytri dengan nyalang dan kesal. Sedangkan Dimytri sendiri hanya terdiam karna memang salah Dimytri, pikirnya.
"Lihat Ayah, wajah Anak ini bahkan sangat pucat."
'Iyalah pucet, wong gue nahan berak seminggu.'
Siapa sangka Anak itu tak juga pingsan bahkan saat si pemilik mana tertinggi di kerajaan ini memukulnya.
"Kau ingat jarum yang biasa untuk menangani hal seperti ini kan, Tabib." Tanya Oliver.
"Benar, jarum akupuntur, hamba banyak memiliki dengan segala jenis."
Avey ketar-ketir di buatnya. Dia ingin teriak dan kabur, tapi apa mereka tidak akan tambah curiga terhadapnya.
"Gunakan itu, pastikan Avey menerimanya dengan benar supaya segera sembuh."
Avey menggigit lidahnya, tubuhnya bergetar merinding. 'Sialan, kenapa jadi gini sih~'
"Baik Yang mulia-"
"Lihat Ayah! Avey menggigil, pasti Dia sedang kesakitan!" Alina berseru.
Avey menangis dalam batinnya. 'Fak kata gue teh.'
..
Semua Orang pun menatapnya sedih. Wajah Avey pucat dan tulang pipinya menjadi menonjol, seolah amat tertekan."Bagaimana? Apa sudah lebih baik?"
'Matamu lebih baik.'
Avey terus menggerutu dalam batinnya. Rasanya ingin pingsan saja, tabib yang menanganinya terus menancapkan jarum-jarum yang amat tajam dan ramping. Tentu saja itu menjadi ujiannya dalam aksinya berpura-pura tak sadarkan diri.
Alina duduk di sampingnya, bersama Ayah dan Ibundanya.
"Kamu harus istirahat lebih lama lagi."
"Lah kenapa?"
Alina melirik Oliver, kemudian mengalihkan kembali pandangannya pada Avey.
"Karna Kau lemah." Jawabnya singkat.
Alina bangkit dan pergi meninggalkan ruangan. Membiarkan Avey yang menunjukkan wajah tak jengahnya.
"Mang napa sih, sombong amat."
Rosa dan Oliver saling memandang. Mengangkat kedua alisnya. Apa yang di ucapkan Avey? Itu aneh.
Apa sakitnya merambat ke otaknya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Bloviate.
De TodoIsa hanya berniat membantu tetangganya. Siapa yang akan mengira bahwa Dia malah malah berakhir di sini? Slow Update. belum dapet ide. belum bisa lanjutin