..
Avey duduk di taman. Bersama Viva yang senantiasa menuangkan teh hangat untuknya.
Beberapa hari lalu di mana Avey di temukan tak sadarkan diri dengan banyak luka, Dylan segera mengabari Istana, dan meminta lebih banyak penjaga untuk membawa mereka pulang lebih aman.
Beruntungnya Baron tak di tuntut, karna sepenuhnya keteledoran pengawal. Andai saja pengawal mereka lebih banyak peka. Mungkin tak akan terjadi hal seperti ini.
Selanjutnya. Saat mayat Butler di temukan, Dylan kini makin waspada pada para pelayan dari dalam.
Selain itu juga, Dylan lebih protektif padanya, dan terus mengamatinya dari kejauhan. Memperhatikannya dengan sangat intens.
Berlaku dengan Oliver yang kini juga sering memanggilnya untuk datang ke dalam ruangan kerjanya.
Mengenai siapa-si-pesuruh Butler ini, semua Orang belum menemukannya.
Sang Raja melakukan investigasi secara diam-diam karna tahu mungkin akan menjadi masalah dan berantakan jika di lakukan secara terbuka.
Tapi, yang menjadi masalah sekarang adalah. Selir, yang menjadi dalang dari semua ini, makin sering menemuinya, dan bertingkah sok baik di depannya.
"Djancuk!" Umpatnya kesal.
Viva terkejut mendengar pekikan Avey, Dia mendekat dan bertanya pada sang Pangeran, apakah beliau ada masalah.
"Tidak, Aku baik-baik saja."
Viva menghela nafas lega. Viva menatapnya lamat. Itu membuat Avey tak nyaman.
"Apa?"
Avey gerah di perhatikan. Dia memasang wajah galaknya pada Viva hingga Viva tertawa canggung.
"Apa itu Djancuk?"
"Hah?"
"Hah?"
Avey memukul kepalanya sendiri dengan keras. Viva yang melihatnya ikut panik.
"Ah! Pangeran jangan!"
Avey jatuh dari kursinya. Menutup wajahnya yang nelangsa. 'Pangeran ngga becus. Bisa-bisanya gue ngomong kasar. Nanti kalo si Pipa ngadu ke Orang lain kek mana?' Ujarnya dalam hati.
"Pangeran?"
Avey batuk kecil. Dia kembali duduk seperti semula.
"Pipa."
Panggilan Avey di balas gelengan. "Nama Saya Viva Pangeran."
Avey mencibir. 'Tua-tua keladi nih. Kaya Ibu.'
"Djancuk itu, seperti kata pujian." Jelas Avey.
Viva mengangguk. "Pujian untuk siapa Pangeran?"
Avey menggaruk belakang kepalanya, tidak. Kenapa wanita tua ini terus bertanya hal yang tidak perlu.
Helaan nafasnya membuat Viva mengangkat kedua alisnya.
"Itu pujian untuk para bangsawan."
![](https://img.wattpad.com/cover/328056035-288-k733496.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Bloviate.
RandomIsa hanya berniat membantu tetangganya. Siapa yang akan mengira bahwa Dia malah malah berakhir di sini? Slow Update. belum dapet ide. belum bisa lanjutin