16.

2.8K 332 13
                                    



..



Avey berada di dalam aula. Mengingat hari ini akan ada pembelajaran tentang mana, yang pasti akan sedikit membuat area sekitarnya lebih di butuhkan.

Dia duduk di kursi berjarak 10 kaki dari pengajar, begitu dekat hingga Avry merasa sedikit di tunjuk untuk di pertontonkan.

Kali ini Ia kenakan baju berkerah rendah. Memamerkan tulang selangkanya. Avey memang cukup kurus. Namun bisa di bilang cukup kuat juga.

Dengan kain silky gold. Bukan bermaksud pamer. Memang Dia saja memiliki banyak fasilitas yang di bekali sang Raja.

Sepatu boots dengan tambahan hak di bawahnya juga membuatnya terlihat berwibawa saat memangku satu kaki di atas kaki lainnya.

"Baik, mari mulai pembelajaran hari ini."

Mavery sedari awal sudah duduk dengan punggung tegap. Entah kebiasaan dari siapa hingga tak ada rasa canggung saat Dia mencobanya.

"Semuanya, tolong perhatikan."

Suara derap sepatu yang menyatu di ats lantai membuat Mavery melirik mereka dan menghela nafas jengah.

Pengajar mulai memamerkan lukisan tangan dengan hasil kalimat di papan tulis. Mave pikir itu sebuah mantra? Atau kutukan? Ia tidak tahu.

"Refleksi diri, adalah salah satu dari alasan mengapa mana bisa bertahan di tubuh kita sampai kita menginginkan mereka untuk musnah."

Mavery tak paham. Mengapa harus refleksi diri? Itu tidak seperti saat ia tengah mengulang masa lalu dan semuanya akan membuatnya lebih mudah? Benar?

Namun, dia tetap mendengarkannya dengan fokus. Tak mau bertingkah tak menghargai sang pengajar.

"Begitu juga dengan fokus saat kita seolah tengah bermeditasi."

Mavery sedikit memasang wajah aneh. Meditasi? Terdengar seperti bahasa modern.

"Baik, ikuti intruksi ku semuanya."

Helaan nafas Mavery lagi-lagi membuat suasana kelas sedikit menaruh fokus padanya. Hingga sang pengajar juga merasa suruhannya tidak di dengarkan.

Namun melihat pangeran lah yang membuatnya semua seperti ini, dia tak memiliki cukup keberanian untuk membuat pelajaran pada anak tersebut.

Atau sedikit mengujinya? Dia berfikir itu akan baik-baik saja. Dan sedikit memepermalukannya mungkin.

"Atau, Aku akan mengambil satu siswa untuk mencontohkan pada kalian semua." Ujarnya melirik Mavery.

Sedangkan Mavery sendiri tahu. Ah, Dia pasti akan di tunjuk. Terbukti dengan pengajar yang kini 100 persen menghadap ke arahnya.

"Silahkan Pangeran Mavery. Di persilahkan untuk mengikuti intruksi ku."

Ekspresi wajah Mavery tentu tak terlihat jelas. Dia hanya tersenyum samar. Masih duduk dengan tenang, sesaat dia berdiri dan sedikit mengangguk, kemudian duduk lagi.

"Baiklah-baiklah."

Mavery tidak tahu mengapa pengajar menatapnya remeh. Meski begitu, dia juga tak berniat untuk mempermalukan diri sendiri.

Dia hanya akan diam dan mengikuti instruksi dari pengajarnya.

'Kita lihat saja, bagaimana kemampuan pangeran yang bodoh itu.'

Mavery mengeryit. 'What the heck?'

Giginya bergemelatuk merasa kesal. Siapa yang pria tua itu panggil bodoh? Benar-benar tak masuk akal.

Bloviate.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang