..
Benar-benar sunyi. Entah mereka yang takut akan ancamannya atau memang tidak perduli padanya.
Avey duduk di atas gedung. Tempat yang baru saja Ia temukan sebagai tempat singgah yang mungkin akan Ia patenkan sekarang.
Dengan atap datar tanpa kerucut itu, Avey amat merasa lega bisa menemukan tempat ini.
"Siapa?"
Suara rendah laki-laki mengganggunya. Mengejutkannya hingga Mavey sendiri hampir saja melompat. Dia berdiri dan menatap sekitar. Sekiranya akan menemukan siapa yang baru saja berbicara.
"Huh? ... Apa yang tengah kamu lakukan di sini?"
Avey terkejut bukan main. Seorang remaja dengan setelan baju berwarna hitam itu membuatnya mengangkat kedua alisnya. "Oh wow. So handsome." Lirihnya.
Setelahnya. Dia hanya bisa diam menunggu remaja itu mendekatinya. Tapi Mavey juga berusaha kabur darinya.
'Basecamp baru gue- bye-bye~'
"Ugh?!"
Tubuhnya terangkat. Lehernya seolah di cekik dan mengakibatkannya tak bisa menghirup udara. Mavery panik bukan main.
"Lephas!"
Mavey tak segera melawan dengan mantranya. Dia hanya berontak dengan kekuatan fisik, yang membuat remaja di depannya heran, dan melepaskan sihirnya.
"Oh? Apakah kau murid bar-"
Belum selesai mengucapkan pertanyaannya. Remajanitu mendapat tamparan di wajahnya.
"Berani-beraninya kamu memantrai Pangeran."
Bukan, bukan Mavey pelaku penamparan. Tapi Charlotte yang tiba-tiba saja sudah berdiri membelakangi Mavey.
"Wewenang dari siapa yang mengijinkanmu menyakiti anggota kerajaan?"
Remaja itu menatapnya kini. Memindai penampilan Mavey yang terlihat lebih sederhana.
Ah, karna Mavey belum sempat mengirimkan baju untuk di cuci, jadi dia kenakan saja yang ada.
"Kita hanyalah siswa di akademi, tidak ada sangkut paut dari ras maupun gelar."Charlotte berdecih, Mavey di buat heran, sejak kapan Kakak yang terlihat tak menyukainya perduli padanya?
"Namun tidak dengan akalmu. Kamu mencoba melukainya. Jika Pangeran terakhir terluka. Maka akan jadi akhir bagimu!" Lantang Charlotte.
Dia membalikkan badan dan membungkuk. Mensejajarkan tinggi badan Mavery.
"Kamu tidak apa-apa?"
Pergerakan canggungnya terlihat. Mavery mengangguk kaku atas pertanyaan Charlotte baru saja.
Dia tidak segera melerai keduanya karna Mavery pikir itu telah usai.
"Mengapa kamu berdiam di atap? Apakah kamarmu tidak nyaman?" Runtututan pertanyaan kembali di ujarkan.
Mavery yang masih belum mendapati apa yang baru saja terjadi masih kebingungan dan sulit untuk menjawabnya.
"Hei, pangeran? Apa kamu yakin tidak terluka?"
![](https://img.wattpad.com/cover/328056035-288-k733496.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Bloviate.
RandomIsa hanya berniat membantu tetangganya. Siapa yang akan mengira bahwa Dia malah malah berakhir di sini? Slow Update. belum dapet ide. belum bisa lanjutin