47 - EXTRA PART

2K 123 22
                                    

Semilir angin menggugurkan dedauanan di pinggir pinggir jalan, di injak kendaraan dan mahluk hidup hingga kembali terpencar berserakan.

Siang yang selalu padat oleh aktivitas penghuni bumi, di kota besar Indonesia manalagi jika bukan Jakarta.

Diantara banyaknya mobil yang berhenti karena macetnya lalu lintas, ada satu mobil yang berisikan dua manusia dewasa yang sibuk tertawa karena tingkah laku dua anak kecil di belakang.

"Cia no no" rafasya menggelengkan kepala dihadapan cia yang duduk di kursi khusus bayi, yang ingin mengemut tangannya sendiri

Adel yang tadinya hanya ingin menghabiskan waktu dengan ashel saja harus merelakan keinginannya karena dua anak kecil itu tiba tiba ingin ikut dengan kakak masing masing.

Cia yang menangis saat melihat adel yang sudah siap akan pergi dan rafasya yang melakukan hal biasa, merengek ingin ikut sang kakak.

Jarak yang tak terlalu jauh, membuat rafasya cukup sering bermain di rumah adel, hingga pria kecil itu dekat dengan cia.

Mengambil jalan yang cukup lenggang, kemudian adel memberhentikan mobil nya saat sudah sampai di tempat tujuan.

"Cia sama kamu bisa? Biar aku bawa barang barang" Ujar nya pada sang kekasih.

Ashel mengangguk dan membantu rafasya turun lebih dulu, lalu mengambil gadis kecil yang sudah tersenyum saat melihat wajah ashel.

Mereka berniat menghabiskan waktu dengan melakukan piknik di taman kota.

...

Setelah semua siap, keempat duduk diatas alas yang adel siapkan. Rafasya yang sibuk menikmati buah dan bercanda dengan cia dan adel membuat gelak tawa tercipta.

Ashel yang duduk sedikit belakang itu hanya menonton ketiga nya dengan kekehan.

Sudah hampir tiga tahun ia menjalin kasih dengan adel. Selama itu pula adel selalu berusaha membahagiakannya, selama itu juga adel selalu memberikan yang terbaik untuk nya, tidak pernah ia merasa satu hari pun tidak dicintai oleh adel.

Gadis kecil yang dulu selalu mempertaruhkan nyawa demi menyelamatkannya, kini sudah menjadi wanita dewasa yang masih jadi garda terdepannya.

Entah harus mengucap syukur seperti apalagi pada tuhan yang sudah mempertemukannya dengan adel, si manusia dingin.

Kepala itu menoleh kebelakang, adel balas menatap tatapan berkaca kaca itu dengan heran, buru buru ia mendekat pada tunangannya.

"Kenapa?" Tanya nya, ada nada kekhawtiran disana.

Ashel menggeleng lalu tersenyum "aku sayang banget sama kamu"

Adel mengerjap pelan namun ikut tersenyum "Harus, ga boleh engga."

Gemas melihat raut wajah kecintaannya, ashel mengacak gemas poni adel. Hazel itu mulai menerawang, menatap setiap inci wajah kekasihnya dengan senyuman yang tidak luntur dari wajah cantiknya.

"Aku yakin mereka yang ada disini pasti iri sama aku" Ujar adel membuat alis ashel terangkat bertanya.

"Iya kah?" Tanya ashel, adel mengangguk cepat

"Karena aku punya kamu, wanita paling cantik, wanita penuh kelembutan, wanita penuh kasih sayang dan cinta. Dan cuma aku yang bisa ngerasain itu semua. Untung aja aku gak bisa denger suara hati orang"

"Hah emang kenapa?"

"Ya kalo aku bisa, telinga aku pasti sakit karena banyak orang yang ngebatin pengen bisa ada di posisi aku sekarang, ditatap sama bidadari kaya kamu"

SIMULTASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang