26

246 17 0
                                    

Dean cukup jijik sebenar nya melihat kumpulan darah yang ia masuk kan ke dalam gelas minum layak nya expresso.

Ia juga sudah mencampurkan obat perangsang pada darah itu, sekarang ia hanya perlu memancing Aksa untuk mau bertemu denga nya.

Dean pikir ini memang hari yang pas, karena dari yang ia dengar, kekasih dari incaran nya itu sedang berhalangan hadir di sekolah.

Ia juga tidak liat golden eyes lain yang mengintili Aksa seperti biasa nya, ya kecuali adik-adik nya.

'apa yang harus ku lakukan lebih dulu?' batin Dean menatap gelas coffie nya.

Sebuah ide terlintas, ia meraih sedikit darah di gelas coffie dan mengoles kaj nya ke belakang telinga nya untuk memancing bau.

Meski menahan mual, Dean menyamar kan nya dengan sesikit semprotan parfume, agar ia tidak muntah.

Hari ini Aksa berniat untuk menemui Dean yang mendadak menelfon nya untuk datang ke cafe.

Ia sama sekali tidak menaruh curiga terhadap pertemuan nya dengan Dean.

Pikiran Aksa sendiri sudah berantakan jadi dia tidak ada waktu untuk memikirkan hal lain.

"Yo, sudah menunggu lama?" Tanya Aksa duduk di sebelah Dean.

"Belum juga nih" jawab Dean melempar senyum pada Aksa.

Aksa mengangguk paham akan jawaban dari Dean tanpa bertanya lebih lanjut lagi.

Saat sedang berdiam diri tiba-tiba Aksa merasakan tenggorokan nya kering.

Di ambilnya gelas coffie di depan nya dan dia minum isinya tanpa tau kalau di dalam kopi itu terdapat obat perangsang.

Dean yang melihat Aksa meminum habis kopi tersebut lantas tersenyum tipis.

Dia tidak menyangka akan semudah itu menjebak seorang Aksa yang dia pikir sulit untuk di dekati.

"Haus ya sa?" Tanya Dean berbasa-basi setelah Aksa menghabiskan semua kopi itu.

"Iya nih, cuaca hari ini panas" jawab Aksa meletakkan gelas itu dan mengambil ponselnya.

Tadi saat dia sedang minum ponselnya berdering entah ada pesan atau telfon.

Ternyata telfon dari tangan kanan nya, yeah dia rasa itu cukup penting karena sekarang ini kan hari libur.

"Halo"

". . ."

"Kau yakin?"

". . ."

"Jika kau seyakin itu kirim kan pada ku"

Percakapan antara Aksa dan anak buah nya berakhir.

Keduanya kembali terdiam dengan pikiran masing-masing dan tak lama kemudian Aksa merasakan ada yang tidak beres dengan dirinya sendiri.

Rasa panas mulai menyelimuti tubuh nya yang gelisah dan tidak nyaman.

Deru nafasnya kian memberat dan pandangan nya memburam akibat tertutup kabut nafsu.

Di depan nya ada Dean yang menyeringai puas melihat Aksa telah di kuasai oleh obat perangsang.

Tanpa ba bi bu lagi Dean mengangkat tubuh Aksa dan membawa nya pergi dari cafe.

Malam ini, langit terlihat mendung, angin berhembus cukup kencang dengan kilat petir sebagai pendamping horor nya cuaca.

Hingga perlahan rintik hujan turun membasahi bumi secara tipis-tipis.

Aksa masih di buai obat, membuat nya sulit mengenali siapa pun di depan nya.

Sedang Dean ber usaha untuk melucuti semua pakaian Aksa, tentu ia punya niat lain selain mengorek info dari sulung Dewangga ini.

'Brak!!'

Pintu gudang itu terbuka tiba-tiba, memuncul kan sesosok pria bersurai pirang dengan golden eyes yang menatap dingin tapi tersirat kemarahan.

Mata itu se akan ingin melahap siapa pun orang di depan nya.

Aomin melangkah masuk dengan santai dengan pandangan lurus ke depan di mana Dean dan Aksa berada.

Menarik kerah baju pria kurang ajar di depan nya dan melempar nya ke sembarang arah.

Aomin tidak peduli jika orang yang ia lempar itu akan memgalami patah tulang atau bahkan pecah kepala.

Karena orang itu sudah berani menghalangi jalan nya menuju sang penjahat yang berniat kurang ajar pada tunangan lucu nya.

Ya tentu nya beberapa bawahan Dean akan mencoba menahan Aomin yang hendak mengganggu kegiatan tuan mereka.

Mungkin kata 'tidak semudah itu Fergoso' memang pantas di ucap kan pada saat ini.

Karena memang Aomin selalu di halangi bawahan orang gila itu.

Berdecak kesal, Aomin yang kepalang emosi dan kesal memilih tidak ingin ber ramah tamah lagi.

Ia meraih 2 kepala di depan nya dan membentur kan nya dengan ganas, Aomin juga memelintir tangan seseorang dengan sangat parah.

Memukul dan menghajar orang di depan nya dengan wajah datar, meski percikan darah dan jerit sakit memenuhi telinga nya.

Saat Aomin berhasil mendatangi Dean dan Aksa, mata emas nya semakin berkilat tajam penuh hawa pembunuh.

Baru kemarin dia menyabari diri untuk tidak membunuh orang karena masalah hilang nya sang adik, sekarang datang orang gila yang menawar kan nyawa pada nya.

Baik lah Aomin akan berikan apa yang di pinta orang-orang menyedih kan ini.

Dean dan beberapa bawahan nya sedang ter ikat layu dengan posisi berdiri.

Aomin tentu tidak akan memberi kan kemudahan pada korban-korban nya, semua penyiksaan keji yang di tuju kan pada bawahan Dean, di lakukan di depan mata pria itu sendiri.

Bagai mana Aomin memerah darah korban nya, menarik usus atau isi perut korban nya secara hidup-hidup.

Menyuntik kan bakteri pada tubuh salah satu bawahan Dean yang berada di sebelah nya.

Bakteri itu membuat kulit tubuh korban nya luka membusuk perlahan dan luluh lepas dari tulang.

Aomin juga mengeksekusi 3 orang mantan anak buah nya yang kemarin terlibat penculikan sang adik, hal itu juga di lakukan di depan mata Dean.

Aomin sengaja melakukan nya, menyiksa mental Dean dengan semua derita orang yang ia lihat hingga kejiwaan nya terganggu.

Membiar kan korban nya gila, meracau tak jelas dan ketakutan, Aomin benar-benar merusak mental Dean dengan baik.

Setelah itu, baru lah ia melepas nya di jalanan, membuat drama se olah Dean gila karena stress, lalu memasukan nya ke rumah sakit jiwa milik nya sendiri.

Sesi setelah Aomin menyiksa Dean

Di kamar sebelah ada Aksa yang sedari tadi menggeliat tidak nyaman.

Dia bahkan telah menanggalkan semua pakaian nya demi memuaskan dirinya sendiri.

Tubuhnya menjadi kian sensitif terhadap segala sentuhan.

Tidak ada yang berani mendekati Aksa lantaran mereka di ancam oleh Aomin untuk membiarkan nya.

Meski tersiksa melihat tunangan nya seperti itu Aomin lebih tidak ingin merusak tunangan nya.

Mereka belum menikah dan belum ada ikatan pernikahan itu artinya dia belum mempunyai hak lebih untuk menyentuh Aksa.

Saat ini Aksa masih milik keluarganya dan marga di belakang namanya juga masih Dewangga.

Daripada tersiksa melihat tunangan nya, Aomin memilih untuk pergi ke suatu tempat.

Tempat dimana yang berisikan korban-korban atau orang pengkhianat.

Dia harus melampiaskan semua itu di tempat tersebut.
































To Be Continue

25.11.2023

Psycho LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang