3.0 Posbindu

2.3K 253 47
                                    

Sorry for typo.


***

Seperti biasa keadaan posko akan selalu grusak-grusuk apabila akan ada kegiatan pagi. Berbeda jika hari sabtu atau minggu yang terkesan lebih santai. 

Seperti sekarang ini Kirana, Naura dan Yeshika tengah grubyak grubyuk memasak di dapur. Aji dan Samuel yang tengah membetulkan lampu di kamar mandi yang semalam mati. Gauri yang berisik mencari ini itu untuk keperluan prokernya nanti. 

"Eh kertas yang gue print semalem kemana deh?" tanya Gauri pada orang-orang yang ruang tv. 

"Lah mana gue tahu, kan lo yang nyimpen sendiri?" jawab Haidar yang masih bergumul dengan selimut milik Dhisti. Dingin banget katanya.

"Cari yang bener dulu!" titah Raihan yang sedang sibuk dengan buku kas nya.

"Enggak ada Han, udah gue cari kemana-mana enggak ada!" ucap Gauri sedikit panik.

"Tinggal print lagi kenapa sih, Gau" ujar Nadhif memberi saran. Dirinya juga masih pewe rebahan di kasur atas.

"Semalem udah gue print banyak. Ngeprint lagi boros-borosin kertas," tandas Gauri yang masih sibuk mencari di beberapa tempat.

"Nyari tuh pake mata. Jangan pake mulut. Ini kan yang lo cari?" sahut Januar sembari menyerahkan beberapa kertas yang ditaruh di dalam plastik bening kaya yang ada di tukang fotocopyan itu. 

Gauri terkesiap lalu tersenyum tak enak, "Eh, iya. Hehehe maaf, udah panik soalnya. Makasih Janu," ucap Gauri. 

Semenjak Januar memperingatinya kemarin, Gauri sudah jarang menggoda Januar lagi. Entah kenapa, tapi dia jadi tidak enak sendiri. 

"Masih pagi, Gau. Santai aja napa sih," ucap Dhisti yang juga masih tiduran di samping Haidar. Dia menggunakan selendang milik Yeshika untuk menyelimuti dirinya. 

"Halah, pas proker lo kemarin aja lo juga kagak bisa santai. Malah dari malem udah mules kan lo?" celetuk Lita yang sedang melipat pakaiannya tanpa menoleh.

Dhisti kicep, soalnya benar apa yang dikatakan Lita. Bahkan dirinya sejak malam sudah tidak napsu makan kemarin.

"Mending kalian yang enggak ngapa-ngapain mandi dulu sana di mushola. Biar nanti enggak kelamaan," suruh Raihan.

"Masih mager gue, dingin banget," sahut Haidar yang malah makin mengeratkan selimutnya. Eh ralat, selimut Dhisti maksudnya.

"Lo aja kagak gerak gimana enggak dingin. Coba deh lo olahraga pasti keringetan," ucap Januar memberikan saran. Dia sendiri habis jogging di daerah sekitar posko.

"Mana mau Nu dia. Kan enak kelonan, ya kagak Dar? " sahut Lita yang tiba-tiba sudah menyampirkan handuk di pundaknya bersiap mandi.

"Oh iya dong," jawab Haidar dengan gerakan tiba-tiba hendak memeluk Dhisti dari belakang. Karena posisi Dhisti yang rebahan menyamping.

"Ishh, apaan sih!" ketus Dhisti seraya menyampar tangan Haidar yang hendak bertengger di pinggangnya.

"Masih pagi Dar, jangan berbuat zina dulu!" ucap Nadhif mewanti-wanti.

"Kebiasaan si Haidar mah. Emang dasar biang zina dia," ujar Raihan memprovokasi.

"Mulut lo pada sompral banget deh," kata Haidar tak terima.

"Sekali dua kali enggak papa Dar, tapi tiga kali empat sama dengan duabelas" lanjut Raihan.

"Jangan mau di deketin sama Haidar, Dhis. Kalo dia enggak mau seriusin," ujar Januar masuk dalam drama itu. 

"Iya Dhis, lo tau kan Haidar Gemini? Cowok red flag," imbuh Lita yang masih menunggu Gauri.

"Apaan sih?" tandas Dhisti yang merasa tak nyaman. 

KKN 110Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang